Perlawanan Setan dan Mengenal Tipu Dayanya

PERLAWANAN SETAN Perlawanan Setan dan Mengenal Tipu Dayanya (1)
SETAN merupakan salah sosok yang tidak dapat kita lihat secara kasat mata. Dialah musuh bagi manusia. Dia yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam hal-hal yang di benci oleh Allah. Sehingga kita akan mendapatkan murka Allah. Oleh karena itu, jagalah diri kita dari segala godaan setan. Dan lindungilah diri kita dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah. Serta kita pun harus meminta kepada Allah agar kita dilindungi dari segala godaan setan yang terkutuk.
Al-Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, Abul Hasan Al Fira’ menceritakan kepada kami, Abu Bakr Ahmad bin Ishaq Al Jauzajani menceritakan kepada kami, Salamah menceritakan kepada kami dari Abdur Razzaq dari Ma’mar dari Az Zuhri dari Shafiyah binti Jahsy, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Setan itu mengalir di dalam (tubuh) manusia seperti mengalirnya darah.”
Al-Faqih berkata: Ayahku menceritakan kepada kami, Abul Hasan Al Fira’ menceritakan kepada kami, Abu Bakr Ahmad bin Ishaq menceritakan kepada kami, Salamah menceritakan kepada kami dari seorang yang menceritakannya dari Al Kalbi dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas RA di dalam menafsirkan surah An Nas, yang artinya, “Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia,” (QS. An-Nas: 1-6). Ibnu Abbas menyatakan bahwa setan itu masuk ke dalam hati jin sebagaimana masuk ke dalam hati manusia, lalu membisikkan kejahatan d hati mereka; di mana apabila mereka berdzikir kepada Allah, maka setan itu lari dan keluar dari hati mereka.
Diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwasanya beliau bersabda, “Aku diutus berseru dan menyampaikan (risalah), dan sama sekali aku tidak mempunyai hak untuk memberikan hidayah (petunjuk). Dan iblis itu diciptakan untuk membujuk, dan sama sekali tidak mempunyai hak untuk menyesatkan.”
Maksudnya, iblis hanya menggoda untuk melakukan maksiat dan tidak lebih dari itu. Oleh karena itu, setiap orang harus bersungguh-sungguh untuk menolak bisikan iblis yang ada pada dirinya dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melawan ajakan musuhnya itu, karena Allah Ta’ala berfirman, “Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh,” (QS. Fatir: 6).
Orang yang berakal sehat harus mengetahui mana kawan dan mana lawan, lalu mengikuti kawan dan meninggalkan lawan.
Dikatakan bahwa tanda orang bodoh itu ada 4, yaitu:
1. Marah tanpa sebab.
2. Mengikuti hawa nafsu dalam hal yang bathil.
3. Membelanjakan harta untuk hal-hal yang tidak penting.
4. Tidak bisa membedakan mana kawan dan mana lawan, artinya ia lebih senang mematuhi ajakan setan daripada mematuhi perintah Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman, “Pantaskah kamu menjadikan dad an keturunannya sebagai pemimpin selain Aku, padahal mereka adalah musuhmu? Sangat buruklah (iblis itu) sebagai pengganti (Allah) bagi orang yang zhalim,” (QS. Al-Kahfi: 50).
Tanda orang yang berakal sehat juga ada 4, yaitu:
1. Sabar terhadap orang bodoh.
2. Menhan diri dari yang bathil.
3. Membelanjakan harta untuk hal-hal yang penting.
4. Bisa membedakan mana kawan dan mana lawan.
Diceritakan dari Wahb bin Munabbih bahwasanya ia berkata, “Iblis menemui Yahya bin Zakaria AS lalu Yahya berkata kepadanya, ‘Beritahukanlah kepadaku tentang macam-macam tabi’at manusia menurut pendapatmu.’ Iblis berkata, ‘Sebagian di antara mereka seperti kamu yaitu ma’shum (terjaga dari melakukan perbuatan dosa), di mana kami tidak mampu menggodanya sedikit pun. Kelompok yang kedua berada di tangan kami seperti bola pada tangan anak-anak, di mana nafsu mereka menurut apa kehendak kami. Sedangkan kelompok yang ketiga, maka itu merupakan kelompok yang paling berat bagi kami, di mana kami sudah berusaha sekuat tenaga untuk menggodanya sehingga kami dapat menggodanya, akan tetapi buru-buru ia membaca istighfar, sehingga sia-sialah apa yang telah kami dapatkan itu. Akan tetapi kami tidak pernah berputus asa, namun tidak pernah berhasil mencapai apa yang kami inginkan untuk menggodanya’.”

SALAH seorang cendekiawan berkata, “Saya merenung dan berpikir dari pintu mana setan dapat masuk pada manusia, ternyata setan itu masuk malalui sepuluh pintu, yaitu:
1. Rakus dan buruk sangka, lalu saya menghadapinya dengan percaya dan qana’ah. Kemudian saya bertanya pada diri sendiri, ‘Ayat manakah yang bisa saya ambil untuk memperkuat pendapat itu?’ Lalu saya menemukan firman Allah Ta’ala, ‘Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi, melainkan semuanya di jamin Allah rezekinya,’ (QS. Hud: 6).
Maka rakus dan buruk sangka itu saya patahkan dengan ayat tersebut.
2. Ingin hidup terus dan panjang angan-angan, lalu saya menghadapinya dengan datangnya kematian secara mendadak. Kemudian saya bertanya pada diri sendiri, ‘Ayat manakah yang bisa saya ambil untuk memperkuat pendapat itu?’ Lalu saya menemukan firman Allah Ta’ala, ‘Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati,’ (QS. Luqman: 34).
Maka ingin hidup terus dan panjang angan-angan itu saya patahkan dengan ayat tersebut.
3. Ingin bahagia terus dan nikmat yang berkecukupan, lalu saya mengetahui dengan hilangnya nikmat dan beratnya hisab, kemudian saya ambil untuk memperkuat pendapat itu. Lalu saya menemukan firman Allah Ta’ala, ‘Biarkan mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong) mereka, kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya),’ (QS. Al-Hijr: 3).
Dan juga ayat, ‘Maka bagaimana pendapatmu jika kepada mereka Kami berikan kenikmatan hidup beberapa tahun, kemudian datang kepada mereka adzab yang diancam kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka kenikmatan yang mereka rasakan,’ (QS. Asy-Syu’ara: 205-207).
Maka keinginan untuk ingin bahagia sejahtera dan nikmat yang berkecukupan itu saya patahkan dengan ayat tersebut.
4. U’jub (membanggakan diri sendiri), lalu saya menghadapinya dengan mengingat karunia Allah dan takut terhadap akibat. Kemudian saya bertanya pada diri sendiri, ‘Ayat manakah yang bisa saya ambil untuk memperkuat pendapat itu?’ Lalu saya menemukan firman Allah Ta’ala, ‘Maka di antara mereka ada yang sengsara dan ada yang berbahagia,’ (QS. Hud: 105).
Saya tidak tahu akan masuk dalam kelompok yang mana, maka u’jub itu saya patahkan dengan ayat tersebut.
5. Meremehkan teman dan tidak menghormati mereka, lalu saya menghadapinya dengan mengenal hak mereka dan menghormati mereka. Kemudian saya bertanya pada diri sendiri, ‘Ayat manakah yang bisa saya ambil untuk memperkuat pendapat itu?’ Lalu saya menemukan firman Allah Ta’ala, ‘Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin,’ (QS. Al-Munafiquun: 8).
Maka meremehkan teman dan tidak menghormati mereka saya patahkan dengan ayat tersebut.
6. Dengki (iri hati), lalu saya menghadapinya dengan keadilan dan pembagian Allah terhadap makhluk-Nya. Kemudian saya bertanya pada diri sendiri, ‘Ayat manakah yang bisa saya ambil untuk memperkuat pendapat itu?’ Lalu saya menemukan firman Allah Ta’ala, ‘Kamilah yang menentukanpenghidupan mereka dalam kehidupan di dunia,’ (QS. Az-Zukhruf: 32).
Maka rasa dengki itu saya patahkan dengan ayat tersebut.
7. Riya’ dan ingin dipuji orang lain, lalu saya menghadapinya dengan ikhlas. Kemudian saya bertanya pada diri sendiri, ‘Ayat manakah yang bisa saya ambil untuk memperkuat pendapat itu?’ Lalu saya menemukan firman Allah Ta’ala, ‘Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, ‘Maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya,’ (QS. Al-Kahfi: 110).
Maka riya’ ingin dipuji orang lain itu saya patahkan dengan ayat tersebut.

8. KIKIR, lalu saya mengahadapinya dengan ingat kebiasaan apa yang ada pada tangan manusia, dan kekekalan apa yang ada pada sisi Allah. Kemudian saya bertanya pada diri sendiri, ‘Ayat manakah yang bisa saya ambil untuk memperkuat pendapat itu?’ Lalu saya menemukan firman Allah Ta’ala, “Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal,” (QS. An-Nahl, 16: 96).
9. Sombong, lalu saya menghadapinya dengan rendah hati. Kemudian saya bertanya pada diri sendiri, ‘Ayat manakah yang bisa saya ambil untuk memperkuat pendapat itu?’ Lalu saya menemukan firman Allah Ta’ala, “Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa,” (QS. Al-Hujurat, 49: 13).
10. Tamak, lalu saya menghadapinya dengan tidak mengharap kepada sesame manusia dan berharap kepada Allah. Kemudian saya bertanya pada diri sendiri, ‘Ayat manakah yang bisa saya ambil untuk memperkuat pendapat itu?’ Lalu saya menemukan firman Allah Ta’ala, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya,” (QS. Ath-Thalaq, 65: 2-3).
Diceritakan dalam salah satu riwayat bahwasanya iblis, semoga Allah mengutuknya, mendatangi Nabi Musa as. Yang sedang bermunajat kepada Tuhannya, lalu malaikat bertanya kepada iblis, “Apa yang kamu harapkan dari Musa, sewaktu ia sedang bermunajat?” Iblis menjawab, “Aku mengharapkan daripadanya seperti apa yang aku harapkan dari ayahnya Adam, sewaktu ia berada di dalam surga.”
Dikatakan bahwa apabila waktu shalat tiba, maka iblis memerintahkan pasukannya untuk menyebar dan mendatangi orang-orang untuk melalaikan shalat, di mana setan mendatangi orang yang hendak shalat untuk mengulur-ulur waktu shalat. Jika ia tidak mampu untuk menggodanya yang demikian itu, maka ia mengganggu orang itu supaya tidak menyempurnakan rukuk, sujud, bacaan, tasbih, do’a-do’anya. Jika ia tidak mampu untuk menggoda yang demikian itu, maka ia menggoda hatinya untuk selalu mengingat-ingat dunia. Apabila setan tidak berhasil menggoda manusia dalam hal yang demikian itu, maka setan itu diikat dan dibuang ke laut, dan apabila setan itu berhasil, maka dimuliakan dan disanjung-sanjung.
Allah Ta’ala menceritakan tentang tingkah laku iblis itu melalui firman-Nya, “Pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian pasti aku mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur,” (QS. Al-‘Araf, 7: 16-17).
Pada ayat yang lain, Allah berfirman, “Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga,” (QS. Al-‘Araf, 7: 27).
Pada ayat yang lain, Allah berfirman, “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir),” (QS. Al-Baqarah, 2: 268).
Pada ayat yang lain, Allah berfirman, “Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh,” (QS. Fathir, 35: 6).
Redaktur: Rika Rahmawati

No comments: