Misteri Sang Mahapatih Majapahit
Masa kecil I Dipa/Jaka Mada tinggal di desa Mada
Lamongan dan setelah remaja, diajak oleh Ki Gede Sidowayah ke
Songgoriti, Malang. Hal ini otomatis membantah anggapan bahwa Gajah Mada
ditemukan oleh Ronggo Lawe, adipati Tuban, yang ditemukan sedang
berkelahi, kemudian dibawa dan diasuh Ronggo Lawe di Tuban. Anak yang
disebutkan bernama Trimo sebagai nama kecil Gajah Mada, setelah dewasa
dimasukkan ke dalam prajurit kerajaan Majapahit.
Seperti diketahui Ronggo Lawe putra Arya Wiraraja
adalah salah satu pengikut Raden Wijaya yang berjasa besar dalam
perjuangan mendirikan Kerajaan Majapahit, namun akhirnya meninggal
akibat memberontak terhadap Raden Wijaya. Pemberontakan dipicu oleh
ketidakpuasan Ronggo Lawe atas pengangkatan Nambi sebagai rakyan patih
dan menganggap Lembu Sora yang pantas menjadi rakyan patih karena
dinilai jauh lebih berjasa dalam perjuangan daripada Nambi. Ronggo Lawe
wafat ditangan Kebo Anabrang (pemimpin ekspedisi Pamalayu) pada tahun
1295 M. Sedangkan Gajah Mada sendiri disebutkan lahir pada tahun 1299 M,
atau 4 (empat) tahun setelah kematian Ronggo Lawe.
Jadi Gajah Mada sewaktu kecil bernama I Dipa/Jaka
Mada diasuh oleh janda Wura Wuri di desa Mada Lamongan dan setelah
dewasa tinggal bersama Ki Gede Sidowayah di Songgoriti, Malang.
I Dipa/Jaka Mada menyampaikan kepada ayah angkatnya
Ki Gede Sidowayah keinginannya menjadi prajurit dan mengabdi di
Majapahit. Hal ini kemungkinan dipicu karena sering melihat
iring-iringan prajurit Majapahit yang melewati desa Mada yang memang
terletak diantara jalur Majapahit dengan Tuban. Ki Gede Sidowayah yang
kebetulan memiliki keahlian membuat senjata pusaka, otomatis banyak
berhubungan dengan kalangan prajurit di Majapahit. Ki Gede Sidowayah
merestui dan menyarankan Gajah Mada agar singgah di tempat Ki Wonokerto,
kakek angkatnya di Desa Bedander, Kabuh, Kabupaten Jombang.
Gajah Mada akhirnya berangkat menuju Majapahit dan
jalur yang ditempuh kemungkinan mengambil jalan pintas lewat Batu Malang
(diantara Gunung Butak dan Gunung Arjuna) terus lurus menuju Desa
Bedander, Jombang. Jadi kesimpulan tidak via Pandakan, Pasuruan maupun
via Daha, Kediri. Setelah menemui Ki Wonokerto, kakek angkatnya,
selanjutnya Gajah Mada pergi menuju Trowulan, Majapahit yang berjarak
sekitar 25 km dari Bedander.
Berbekal kemampuan beladiri dan pengetahuan dibawah
gemblengan gurunya Ki Hanuraga, Gajah Mada akhirnya bisa diterima
sebagai prajurit (bekel) di Majapahit. Karier Gajah Mada terus menanjak
hingga akhirnya menjadi Kepala Pasukan Bhayangkara (Pengawal pasukan
Raja).
Di era Raja Jayanegara, terjadilah pemberontakan Ra
Kuti dan Ra Tanca (1319 M). Gajah Mada dan belasan pasukan Bhayangkara
menyelamatkan raja Jayanagara ke Bedander dan meminta nasehat kakeknya
yaitu Ki Wonokerto. Akhirnya, berkat kecerdikan Gajah Mada,
pemberontakan Ra Kuti dapat dipadamkan. Ra Kuti tewas, kecuali Ra Tanca
yang diampuni karena memiliki keahlian sebagai tabib. Saat menumpas
pemberontakan Ra Kuti ini, Gajah Mada dibantu oleh Arya Damar.
Siapakah Arya Damar? Kenapa perannya begitu besar dan selalu sukses membantu Gajah Mada di beberapa pertempuran? Arya
Damar/Arya Dilah adalah putra Raden Wijaya dengan selir Dara Jingga
yang lahir pada tahun 1294 M. Saat kelahirannya muncul sinar yang
menyala di ubun-ubunnya, sehingga Arya Damar diberi nama Arya Dilah.
Ceritanya saat itu, ibunya Dara Jingga di fitnah dan melarikan diri
dalam keadaan mengandung. Ibunya kemudian diambil/diperistri oleh
seorang keluarga Raja Mauliwarmadewa yang bergelar Bethara Siwa di
Melayu.
Pada usia 14 tahun (1308 M), Arya Damar datang ke
Majapahit menemui Ayahnya Raden Wijaya. Dia ditugaskan menumpas para
pepatih yang berkuasa di tulembang/situlembang (Palembang). Arya
Damar/Arya Dilah memiliki keris ampuh bernama “Sanghyang Tiga Sakti”.
Setelah berhasil menjalankan tugasnya, oleh Raden Wijaya namanya diganti
menjadi Arya Damar dan diangkat menjadi Raja/Adipati di Palembang dan
bergelar Adityawarman/Datuk Patih Nan Sebatang di bawah kekuasaan
Majapahit.
Pada tahun 1347 M Arya Damar menyerahkan kekuasaan
pada patihnya yang bernama Arya Sampang/Pampang. Arya Damar sendiri
kemudian pindah dan berkuasa di Pagaruyung, Lampung.
Ada yang menyebutkan Arya Damar/Arya
Dilah/Adityawarman identik dengan Damar Wulan tokoh legenda cerita
rakyat Jawa Timur yang dikaitkan dengan Putri Anjasmara dan Menak Jinggo
penguasa Blambangan. Namun mengingat cerita ini ditulis di masa-masa
akhir runtuhnya Majapahit di era setelah 1400-an, maka anggapan ini
kurang tepat. Arya Damar sendiri meninggal pada tahun 1375 M dan
kemudian kedudukannya sebagai Raja Pagaruyung digantikan oleh putranya
Ananggawarman.
Kembali kaitannya dengan Gajah Mada. Peran besar
Arya Damar adalah saat Majapahit menyerang kerajaan Bedahulu, Bali
Barat. Arya Damar menyerang dari pesisir utara, sedangkan Gajah Mada
memimpin dari Selatan. Arya Damar mampu menaklukkan wilayah pesisir
terlebih dahulu dan selanjutnya membantu Gajah Mada mengalahkan kerajaan
Bedahulu.
Kebenaran sejarah pada dasarnya milik peristiwa
sejarah itu sendiri. Namun sejarah harus dibuktikan kebenarannya
berdasarkan fakta-fakta sejarah. Tidaklah mungkin bertanya pada pelaku
sejarah yang sudah tinggal sejarah. Kalau bertanya pada arca Gajah Mada
pasti jawabannya “mangan ora mangan ngumpul” (makan tidak makan yang penting kumpul/bersatu), sedangkan kalau bertanya pada arca Arya Damar paling juga dijawab “wong kito galo”(orang kita semua). He 2x….Tetap Semangat!
Galih D
No comments:
Post a Comment