Siapa Bilang Syi'ah Tidak Sesat?

umar-shi

Adalah hal yang membuat kita mengelus dada ketika oknum ketua Majelis Ulama Indonesia yang masih mengaku 'sunni' mengatakan bahwa Syi'ah itu tidak sesat. Ia adalah Prof. Dr. H. Umar Shihab1)—semoga Allah memberikan petunjuk kepadanya, dan semoga orang­orang tidak silau dengan gelar yang disandangnya—yang mengatakan: "MUI berprinsip2) bahwa madzhab Syi'ah tidak sesat. Karena itu, MUI mengimbau umat Islam tidak terpecah belah dan menjaga ukhuwwah islamiyyah serta tidak melakukan tindak kekerasan terhadap golongan berbeda".3)
Di lain kesempatan ia berkata: "Misalnya ada MUI Daerah yang mengeluarkan fatwa Syi'ah itu sesat ­namun Alhamdulillah syukurnya belum ada MUI Daerah yang mengeluarkan fatwa seperti itu­maka fatwa tersebut tidak sah secara konstitusi, sebab MUI Pusat menyatakan Syi'ah itu sah sebagai mazhab Islam dan tidak sesat. Jika ada petinggi MUI yang mengatakan seperti itu, itu adalah pendapat pribadi dan bukan keputusan MUI sebagai sebuah organisasi".4)
Seolah-­olah tidak mau ketinggalan, Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin—ketua umum PP. Muhammadiyyah - memberikan angin segar atas ucapan Umar Shihab dengan menegaskan bahwa antara Sunni dan Syi'ah ada perbedaan tetapi hanya pada wilayah cabang (furu'iyyat), tidak pada wilayah dasar agama (aqidah), karena keduanya berpegang pada aqidah Islamiyah yang sama, walau ada perbedaan derajat penghormatan terhadap Ali bin Abi Thalib.5)
Penulis (Abul­Jauzaa') katakan: Sungguh sesat perkataan yang menyatakan bahwa Syi'ah tidak sesat. Sesat pula perkataan yang menyatakan bahwa perbedaan Ahlus Sunnah dengan Syi'ah tidak ada kaitannya dengan aqidah. Berikut akan saya berikan bukti­bukti autentik akan kesesatan Syi'ah yang berbeda dengan perkataan dua tokoh di atas.6) Bukti­bukti berikut saya ambilkan dari kitab­kitab Syi'ah, website­website Syi'ah, dan perkataan para ulama Syi'ah.
Bukti Autentik Kesesatan Syi'ah
1. Syi'ah Rafidhah mengatakan bahwa al­Qur'anyang ada di tangan kaum muslimin (baca: Ahlus Sunnah) berbeda dengan al­Qur'an versi Ahlul Bait.
Berkata Muhammad bin Murtadha al­Kasyi—seseorang yang dianggap alim dan ahli hadits dari kalangan Syi'ah:
"Tidaklah tersisa bagi kami untuk berpegang suatu ayat dari al-Qur›an. Hal ini disebabkan setiap ayat telah terjadi pengubahan sehingga berlawanan dengan yang diturunkan Allah. Dan tidak lah tersisa dari al-Qur'an satu ayat pun sebagai hujjah. Maka tidak ada lagi faedahnya, dan faedah untuk menyuruh dan berwasiat untuk mengikuti dan berpegang dengannya..." (Tafsîr ash-Shâfî 1/33)
Berkata Muhammad bin Ya'qub al­Kulaini—seorang yang dianggap ahli hadits dari kalangan Syi'ah (w. 328/329 H):
Dari Abu Bashir, dari Abu Abdillah 'alaihis salam ia berkata, "Sesungguhnya pada kami terdapat Mushaf Fatimah 'alaihas salam. Dan tidaklah mereka mengetahui apa itu Mushaf Fatimah." Aku berkata, "Apakah itu Mushaf Fatimah?" Abu Abdillah menjawab, "Mushaf Fatimah itu, di dalamnya tiga kali lebih besar daripada al-Qur'an kalian. Demi Allah, tidaklah ada di dalamnya satu huruf pun dari al-Qur'an kalian." Aku berkata, "Demi Allah, ini adalah ilmu." (al-Kâfî 1/239).
Dari Hisyam bin Salim, dari Abu Abdillah 'alai-his salam ia berkata, "Sesungguhnya al-Qur'an yang diturunkan melalui perantaraan Jibril 'alai-his salam kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wa alihi terdiri atas 17.000 (tujuh belas ribu) ayat."(al-Kâfî 2/634)
Berkata Muhammad Baqir Taqiy bin Maqshud al­Majlisi (w. 1111 H)—seorang yang dianggap imam dan ahli hadits di masanya—ketika mengomentari hadits di atas:
"Shahih. Dalam sebagian naskah tertulis: 'dari Hisyam bin Salim' pada tempat rawi yang bernama Harun bin Salim. Maka khabar/riwayat ini shahih dan tidak tersembunyi lagi bahwasanya riwayat ini dan banyak lagi yang lainnya dalam bab ini telah mencapai derajat mutawatir secara makna. Menolak keseluruhan riwayat ini (yang berbicara tentang perubahan al-Qur'an) berkonsekuensi menolak semua riwayat (yang berasal dari Ahlul Bait). Aku kira, riwayat-riwayat dalam bab ini tidaklah lebih sedikit dibandingkan riwayat-riwayat tentang imamah. Nah, bagaimana masalah imamah itu bisa ditetapkan melalui riwayat?" (Mir'âtul 'Uqûl fî Syarhi Akhbâri Âlir Rasûl 12/525)
Kemudian, ... inilah hal yang membuktikan validitas keyakinan Syi'ah dalam hal ini:7)
Di atas adalah perkataan Dr. al­Qazwini, salah seorang ulama kontemporer Syi'ah yang cukup terkenal. Menurutnya, firman Allah Ta'ala :
"Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing). (QS. Âli 'Imrân 3:33)
Menurutnya, yang benar adalah:
"Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, keluarga Imran, dan keluarga Muhammad melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)."
Tambahan kalimat yang bercetak tebal ini dihilangkan oleh para sahabat ra. dan ini adalah kedustaan yang sangat nyata[!!], Pen.).8)
Apakah hal seperti ini menurut Umar Shihab tidak sesat? Apakah hal seperti ini menurut Din Syamsuddin tidak ada sangkut pautnya dengan aqidah? Di manakah posisi firman Allah Ta'ala:
''Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya ''. (QS. al­Hijr 15:9)
2. Orang Syi'ah Rafidhah telah mengkafirkan para sahabat, terutama sekali Abu Bakar ash­Shiddiq dan Umar bin Khaththab ra.
Orang Syi'ah telah mendo'akan laknat atas Abu Bakar dan Umar ra. yang nahasnya, do'a itu dinisbahkan secara dusta kepada Ali bin Abi Thalib ra.9), sebagai berikut:
"Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Ya Allah, laknat bagi dua berhala Quraisy (Abu Bakar dan Umar, Pen.), Jibt dan Thaghut, kawan­kawan, serta putra­putri mereka berdua. Mereka berdua telah membangkang perintah-Mu, mengingkari wahyu-Mu, menolak kenikmatan-Mu, mendurhakai Rasul-Mu, menjungkirbalik-kan agama-Mu, mengubah kitab-Mu...dst." [selesai]
Dalam sebuah video, ulama Syi'ah (Yasir Habib) melaknat Abu Bakar, Umar, dan para sahabat lain fdalam shalatnya.10)
Kini, mari kita lihat sumber ajaran Syi'ah dalam kitab mereka yang mengkafirkan para sahabat:
Dari Abu Ja'far 'alaihis salam, ia berkata, "Orang-orang (yaitu para sahabat, Pen.) menjadi murtad sepeninggal Nabi shallallahu 'alaihi wa alihi kecuali tiga orang." Aku (perawi) berkata: "Siapakah tiga orang tersebut?" Abu Ja'far menjawab: "Al-Miqdad, Abu Dzarr al-Ghifari, dan Salman al-Farisi rahimahullah wa barakatuhu 'alaihim..." (al-Kâfî 8/245; al­Majlisi berkata: "hasan atau muwatstsaq.")
Dari Abu Bashir, dari salah seorang dari dua imam 'alaihimas salam, ia berkata, "Sesungguhnya penduduk Makkah kafir kepada Allah secara terang-terangan. Dan penduduk Madinah lebih busuk/jelek daripada penduduk Makkah 70 kali." (al-Kâfî 2/410; al­Majlisi berkata, "Muwatstsaq (riwayat ini terpercaya).")
Riwayat yang semacam ini banyak tersebar di kitab­kitab Syi'ah.
Apakah hal seperti ini menurut Umar Shihab tidak sesat? Apakah hal seperti ini menurut Din Syamsuddin tidak ada sangkut pautnya dengan aqidah? Di manakah posisi firman Allah Ta'ala:
''Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muha-jirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.'' (QS. at­Taubah 9:100)
3. Orang Syi'ah Rafidhah tidak menggunakan riwayat Ahlus Sunnah.
Atau dengan kata lain, Syi'ah tidak menggunakan hadits­hadits Ahlus Sunnah—yang merupakan referensi kedua setelah al­Qur'an—dalam membangun agama mereka. Ini merupakan konsekuensi yang timbul dari poin kedua karena mereka mengkafirkan para sahabat yang menjadi periwayat as­sunnah/al­hadits. Ini adalah satu kenyataan yang tidak akan ditolak kecuali mereka yang bodoh terhadap agama Syi'ah dengan kebodohan yang teramat sangat, atau mereka yang sedang menjalankan strategi taqiyyah. Adakah mereka (Syi'ah) akan mengambil riwayat dari orang yang telah mereka anggap murtad dari agamanya?.
Syi'ah mempunyai sumber­sumber hadits tersendiri seperti al-Kaafiy, Man Lâ Yahdluruhul Faqîh, Tahdzîbul Ahkâm, al-Istibshâr, dan lain­lain.
Jika mereka mengambil referensi Ahlus Sunnah, maka itu hanyalah mereka lakukan ketika berbicara kepada Ahlus Sunnah, dan mereka ambil yang kira­kira dapat mendukung aqidah mereka dan/atau menghembuskan syubhat­syubhat kepada Ahlus Sunnah.
Apakah hal seperti ini menurut Umar Shihab tidak sesat? Apakah hal seperti ini menurut Din Syamsuddin tidak ada sangkut pautnya dengan aqidah? Di manakah posisi sabda Nabi Shallalahu 'Alaihi wa Sallam :
"Aku nasihatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat walaupun (yang memerintah kalian) seorang budak Habsyi. Orang yang hidup di antara kalian (sepeninggalku nanti) akan menjumpai banyak perselisihan. Waspadailah hal-hal yang baru, karena semua itu adalah kesesatan. Barangsiapa yang menjumpainya, maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah ia erat-erat dengan gigi geraham." (Diriwayatkan oleh Ahmad 4/126–127, Abu Dawud no. 4607, dan yang lainnya; shahih.11)
4. Orang Syi'ah telah berbuat ghuluw (berlebih­lebihan) kepada imam­imam mereka, dan bahkan sampai pada taraf 'menuhankan' mereka.
Al­Kulaini membuat bab dalam kitab al-Kâfî:
"Bab: Bahwasanya para imam ('alaihimus salam) apabila ingin mengetahui, maka mereka akan diberi tahu."
Di sini ada tiga hadits/riwayat. Saya sebutkan satu di antaranya:
Abu Ali al-Asy'ari, dari Muhammad bin Abdil Jabbar, dari Shafwan, dari Ibnu Muskan, dari Badr bin al-Walid, dari Abur Rabi', dari Abu Abdillah ('alaihis salaam), ia berkata, "Sesungguhnya seorang imam jika ia ingin mengetahui, maka ia akan diberi tahu."(al-Kâfî 1/258)
Inilah riwayat dusta yang disandarkan kepada ahlul bait—dan ahlul bait berlepas diri dari riwayat dusta tersebut.
Bab yang lain dalam kitab al-Kâfî:
"Bab: Bahwasanya para imam ('alaihimus salam) mengetahui ilmu yang telah terjadi maupun yang sedang terjadi. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari mereka shalawatullah 'alaihim."
Perhatikan penjelasan Dr. al­Qazwini berikut ini.12) Ia (Dr. al­Qazwini) pada menit 0:44 – 0:53 mengatakan, "Allah Ta'ala Maha Mengetahui segala isi hati. Dan imam dalam riwayat ini juga mengetahui segala isi hati. Ilmu imam berasal dari Allah... [selesai].
Apakah hal seperti ini menurut Umar Shihab tidak sesat? Apakah hal seperti ini menurut Din Syamsuddin tidak ada sangkut pautnya dengan aqidah? Di manakah posisi firman Allah Ta'ala:
Katakanlah: "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku." (QS. al­An'âm 6:50)
Dan kalaupun Allah memberikan sebagian kabar gaib—baik yang telah lalu maupun yang kemudian—kepada para hamba­Nya dari kalangan manusia, maka itu Allah Ta'ala berikan kepada para Nabi dan Rasul­Nya:
Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang gaib, tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya.(QS. Âli 'Imrân 3:179)
Tidak terdapat dalam ayat di atas kata "imam", tetapi yang disebutkan ialah kata "rasul".13)
Orang Syi'ah mengatakan bahwa imam lebih tinggi kedudukannya dari para nabi (selain Nabi Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam).
Ayatullah al­'Uzhma (baca: Ayatusy Syi'ah) ar­Ruhani—semoga Allah mengembalikannya kepada kebenaran—pernah ditanya sebagai berikut:
"Apakah engkau meyakini bahwasanya Ali karamallahu wajhah lebih utama daripada para nabi?"
Ia (ar­Ruhani) menjawab:
"Dengan menyebut nama-Nya yang Maha Agung ... Ini termasuk perkara-perkara yang pasti lagi jelas (yaitu Ali lebih utama daripada para nabi)." [selesai] (Sumber: http://www.alrad.net/hiwar/olama/rohani/r16.htm).14)
Bahkan seandainya seluruh nabi berkumpul, niscaya mereka tidak akan mampu berkhotbah menandingi khotbah Ali ra. Ini dikatakan oleh salah seorang ulama Syi'ah yang sangat kesohor: as­Sayyid Kamal al­Haidari dalam sebuah rekaman video.15)
Dasar riwayatnya (bahwa Ali lebih utama dibandingkan para nabi, selain Nabi Muhammad n) tertulis di sebuah video pula.16)
Apakah hal seperti ini menurut Umar Shihab tidak sesat? Apakah hal seperti ini menurut Din Syamsuddin tidak ada sangkut pautnya dengan aqidah? Bukankah ini merupakan penghinaan terhadap para nabi dan rasul? Di manakah posisi firman Allah Ta'ala:
"Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. (QS. al­Baqarah 2:253)
5. Orang Syi'ah—dalam hal ini diwakili Ayatusy Syi'ah Khomeini—mengatakan bahwa Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam telah menyembunyikan sebagian risalah dan gagal membina umat.
Khomeini—semoga Allah memberikan balasan setimpal kepadanya—berkata:
"Dan telah jelas bahwasanya Nabi jika ia menyampaikan perkara imaamah sebagaimana yang Allah perintahkan (padanya) dan mencurahkan segenap kemampuannya dalam permasalahan ini, niscaya perselisihan yang terjadi di berbagai negeri Islam tidak akan berkobar..." (Kasyful Asrâr hlm. 155)
"Sungguh semua nabi telah datang untuk menancapkan keadilan di dunia, tetapi mereka tidak berhasil. Bahkan termasuk Nabi Muhammad, penutup para nabi, di mana beliau datang untuk memperbaiki umat manusia, menginginkan keadilan, dan mendidik manusia—tidak berhasil dalam hal itu..." (Nahju Khomaini hlm. 46)
Dan yang lainnya.17)
Apakah hal seperti ini menurut Umar Shihab tidak sesat? Apakah keyakinan seperti ini menurut Din Syamsuddin tidak ada sangkut pautnya dengan aqidah? Di manakah posisi firman Allah Ta'ala yang menyatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah suri teladan yang baik:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (ke-datangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. al­Ahzâb 33:21)
6. Orang Syi'ah mengkafirkan Ahlus Sunnah.
Jika mereka tidak segan­segan mengkafirkan para sahabat ra, maka jangan heran jika mereka juga mengkafirkan orang­orang yang bersesuaian pemahaman dengan para sahabat ra., yaitu Ahlus Sunnah. Berikut ini perkataan para ulama Syi'ah dalam hal ini:
Al­Mufid berkata
"Madzhab Imamiyyah telah bersepakat bahwasanya siapa saja yang mengingkari imamah salah seorang di antara para imam, dan mengingkari apa yang telah Allah Ta'ala wajibkan padanya tentang kewajiban taat, maka ia kafir lagi sesat berhak atas kekekalan neraka." (Awâilul Maqâlât hlm. 44; sumber: http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-aqaed/avael-maqalat/a01.htm).
Orang yang mengingkari keimamahan versi mereka tentu saja adalah Ahlus Sunnah.
Yusuf al­Bahrani berkata:
"Sesungguhnya pemutlakan muslim terhadap Nashib (baca: Ahlus Sunnah) bahwasanya tidak diperbolehkan mengambil hartanya dengan sebab Islam (telah melarangnya), maka itu telah menyelisihi apa yang dipahami oleh kelompok yang benar (baca: Syi'ah Rafidhah) baik dulu maupun sekarang (salaf dan khalaf) tentang hukum kafirnya Naashib, kenajisannya, dan diperboleh kannya mengambil hartanya, bahkan membunuhnya." (al-Hadâiqun Nâdhi-rah 12/323–324; sumber: shjaffar.jeeran.com)
Berikut rekaman suara Yasir Habib yang mengkafirkan Ahlus Sunnah yang ia sebut sebagai Nawashib atau golongan awam.18) Sebagai penguat, silakan baca/lihat video ini 19)
7. Shalat Syi'ah sangatberbeda dengan shalat Ahlus Sunnah.
Untuk mengetahuinya, silakan Anda buka halaman blog berjudul "Fiqh Syi'ah (5): Kaifiyyah Shalat Syi'ah".20)
Adzannya pun lain, karena selain syahadatain, mereka menambahkan syahadat ketiga.21) Simak juga rekaman ini.22).
Masih banyak sebenarnya kesesatan Syi'ah selain di atas.23)
Kriteria "Sesat" Versi MUI
MUI telah menetapkan kriteria sesat tidaknya satu kelompok atau pemahaman sebagai berikut:
  1. Mengingkari rukun iman dan rukun Islam.
  2. Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan dalil syar'i (al­Qur'an danas­Sunnah).
  3. Meyakini turunnya wahyu setelah al­Qur'an.
  4. Mengingkari autentisitas dan atau kebenaran isi al­Qur'an.
  5. Melakukan penafsiran al­Qur'an yang tidak berdasarkan kaidah tafsir.
  6. Mengingkari kedudukan hadits Nabi sebagai sumber ajaran Islam.
  7. Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul.
  8. Mengingkari Nabi Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam sebagai nabi dan rasul terakhir.
  9. Mengubah pokok­pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah.
  10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar'i.
Dari sepuluh kriteria di atas, menurut saya Syi'ah mempunyai delapan di antaranya. Saya persilakan Umar Shihab dan Din Syamsuddin untuk mencocokkan fakta yang saya sebut di atas dengan kriteria sesat yang telah MUI tetapkan; sesat ataukah tidak sesat menurut mereka berdua.24)
Refrensi:

1   Ia menjabat sebagai salah satu ketua MUI (lihat http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=52&Itemid=54).
2   Perkataan ini sama sekali tidak valid, sebab MUI telah memvonis kesesatan Syi’ah melalui rekomondasi mereka pada 4 Jumadil Akhir 1404 H sebagaimana dalam Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975, hlm. 46–47, Penerbit Er­langga. (Lihat teksnya pada halaman berikutnya ­red). Perkataan Umar Shihab ini banyak diikuti oleh beberapa media. Berikut contohnya dan bukti autentik perkataan Umar Shihab: http://youtube/ifwcLelePQ8 Lihat
http://www.suarakarya­online.com/news.html?id=294266
3.   Lihat http://abna.ir/data.asp?lang=12&id=239004 Lihat http://www.m­dinsyamsuddin.com/index.php?option=com_content&task=bl..&limitstart=15
6   Tokoh lainnya yang tidak kalah vokalnya adalah Prof Dr KH Said Aqil Siradj MA Ketua PBNU. Lihat ucapan dan bantahannya di www.firanda.com.red7  http://www.youtube.com/watch?v=ovfz3xnsjJ0&feature=player_embedded
8   Baca: “‘Aqidah Syi’ah tentang Al­Qur’an” (http://abul­jau­zaa.blogspot.com/2009/01/aqidah­syiah­tentang­al­quran.html )
Baca pula artikel kami: “Permainan Kata Al­Khuu’iy dalam Permasalahan Perubahan Al­Qur’an” (http://abul­jauzaa.blogspot.com/2010/03/permainan­kata­al­khuuiy­dalam.html)
“Memang Benar Ada Kitab Suci Lain Selain Al­Qur’an di Sisi Syi’ah” (http://abul­jauzaa.blogspot.com/2011/03/memang­benar­ada­kitab­suci­lain­selain.html)
9   Berikut referensi Syi’ah yang memuat riwayat dusta ini: http://www.al­shia.org/html/ara/books/lib­aqaed/sh­ehqaq­01/12.htm
11. Orang­orang Syi’ah berusaha membuat syubhat dengan melemahkan hadits ini. Namun usaha mereka gagal, karena kenyataannya hadits ini memang shahih. Baca artikel: “Takhrij Hadits Al-‘Irbaadl bin Saariyyah: Wajib Atas Kalian untuk Berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah Al­Khulafaaur­Raasyidiin” (http://abul­jauzaa.blogspot.com/2009/11/takhrij­hadits­al­irbaadl­bin­saariyyah.html )
13  Baca artikel: “Sekilas Tentang Pemikiran ‘Klenik’ Al­Ku­lainiy dalam Kitab Al­Kaafiy” (http://abul­jauzaa.blogspot.com/2010/03/sekilas­tentang­pemikiran­klenik­al.html)
14  http://abul­jauzaa.blogspot.com/2010/10/imam­lebih­tinggi­kedudukannya­dari.html
19  http://www.youtube.com/watch?v=6mFTDp7­PDg&feature=player_embedded
23 Lihat kumpulan video kesesatan Syi'ah di www.video­syiah.com.red
Ustadz Abul-Jauzaa’

No comments: