Candi Mirip piramida ditemukan di Indonesia Berusia 20.000 tahun
Hal ini merupakan sesuatu yang memang saya harapkan, untuk mendengarkan hal yang terkait dengan yang pernah saya simpulkan pada kisah-kisah Hindu dari Hiranyaksha, Hiranyakasipu, Prahladha, Virochana, Bali, Narakasura dkk yang nyata dan terjadi di wilayah di mana Indonesia berada.
Sebuah kuil – serupa dengan apa yang disebut sebagai piramida – namun dalam posisi sebagai arah per Vastu, telah ditemukan di sebuah wilayah yang tinggi, yang merupakan buatan manusia (diciptakan secara artifisial ), di Gunung Padang, di provinsi Jawa Barat Indonesia.
Seluruh wilayah dalam warna biru muda berada di atas permukaan laut, sekitar 25.000 tahun yang lalu. Hal ini mirip dengan kisah bagaimana Varaha mengangkat tanah dari air. Pada mulanya Hiranyaksha dan Hiranyakasipu memerintah di wilayah ini. Wilayah ini awalnya disebut sebagai Hiranyapura. Penjelasan mengenai wilayah ini hadir di dalam kisah Mahabharata, Udyoga parva, dimana Narada memperlihatkan tempat ini kepada Matali, yang pada akhirnya mencarikan calon suami bagi putrinya.
Nama Hiranya menunjukkan pengetahuan dan penggunaan emas. Tempat ini juga dikenal sebagai Swarna dweepa. Tempat ini didominasi oleh Daityas dan Danava yang adil dalam karakter, dibangun dengan baik, Weda tetapi kejam dan teguh ! Catatan awal pengetahuan Veda berasal dari tempat ini saja. Kuda itu ditunggangi oleh Wisnu naik dengan Veda dilaporkan di sini hanya oleh Narada. Wilayah ini juga memiliki Patala, tempat terdalam. Teknologi bangunan – yang selalu dikaitkan dengan Maya – sudah dikenal dan digunakan di wilayah ini. Wilayah ini lebih dekat ke khatulistiwa dan menandai pertarungan antara Deva dan Asura. Deva yang terdekat adalah Pumpukar dari masa lalu yang kini terendam. Gabungan Indra dengan Indra festival di Pumpukar berasal dari tempat ini menjadi pelopor untuk Deva yang berada di Uttarkuru.
Jangka waktu 25.000 tahun BP menandakan periode ketika pemukiman tersebut berada di puncak sebelah selatan khatulistiwa. Astrologi Daksa berkembang berkali-kali saat ini, namun tidak sebagaimana mestinya di wilayah ini. Pastinya ada banyak keberadaan pulau-pulau kecil di Samudra Hindia pada waktu itu, ketika permukaan laut lebih rendah dari sekarang.
Membuat emas adalah pengetahuan yang paling tua dan konsep Lakshmi sendiri dikembangkan pada waktu itu. Ada banyak kiasan di Mahabharata sebagaimana yang saya ungkapkan di atas. Saya akan menuliskan topik-topik tersebut di kemudian hari, mungkin setahun kemudian – setelah saya menyelesaikan tesis yang tengah saya kerjakan saat ini. Penulisan topik tersebut akan membutuhkan lebih banyak waktu dan konsentrasi.
Sebuah awal tulisan dalam Tamil dapat dibaca di sini
http://thamizhan-thiravidana.blogspot.in/2012/11/114.html
dan http://thamizhan-thiravidana.blogspot.in/2012/11/113.html
Beragam penemuan yang ada saat ini memberikan kredibilitas pengamatan saya terhadap Mahabharata. Struktur berusia 20.000 tahun yang ditemukan di bawah piramida itu sendiri adalah bukit yang terdiri dari bebatuan vulkanik. Ini mengingatkan saya pada ayat-ayat di Hiranyapura yang diberikan dalam Mahabharata. Izinkan saya mengutip beberapa bagian yang relevan di sini:
“Narada continued, Here is that spacious and celebrated city of cities, called Hiranyapura, belonging to the Daityas and Danavas, possessing a hundred diverse kinds of illusion. Here in these regions called Patala, it hath been built with great care by the divine artificer, and planned by the Danava Maya. Endued with great energy and heroism, many Danavas, having obtained boons from Brahman in days of old, lived here, exhibiting a thousand different kinds of illusion.” (Udyoga parva -100)
“Narada continued, Here in the very centre of the world of the Nagas is situated the city known by the name of Patalam. Celebrated over all the universe, it is worshipped by the Daityas and the Danavas. Creatures inhabiting the earth, if brought hither by force of the water’s current, shriek loudly, afflicted with fear. Here the fire known by the name of the Asura-fire and which is fed by water, continually blazeth forth. Held fast by the flat of the celestials, it moveth not, regarding itself as bound and confined. It was here that’ the gods, having first vanquished and slain their foes, quaffed the Amrita and deposited the residue. It is from this place that the waning and waxing of the moon are seen. It is here that son of Aditi, the Horse-headed Vishnu, on the recurrence of every auspicious occasion, riseth, filling at such times the universe, otherwise called Suvarna with the sound of Vedic hymns and Mantras. And because all watery forms such as the Moon and others shower their water on the region, therefore hath this excellent region been called Patala” (Udyoga parva -99)
Closely resembling the 20,000 years old structure in Indonesia, here comes a description of fine architecture by Narada:
“Behold their homes, O Matali, that are all made of silver and gold, and well-adorned with decorations done according to the rules of art. All those mansions are decked with lapis lazuli and corals, and made effulgent with the lustre of the Arkasphatika, and the radiance of gem called Vajrasara. And many of those palatial residences seem, as if, they have been made of the shine of these gems called Padmaragas, or of bright marble, or of excellent wood. And they are also possessed of the radiance of the sun, or blazing fire. And all the edifices, adorned with gems and jewels, are very high and stand close to another. Of spacious proportions and great architectural beauty, it is impossible to say of what material these mansions are built or to describe their style of beauty. Indeed, they are exceedingly beautiful in consequence of their decorations. Behold these retreats of the Daityas for recreation and sport, these beds of theirs for sleep, these costly utensils of theirs set with precious stones, and these seats also for their use. Behold these hills of theirs, looking like clouds, those fountains of water, these trees also that move of their own will and that yield all fruits and flowers that one may ask.” (Udyoga parva -100)
Awaiting to hear more such discoveries in Indonesia….
Erick Ridzky
Sebuah kuil – serupa dengan apa yang disebut sebagai piramida – namun dalam posisi sebagai arah per Vastu, telah ditemukan di sebuah wilayah yang tinggi, yang merupakan buatan manusia (diciptakan secara artifisial ), di Gunung Padang, di provinsi Jawa Barat Indonesia.
Seluruh wilayah dalam warna biru muda berada di atas permukaan laut, sekitar 25.000 tahun yang lalu. Hal ini mirip dengan kisah bagaimana Varaha mengangkat tanah dari air. Pada mulanya Hiranyaksha dan Hiranyakasipu memerintah di wilayah ini. Wilayah ini awalnya disebut sebagai Hiranyapura. Penjelasan mengenai wilayah ini hadir di dalam kisah Mahabharata, Udyoga parva, dimana Narada memperlihatkan tempat ini kepada Matali, yang pada akhirnya mencarikan calon suami bagi putrinya.
Nama Hiranya menunjukkan pengetahuan dan penggunaan emas. Tempat ini juga dikenal sebagai Swarna dweepa. Tempat ini didominasi oleh Daityas dan Danava yang adil dalam karakter, dibangun dengan baik, Weda tetapi kejam dan teguh ! Catatan awal pengetahuan Veda berasal dari tempat ini saja. Kuda itu ditunggangi oleh Wisnu naik dengan Veda dilaporkan di sini hanya oleh Narada. Wilayah ini juga memiliki Patala, tempat terdalam. Teknologi bangunan – yang selalu dikaitkan dengan Maya – sudah dikenal dan digunakan di wilayah ini. Wilayah ini lebih dekat ke khatulistiwa dan menandai pertarungan antara Deva dan Asura. Deva yang terdekat adalah Pumpukar dari masa lalu yang kini terendam. Gabungan Indra dengan Indra festival di Pumpukar berasal dari tempat ini menjadi pelopor untuk Deva yang berada di Uttarkuru.
Jangka waktu 25.000 tahun BP menandakan periode ketika pemukiman tersebut berada di puncak sebelah selatan khatulistiwa. Astrologi Daksa berkembang berkali-kali saat ini, namun tidak sebagaimana mestinya di wilayah ini. Pastinya ada banyak keberadaan pulau-pulau kecil di Samudra Hindia pada waktu itu, ketika permukaan laut lebih rendah dari sekarang.
Membuat emas adalah pengetahuan yang paling tua dan konsep Lakshmi sendiri dikembangkan pada waktu itu. Ada banyak kiasan di Mahabharata sebagaimana yang saya ungkapkan di atas. Saya akan menuliskan topik-topik tersebut di kemudian hari, mungkin setahun kemudian – setelah saya menyelesaikan tesis yang tengah saya kerjakan saat ini. Penulisan topik tersebut akan membutuhkan lebih banyak waktu dan konsentrasi.
Sebuah awal tulisan dalam Tamil dapat dibaca di sini
http://thamizhan-thiravidana.blogspot.in/2012/11/114.html
dan http://thamizhan-thiravidana.blogspot.in/2012/11/113.html
Beragam penemuan yang ada saat ini memberikan kredibilitas pengamatan saya terhadap Mahabharata. Struktur berusia 20.000 tahun yang ditemukan di bawah piramida itu sendiri adalah bukit yang terdiri dari bebatuan vulkanik. Ini mengingatkan saya pada ayat-ayat di Hiranyapura yang diberikan dalam Mahabharata. Izinkan saya mengutip beberapa bagian yang relevan di sini:
“Narada continued, Here is that spacious and celebrated city of cities, called Hiranyapura, belonging to the Daityas and Danavas, possessing a hundred diverse kinds of illusion. Here in these regions called Patala, it hath been built with great care by the divine artificer, and planned by the Danava Maya. Endued with great energy and heroism, many Danavas, having obtained boons from Brahman in days of old, lived here, exhibiting a thousand different kinds of illusion.” (Udyoga parva -100)
“Narada continued, Here in the very centre of the world of the Nagas is situated the city known by the name of Patalam. Celebrated over all the universe, it is worshipped by the Daityas and the Danavas. Creatures inhabiting the earth, if brought hither by force of the water’s current, shriek loudly, afflicted with fear. Here the fire known by the name of the Asura-fire and which is fed by water, continually blazeth forth. Held fast by the flat of the celestials, it moveth not, regarding itself as bound and confined. It was here that’ the gods, having first vanquished and slain their foes, quaffed the Amrita and deposited the residue. It is from this place that the waning and waxing of the moon are seen. It is here that son of Aditi, the Horse-headed Vishnu, on the recurrence of every auspicious occasion, riseth, filling at such times the universe, otherwise called Suvarna with the sound of Vedic hymns and Mantras. And because all watery forms such as the Moon and others shower their water on the region, therefore hath this excellent region been called Patala” (Udyoga parva -99)
Closely resembling the 20,000 years old structure in Indonesia, here comes a description of fine architecture by Narada:
“Behold their homes, O Matali, that are all made of silver and gold, and well-adorned with decorations done according to the rules of art. All those mansions are decked with lapis lazuli and corals, and made effulgent with the lustre of the Arkasphatika, and the radiance of gem called Vajrasara. And many of those palatial residences seem, as if, they have been made of the shine of these gems called Padmaragas, or of bright marble, or of excellent wood. And they are also possessed of the radiance of the sun, or blazing fire. And all the edifices, adorned with gems and jewels, are very high and stand close to another. Of spacious proportions and great architectural beauty, it is impossible to say of what material these mansions are built or to describe their style of beauty. Indeed, they are exceedingly beautiful in consequence of their decorations. Behold these retreats of the Daityas for recreation and sport, these beds of theirs for sleep, these costly utensils of theirs set with precious stones, and these seats also for their use. Behold these hills of theirs, looking like clouds, those fountains of water, these trees also that move of their own will and that yield all fruits and flowers that one may ask.” (Udyoga parva -100)
Awaiting to hear more such discoveries in Indonesia….
Erick Ridzky
No comments:
Post a Comment