Percepatan Penggembungan Alam Semesta dan Peradaban Atlantis

atlantis-yg-hilang
Ilustrasi kota di benua Atlantis. (net)
Fenomena percepatan penggembungan alam semesta merupakan se­buah penemuan besar yang menakjubkan.
Ini merupakan kesimpulan dari pengamatan supernova jauh yang dilaku­kan oleh fisikawan Saul Perl­mutter, Brian Schmidt dan Adam Riess, maka mereka secara bersama mendapat­kan penghargaan Astronomi Shaw (oleh Shaw Brothers Hong Kong) pada 2006 dan penghargaan Nobel dalam bidang Fisika pada 2011.
Beberapa tahun lalu, hasil pengamatan independen dari ber­bagai aspek yang dilakukan oleh para ilmuwan astronom, telah membuktikan fenomena percepatan penggembungan alam semesta.
Seiring dengan semakin meluasnya populari­tas fenomena tersebut, juga membuat orang disaat menge­nal fenomena astrologi baru, dapat menimbulkan berbagai macam asosiasi.
Sejak Tiongkok zaman dahulu, Taoisme menganggap tubuh manusia merupakan se­buah alam semesta kecil, kon­sepsi kultivasi aliran Buddha, melalui pengenalan kembali terhadap diri sendiri dan menginspirasi kesadaran dengan sebuah hati kebuddhaan yang bercahaya menyinari sepuluh penjuru dunia.
Itu sebabnya lebih dari 2.000 tahun yang lalu, bahkan pada masa yang jauh lebih lama lagi, walau­pun tidak terdapat instrumen pengamatan astronomi yang modern atau pun mikrokos­mik teleskop, namun tetap dapat didasari oleh inspirasi kebajikan hati, dengan pemikiran yang telah mencapai ke­sadaran mengenal kontruksi alam semesta. Misalnya prestasi astronomi zaman kuno Tiongkok, peradaban Atlantis dan peradaban India kuno.
Dapat dikatakan perkem­bangan peradaban dapat mempunyai jalur perkem­bangan yang tidak sama, berdasarkan pengutamaan peningkatan dan perkem­bangan spiritual, sama saja dapat muncul peradaban yang tinggi, misalnya, peradaban Atlantis. Konon Ingrid Ben­nett, dewasa ini merupakan warga bumi yang yang dapat mengingat kembali dirinya berada pada kehidupan se­belumnya di Atlantis. Dia mengatakan, disaat itu para siswa melalui kegiatan me­renung yang mirip meditasi aliran Zen, untuk membuka potensi dirinya.
Inggrid-Bennette
Seorang sarjana Barat menemukan Inggrid Bennette, seorang yang mampu mengenang kehidupan masa lalunya saat menjadi warga Atlantis ribuan tahun yang lalu. Dari ingatannya diketahui peradaban Atlantis sangat tinggi dan selaras dengan alam. (net)
Frekuensi getaran tubuh dan otak semakin tinggi, maka frekuensi getaran roh juga akan semakin mening­kat. Kesadaran internal seseorang semakin aktif, maka ia akan semakin terefleksi pada kesadaran eksternal atau ke­sadaran latennya. Ketika keduanya harmonis dan menyatu, akan mewujudkan dunia yang positif dan progresif. Sebaliknya jika tidak dapat menyatu, masyarakat akan ter­hanyut ke dalam keserakahan dan kekuasaan.
Manusia At­lantis dalam pengembangan spiritual dan kejiwaan mengutamakan pandangan alam semesta yang harmonis secara keseluruhan, dan mengang­gap hanya dengan pening­katan secara menyatu antara jiwa dan raga, baru dapat mengembangkan potensi terbesar manusia.
Berhubung manusia Atlantis mengutamakan pengembangan jiwa dan raga, sehingga peradaban mereka dapat berkembang dengan pesat secara jangka panjang dan stabil. Konon disaat itu peradaban Atlantis dapat menggunakan kristal sebagai sumber energi untuk memenuhi keperluan sum­ber energi sebuah kota dan juga menggunakan kristal dilengkapi dengan herbal dan wewangian guna menyembuhkan penyakit. Dalam alat transportasi, mereka juga menggunakan medan energi magnet sebagai daya pendo­rong pesawat mirip UFO.
Dibandingkan dengan manusia modern sekarang ini, manusia Atlantis sangat mengutamakan kemampuan kejiwaan, bahkan memper­tahankan kemampuan tubuh manusia, dapat melakukan hubungan kejiwaan yang har­monis dengan segala sesuatu yang berada dalam alam se­mesta. Sedangkan manusia zaman sekarang yang diuta­makan adalah pengetahuan dan mengabaikan kekuatan batinnya, meng­abaikan konsep tradisi timur tentang ‘sifat kebuddhaan’ yang dapat menerangi seluruh penjuru.
Misalnya cendekiawan di zaman Tiongkok kuno mengutamakan meditasi, segala profesi dan bidang usaha memperhatikan ketenangan hati dan pengaturan pernapasan, maka itu dalam pencatatan zaman kuno ter­dapat catatan kasus-kasus nyata tentang kemampuan tubuh manusia, antara lain Telepati, pubbe-nivāsanussati (Suming Tong, kemampuan super normal dapat mengetahui karma lampau, menge­tahui zaman sekarang atau berimbalan di masa datang) Teleportasi, clairvoyance dan lain-lain, dapat ditemukan dimana-mana. Semua ini juga terdapat pada tubuh orang At­lantis, namun mereka sering kali dianggap sebagai takha­yul, dongeng dan mitos yang jauh oleh orang-orang modern sekarang, dikesamping­kan pada tepi paling luar dari peradaban umat manusia.
Namun peradaban Atlan­tis yang sangat tinggi terse­but, terlalu menekankan pada penghargaan terhadap per­orangan, mengesampingkan dan mengumbar fenomena kebiadaban dan kemerosotan moral. Ahli filsafat Yunani kuno Plato (427 SM — 347 SM) ketika membicarakan kemusnahan Atlantis pernah mengatakan, “Tetapi ma­syarakat Atlantis telah mulai korup, kalangan rakyat bah­kan memuja bermacam-ma­cam dewa palsu yang rakus terhadap harta dan ingin men­jadi kaya, bermalas-malasan, tidak suka bekerja, serta mengejar kemewahan serta hawa nafsu.”
Bahkan pikiran suci pun semakin redup, dan ketika dikelabui dan dihalangi oleh keduniawian, orang Atlantis yang tidak sanggup memikul kebahagiaan sebesar langit itu, mulai melakukan hal-hal yang tidak patut dilakukan, orang yang penglihatannya tajam dapat melihat orang Atlantis kian hari semakin merosot, moral tinggi bawaan mereka berangsur-angsur menghilang, hanya manu­sia biasa yang buta hatinya karena dipenuhi dengan nafsu kepentingan, tidak dapat membedakan kebaikan dan keburukan, masih saja berhura-hura, dikira malah mendapatkan karunia dari alam.”
Ditambah lagi waktu itu Atlantis tidak memiliki undang-undang perkawinan, sebagian dari mereka meng-umbar nafsu birahi tanpa batas dalam kehidupannya sehingga menjadi bejat. Ke­merosotan moral secara kese-luruhan, juga membuat para ilmuwan demi nama dan ke­pentingan pribadi, berupaya mengubah elemen dasar alam semesta untuk mengatur suhu udara dan pemurnian udara serta mencoba bermain men­jadi “Tuhan”. Menghadapi perkembangan sangat buruk yang lupa akan besarnya langit dan bumi, orang-orang bijak pernah memberi peringatan yang sangat serius.
Akhirnya, pergerakan kerak bumi telah mengakibat­kan terjadinya gempa bumi, tsunami dan letusan gunung berapi, mengakibatkan selu­ruh daratan Atlantis dalam waktu yang amat singkat untuk selamanya tenggelam ke dasar laut. Walau rahasia lenyapnya peradaban Atlan­tis masih merupakan sebuah misteri, namun ingatan kem­bali Ingrid Bennett juga telah memberi kita sebuah jejak, untuk meneliti kemusnahan peradaban Atlantis mengapa bisa sampai terjadi.
Inspirasi yang diberikan kepada kita tentang pemus­nahan peradaban Atlantis adalah, ketika hati manusia menggembung dengan sesu-ka hati dan mengabaikan pemeliharaan kebaikan dan pengendalian batin, dan telah menerobos batas dasar moral manusia, maka bencana dan pemusnahan yang tak ter­hindarkan akan menjadi suatu kewajaran.
Mungkin karena berbagai nafsu yang tidak dapat memenuhi ego kita terus mengem­bang, sehingga orang-orang di berbagai tempat dunia “secara kebetulan” telah men­jumpai fenomena astronomi “percepatan penggembungan alam semesta”, maka telah menimbulkan kian banyak pemikiran, apakah percepatan penggembungan alam semes­ta juga berhubungan dengan etika moral manusia yang kian merosot?
Diantara “percepatan penggembungan alam semes­ta” dengan peradaban Atlantis seakan-akan tidak memiliki hubungan, juga tidak ada hubungannya dengan umat manusia. Namun sejarah pe­musnahan peradaban Atlantis telah menunjukkan kepada kita, diantara mereka memi­liki hubungan sebab-akibat, yaitu hati manusia yang meng­gerakkan ‘pengembangan’.
Ketika pemahaman kita terhadap dunia, terhadap makna kehidupan hanya se­batas puas dengan menikmati kenyamanan materi, nafsu keinginan terhadap materi merajalela, dan membuang jauh-jauh hasrat kebaikan dan hati nurani, tidak mentaati lagi pedoman normatif moral manusia, maka alam semesta akan percepat penggembung-annya hingga meledak.
Apakah kita akan mengu­langi kembali laiknya bencana yang dialami oleh manusia Atlantis itu? Ini merupakan masalah serius yang dihadapi oleh setiap insan di bumi kita ini. (tys/rahmat)

No comments: