Syekh Arsad Al-Banjari Membumi di Brunai

Sebuah kitab yang berjudul ‘’Sabilal Muhtadin’’ adalah sebuah karya fenomenal ulama nusantara yang bernama Syekh Arsad Al-Banjari Al-Syafii. Abdul Adzim Irsad menulis sebuah buku’’ ULAMA NUSANTARA: Kiprah Ulama Nusantara di Tanah Suci’’ . Buku membahas tuntas peran ulama nusantara di tanah suci Makkah, serta penggaruh karya-karya mereka. Ada sekitar 14 ulama nusantara yang memiliki penggaruh besar selama di Makkah.  Sebagian dari mereka mengajar di Masjidilharam dan juga menjadi Imam dan Khotib di Masjidilharam.

Dalam buku itu salah ulama yang disebutkan ialah biografi ‘’Syekh Arsad Al-Banjari Al-Syafii’’.  Dan beliau bukan saja sekedar  mengajar, lebih dari itu Syekh Arsad itu sosok ulama penerus ajaran Rosulullah SAW di bumi Indonesia, dan Asia Tenggara. Pantas bagi beliau disebut dengan ‘’ Ulama’ itu pewaris para Nabi ‘’. Dan salah satu ciri khas ulama itu ialah selalu memberikan keteduhan kepada setiap orang yang dikenalnya. Ulama itu selalu memberikan kemudian bagi setiap orang yang mengalami kesulitan. Bedanya ulama dan cendikiawan ialah, kalau ulama itu yang mudah sulit menjadi lebih muda, sementara intelektual itu yang mudah menjadi sulit.

Sejak ber-abad-abad islam masuk ke nusantara melalui budaya, pernikahan, dan juga melalui perdangan. Masyarakat Jawa dan Melayu berbeda dengan Arab. Syekh Arsad Al-Banjari Al-Syafii sangat memahami karakter bangsa Melayu, karena memang beliau orang Melayu. Beliau juga sangat memahami karakter orang Nusantara, seperti; Jawa, Sumatra, dll, karena memang selama di Makkah beliau bergumul dengan ulama-ulama nusantara, seperti; Syekh Nawawi Al-Bantani, Syekh Mahfudz Al-Turmuszi, Al-Fadani, Al-Madili dll.

Kelebihan ulama-ulama nusantara yang nyantri di tanah suci ialah memiliki ketrampilan menulis kitab. Syekh Arsad Al-Banjar bukan saja pandai menyampikan pesan-pesan Allah SWT dan hadis Nabi SAW melalui ceramah-cermah. Lebih dari itu, Syekh Arsad Al-Banjar juga mampu menterjemahkan pesan-pesan Rosulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih hebat lagi, Syekh Arsad Al-Banjari memiliki kegemaran menulis kitab. Salah satu kitab yang sangat fenomenal di antara kitab-kitab beliau adalah ‘’Sabil al-Muhtadin’’. Yang artinya jalan bagi orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Seperti ulama-ulama lainya, seperti Imam Malik, Imam Syafii, selalu mengawali karya ilmiyahnya dengan bersuci, sholat, serta bermunajat kepada Allah SWT. Begitulah kira-kira Syekh Arsad Al-Banjari di dalam menulis karya Ilmiyahnya.

Wajar jika kemudian buku-buku beliau bukan hanya sekedar menjadi pajangan di lemari, tetapi buku beliau menjelajah hingga mancanegara. Buku Sabilah Muhtadin menjadi referensi utama ilmu fikih bagi masyarakat di Banjarmasin dan sekitarnya (Kalimantan Selatan). Kitab-kitab ini juga dijadikan rujukan (ngaji) oleh santri-santri di berbagai pondok pesantrean nusantara, khususnya santri-santri yang ngaji di pesantren NU se-nusantara.

Dan yang tidak kalah menariknya, kitab Sabilal Muhtadin tidak lagi menjadi rujukan orang Indonesia, tetapi untuk semua warga Melayu, yang meliputi; Malaysia, Brunai Darussalam, Singapura, Thailand (Fatani). Bahkan, dalam buku ‘’Kiprah Ulama Nusantara di Tanah Suci’’ di Brunai Darusalam sebagai Negara kecil, kaya, menjadikan kitab ini sebagai referensi utama dalam masalah rujukan fikih Madhab Al-Syafii.

Secara mengejutkan Brunai Darussalam menjadikan syariat islam sebagai jalan kerajaanya. Tentu saja, akidahnya mengikuti Abu Hasan Al-Asyaary dan Imam Syafii Madhabnya, serta Imam Al-Ghozali tasawufnya. Dengan begitu gagasan-gagasan serta kitab-kitab Syekh Arsad Al-Banjari membumi di tanah Brunai Darussalam, dan akan menjadi rujukan utama bagi tata cara ibadah di sana.

Akidah Al-Asyari sangat dibenci oleh kaum wahabisme, karena mereka mentakwil ayat-ayat mutasabiah di dalam Al-Quran dan sunnah Rosulullah SAW. Al-Syafii sebagai madzhab fikihnya juga termasuk tidak sesuai dengan ajaran wahabisme, karena menurut wahabis salafi itu yang benar adalah ajaran Ibn Taimiyah dan Syekh Abdul Wahab. Negara atau kerajaan apa-pun, jika tidak sesuai dengan akidah orang-orang wahabis salafi pasti tersesat, walaupun menerapkan syariat Islam.


Abdul A

No comments: