Mengenal Syiah

HAMPIR seluruh umat Islam Ahlussunnah wal Jama’ah merisaukan kemajuan golongan muslim Syiah di berbagai penjuru dunia hari ini. Malah ada sesetengah tempat berperang besar-besaran antara kelompok Aswaja dengan kelompok Syiah yang pada hakikatnya sama-sama muslim. Apa sebenarnya yang memicu semua itu terjadi, benarkah Syiah itu sesat, sehingga harus dimusuhi dan diperangi oleh Ahlussunnah wal Jama’ah, atau ada kekuatan lain di balik itu yang memanaskan situasi sehingga ummat Islam selalu berkelahi sesama sendiri. Untuk lebih jelas keberadaan situasi semisal itu marilah kita mengenal Syiah lebih dekat dan detil.

Pascaperang Shiffin yang mengalahkan Ali bin Abi Thalib dengan tipu daya pihak Mu’awiyah bin Abi Sufyan sejumlah pengikut setia Ali mengisytiharkan keyakinannya mengangkat Ali sebagai imam mereka. Keyakinan berimam kepada Ali kemudian berafiliasi kepada mengkeramatkan Ahlul Bait yang dinisbahkan kepada Ali, Fathimah, Hasan dan Husin. Keyakinan tersebut terjadi tidak dapat dipisahkan dengan persoalan politik yang menjadi biang keladi munculnya firqah-firqah dalam jamaah muslim seperti Syiah, Khawarij, Murji’ah Ahlussunnah dan sebagainya.

Lalu siapa dan bagaimana sebetulnya Syiah yang kita ketahui hari ini sehingga ia dianggap musuh oleh sesetengah Ahlussunnah? Minimal ada tiga golongan besar Syiah yang masih eksis sampai hari ini di dunia, yaitu Syi’ah Zaidiyah, Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyriah, dan Syi’ah Ismailiyah Bathiniyah.

 Syi’ah Zaidiyah
Syiah Zaidiyah adalah satu paham Syiah yang dekat pemahamannya dengan amalan Ahlussunnah waljama’ah. Perkataan Zaidiyah diambil dari nama tokoh mereka; Zaid bin Ali bin Zainal Abidin bin Husain, yaitu cicit Ali bin Abi Thalib. Golongan ini berprinsip untuk penentuan imam perlu dilakukan dengan kontrak dan terbuka, mereka juga menerima kepemimpinan Abu Bakar dan Saidina Umar karena Ali sendiri yang melepaskan jabatan itu kepada Abu Bakar dan Umar.

Berkenaan dengan kepemimpinan, Syiah Zaidiyah berprinsip: Pertama, seorang pemimpin memiliki keberanian membela agama dan tidak takut kepada siapapun kecuali Allah; Kedua, bersifat zuhud dan hanya mengharapkan balasan akhirat, dan; Ketiga, memahami kepentingan rakyat dan agama; dan keempat, berjuang dengan pedang.

Selain itu mereka juga berprinsip pemimpin perlu dari keturunan Fathimah baik dari garis keturunan Hasan maupun Husin. Mereka meyakini bahwa imam atau pemimpin itu tidak ma’shum seperti nabi, mereka juga menentukan imam lewat revolusi pedang sebagai lambang perjuangannya dengan ketegasan dan keterbukaan. Syiah Zaidiah pula membenarkan adanya dua orang pemimpin dalam satu masa yang bersamaan mengingat luasnya kawasan yang harus dipimpin oleh imam-imam tersebut. Keyakinan, pemahaman dan amalan Syiah Zaidiyah ini dekat dengan keyakinan dan pemahaman Aswaja.

 Syi’ah Imamiyah
 Itsna ‘Asyriyah
Syiah ini adalah pihak yang mengakui 12 imam dimulai dari Ali bin Abi Thalib sampai kepada 12 keturunan tertentu seterusnya. Syiah ini mempunyai banyak golongan seperti; Ushuliyah, Akhbariyah, Syeikhiyah, Kasyfiyah, Kunyah, Karimakhaniyah, Qablabasyiah, dan mayoritas ulama berpendapat Syiah Rafidhah juga termasuk dalam golongan ini. Namun demikian, Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyriyah terbagi kepada tiga aliran pemikiran utama, yaitu: Pertama, Al-Akhbariyah, kelompok ini berpegang penuh kepada hadits dan tidak menggunakan ilmu Ushul Fiqh, sehingga mereka bergelar dengan Akhbariyah; Kedua, Ushuliyah, golongan ini adalah Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyriyah yang melaksanakan ijtihad dan mereka dikenali juga sebagai Madrasah Ar-Ra’yi wat Tafsir, dan; Ketiga, Asy-Syeikhiyah, yaitu kelompok yang diazaskan oleh Ahmad bin Zainuddin bin Al-Ahsa’i pada permulaan abad ke 13 Hijriyah.

Paling tidak ada lima prinsip dasar Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyriyah yaitu; tauhid, nubuwah, imamah, keadilan dan hari kiamat. Kelima prinsip dasar tersebut sudah lumrah dipahami orang banyak karena dimiliki juga oleh Ahlussunnah wal Jamaah, cuma pihak Syiah Imamiyah agak berlebihan dalam mengedepankan keyakinan Imamah. Selain itu ada lima prinsip lagi yang dimiliki mereka adalah: Pertama, sifat ma’shum, Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyriyah meyakini bahwa imam-imam mereka memiliki sifar ma’shum sebagaimana yang dimiliki oleh Nabi; Kedua, al-Mahdi dan keghaiban, golongan syiah ini berpendapat Muhammad bin Al-Hasan Al-Askari menghilang dan akan kembali sebagai imam Al-Mahdi; Ketiga, raj’ah, yaitu mereka yakin dan percaya bahwa ada kematian dan kemudian kembali kepada kehidupan semula; Keempat, taqiyah, yaitu menyembunyi kebenaran, menutupi keyakinan dan mengaburi perbedaan, dan; Kelima, al-Bada (perubahan atau kemunculan), yaitu menurut para ulama mereka nasakh dan al-bada adalah dua jenis yang sama, nasakh terdapat pada nasakh syariat, sedangkan al-bada terjadi pada penciptaan. Kepercayaan atas al-bada ini sama masyhurnya dengan kepercayaan kepada taqiyah dan nikah muth’ah.

Kelima prinsip tersebut tidak selaras dengan keyakinan Ahlussunnah wal Jamaah, demikian juga dalam hal memakshumkan imam dan menyamakan ma’shum-nya dengan ma’shum Nabi, perkara taqiyah yang membolehkan mereka menipu untuk keperluan golongan. Selain itu mereka juga menetapkan bahwa yang berhak menjadi imam adalah keturunan Ali dari garis Husin saja dan tidak dari garis Hasan, hal ini berbeda dengan Syiah Zaidiyah yang mengharuskan keturunan dari keduanya.

 Syiah Ismailiyah
 Bathiniyah
Syiah ini diazaskan kepada nama Ismail, sementara bathiniyah berasal dari kata bathin yang merupakan salah satu dari nama-nama Allah yang bermakna; Maha mengetahui berbagai perkara rahasia, yang tersembunyi dan yang terhalang daripada penglihatan serta imajinasi manusia. Golongan Syiah ini memiliki kaedah dakwah tersendiri sebagai alat untuk mengajak dan mengikat orang berada dalam kelompok mereka.

Kaedah-kaedah tersebut adalah: Pertama, Ramalan dan firasat, yaitu pendakwah yang mengajak manusia kepada ajaran mereka memiliki firasat dan ramalan yang kuat. Mereka tidak mengajak seseorang dengan cara yang sama tergantung selera orang yang didakwahkan, kalau orang tersebut suka dunia akan didakwah menurut keperluan dunia, dan apabila orang yang didakwahkan suka akhirat akan didakwahkan mengikut kesukaannya;

Kedua, sifat lemah lembut, mereka mengajak orang dengan cara yang lembut mengikut selera orang yang diajaknya; Ketiga, keraguan, mereka mengajukan berbagai pertanyaan kepada mad’u yang membuat mad’u menjadi ragu; Keempat, menangguhkan, golongan Syiah ini menggunakan cara dakwah menangguhkan sesuatu perkara yang dimunculkan oleh mad’u agar mad’u gamang; Kelima, ikatan, yaitu mengambil sumpah dan janji mad’u mengikut kemauan mereka sehingga mad’u terikat dengan kelompok mereka; Keenam, menipu, mereka mengatakan kepada orang yang didakwahkan perkara agama bukan perkara yang mudah sebab ia mengandung rahasia Allah, hal tersebut tidak akan dibongkar kecuali dengan kedatangan imam Al-Manshur;

Ketujuh, pelandasan, langkah ini dilakukan untuk mengatakan kepada orang yang didakwahkan bahwa landasan lahir adalah kulit sementara batin adalah inti; Kedelapan, menjauhkan dari agama, langkah ini dilakukan untuk menjauhkan orang yang didakwah dari peraturan agama. Kesembilan, melepaskan diri dari agama, mereka mengatakan: “Apabila derajat seorang mukmin berada di peringkat tinggi, maka ia tidak perlu melakukan amalan lagi. Dia tidak wajib berpuasa, salat, haji, jihad, juga diharamkan kepadanya pernikahan, makanan, minuman dan pakaian.”

Syiah Ismailiyah Batiniyah ini pada dasarnya adalah Syiah Imamiyah juga yang berpecah daripadanya. Maka ajaran-ajarannyapun serupa antara keduanya, umpamanya keduanya mewajibkan ada imam untuk ummat manusia sepanjang masa, mereka juga mamakshumkan imam sama dengan Nabi jadi imam dianggap tidak berbuat salah seperti nabi juga. Mereka juga mengakui Abu Bakar dan Umar merampas hak Ali, yang berhak menjadi pengganti Nabi pertama adalah Ali menurut mereka, dan banyak hal lain lagi yang aneh-aneh dari keyakinan mereka yang umumnya ditolak dan tidak disetujui oleh Syiah Zaidiyah. Dengan demikian, maka jelaslah bahwa ada perkara-perkara prinsip yang dimiliki dan diyakini golongan Syiah yang bergeser jauh dari ketentuan dan kelaziman Islam, kecuali Syiah Zaidiyah.

* Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL, MA., Ketua Umum Dewan Dakwah Aceh, dan Dosen Siyasah Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh. Email: diadanna@yahoo.com

No comments: