Mohammed Arkoun: Tokoh Muslim Kontemporer

Mohammed Arkoun.
Mohammed Arkoun.

Arkoun menolak segala bentuk penggunaan agama sebagai ideologi politik yang mengharamkan kritik.
Banyak tokoh Muslim yang berasal dari daratan Eropa, Afrika, maupun Amerika. Umumnya mereka terkenal sebagai tokoh Muslim kontemporer (terkini). Dan salah seorang pemikir Muslim kontemporer yang menonjol di dunia internasional adalah Mohammed Arkoun.

Sarjana kelahiran Kabylia, Aljazair, tahun 1928 ini menghabiskan sebagian besar hidupnya di Prancis. Ia mengemukakan pemikiran yang liberal.

Ia menganjurkan agar kaum Muslim terbuka serta kritis kepada pemikiran manapun, termasuk kepada tradisi pemikiran Islam sendiri, yang disebutnya ''kritik nalar Islam''.

Banyak yang menyatakan bahwa pemikirannya abstrak, sulit dicerna, dan jauh dari masalah sehari-hari kaum Muslim. Arkoun mengatakan bahwa ia tidak pernah menawarkan konsep serbajadi, tetapi menggunakan alat analisis agar kaum Muslim dapat mengembangkan pemikiran yang dapat menjawab tantangan zaman.

Setelah menamatkan sekolah tingkat menengah atas di Oran, Kabylia, pada 1950-1954, Arkoun belajar bahasa dan sastra Arab di Universitas Aljir, sambil mengajar bahasa Arab pada salah satu sekolah menengah atas di daerah pinggiran ibu kota Aljazair.

Pada saat terjadi perang antara Aljazair dan Prancis (1954-1962), Arkoun melanjutkan studinya ke Paris, dengan tetap menekuni bidang ilmu bahasa dan sastra Arab.

Pada 1956-1959, ia menjadi guru di sebuah sekolah menengah atas di Strasbourg dan memberi kuliah di Fakultas Sastra Universitas Strasbourg. Setahun kemudian, Arkoun diangkat menjadi dosen pada Universitas Sorbonne di Paris, tempat ia memperoleh gelar doktor pada 1969.

Disertasi yang ditulisnya ialah ''Humanisme dalam pemikiran Ibnu Maskawaih'', seorang pemikir Muslim dari Persia. Pada 1969-1972, Arkoun menjadi dosen di Universitas Lyon, kemudian kembali ke Paris dan menjadi guru besar sejarah pemikiran Islam.

Sebagai seorang ilmuwan, Arkoun juga menduduki jabatan penting, seperti menjadi direktur ilmiah dari majalah studi Islam yang terkenal, Arabica, dan anggota Panitia Nasional Prancis untuk Etika Ilmu Pengetahuan dan Kedokteran, serta anggota Majelis Nasional untuk AIDS.

Pada 1993, Arkoun diangkat menjadi guru besar tamu di Universitas Amsterdam, Belanda.

AntidogmatismeYang menonjol pada sikap intelektualisme Arkoun adalah penolakannya terhadap segala bentuk dogmatisme. Dalam kerangka ini, ia menolak segala bentuk penggunaan agama sebagai ideologi politik yang mengharamkan kritik.

Ia sangat menentang penggunaan agama untuk membenarkan rezim yang mapan dan untuk memaksakan perubahan tertentu.

Menurut Arkoun, umat manusia umumnya serta umat Islam khususnya cenderung terpecah menjadi kelompok. Masing-masing kelompok berpegang teguh pada doktrin sendiri serta menutup diri bagi kelompok lain.

Dalam petualangan ilmiahnya, Arkoun telah banyak menyumbangkan karya ilmiahnya, yang kebanyakan ditulis dalam bahasa Prancis. Karena Arkoun baru secara intensif belajar bahasa Arab setelah duduk di sekolah menengah atas, maka sulit baginya untuk memaparkan pemikirannya dalam bahasa Arab.

Ia juga mengatakan kesulitan lain yang dihadapinya. Kemajuan yang paling menentukan yang terjadi dalam pemikiran ilmiah sejak 1950-an belum tersedia dalam bahasa Arab atau bahasa negara Islam manapun. Itulah sebabnya Arkoun lebih memilih bahasa Prancis dalam memaparkan pikirannya dibanding bahasa Arab yang merupakan bahasa ibunya.

Di antara karya tulis Arkoun tersebut adalah L'humanisme Arabe au IV/Xe Siecle (Humanisme Arab Abad IV/X), Essais sur la Pensee Islamique (Esai-Esai tentang Pemikiran Islam), La Pensee Arabe (Dunia Pemikiran Arab), Lectures de Coran (Telaah tentang Alquran), dan Pour une Critique de la Raison Islamique (Untuk sebuah Kritikan Akal dan Pemikiran Islam).

Dari karya ilmiahnya tampak betapa besar perhatian Arkoun terhadap berbagai persoalan dalam Islam, di antaranya mengenai pemikiran Islam, masalah kemasyarakatan, pemahaman tentang Kitab Suci, pengertian etika, serta kaitan antara Islam dan modernitas.

Dalam studinya, Arkoun menggunakan metode ilmu sosial untuk memahami Islam sebagai suatu agama yang dianut oleh masyarakat majemuk di zaman modern.

Ia melihat bahwa pemikiran Islam belum membuka diri pada kemodernan pemikiran dan karena itu tidak dapat menjawab tantangan yang dihadapi umat Islam kontemporer.

Kelemahan pemikiran Islam selama ini, menurut Arkoun, adalah pendekatan agama yang dilakukan atas dasar kepercayaan langsung tanpa kritik. Di samping itu, pemikiran Islam tidak sadar akan berbagai faktor sosial, budaya, psikis, politis, dan lain-lain yang mempengaruhi proses aktualisasi ajaran Islam.

Akibat langsung yang dapat dirasakan atas sikap ketidaksadaran pemikiran Islam selama ini terhadap pengaruh faktor-faktor di atas adalah pembekuan dan penutupan pemikiran Islam.

Islamologi terapanDalam menghadapi pemikiran kaum orientalis, Arkoun mengatakan, mereka sering kali bertolak dari prasangka kaku dan negatif terhadap Islam. Kesalahan kaum orientalis selama ini dalam mempelajari Islam adalah karena mendekati Islam melalui tulisan pemikir Islam yang mereka anggap besar dan mewakili aspirasi umat Islam.

Oleh sebab itu, Arkoun ingin mengganti Islamologi Barat yang klasik dengan suatu ''Islamologi terapan''.

Pembahasan mendalam atas ide Arkoun tentang ''Islamologi terapan'' tertuang dalam bukunya, //Pour Une Islamologie Appliquee (Untuk Islamologi Terapan).

Tujuan dari Islamologi terapan ini antara lain untuk menciptakan kondisi-kondisi yang mengguntungkan dalam membebaskan pemikiran Islam dari berbagai tatanan usang dan mitologi yang menyesatkan.

Sedangkan objek studinya adalah masalah aktual yang hangat dibicarakan dan dibahas dalam berbagai kalangan masyarakat Muslim.

Sebagai contoh, Arkoun melihat tradisi yang terkait dengan zaman terbentuknya masyarakat agama, suatu masa yang sarat dengan turunnya wahyu dan para nenek moyang pemeluk setia yang menjadi contoh.

Di sisi lain adalah masalah modernitas mengenai soal-soal ekonomi, sosial, dan politik yang menjadi perhatian besar karena menyangkut masa depan kaum Muslim sendiri.

Dalam kaitannya dengan masalah yang terakhir ini, ada kesulitan bagi umat Islam untuk mengawinkan sikap yang berorientasi ke masa lalu, yang mendambakan sebuah ideologi Islam yang autentik, dengan sebuah peradaban modern yang bersifat material.

Persoalan ini, menurut pandangan Arkoun, harus menjadi perhatian Islamologi terapan dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu, seperti sejarah, sosiologi, etnologi, dan linguistik.

Karenanya, ia terus berpikir, merenung, menulis, serta aktif dalam berbagai seminar keilmuan, bukan hanya yang terkait dengan ilmu keislaman saja, tetapi juga ilmu-ilmu sosial. Berbagai persoalan umat Islam di seluruh dunia dipelajarinya dan ia memberikan jalan keluarnya melalui tulisan-tulisannya.

Mohammed Arkoun dikenal sebagai seorang pemikir Muslim yang kritis. Ia tak segan mengkritik setiap pemikiran yang dianggapnya tidak membawa dampak perubahan bagi umat Islam. Ia juga tidak suka terhadap pemikiran-pemikiran orang lain yang justru menghambat daya pikir dan kreativitas umat (jumud, kaku).

Sebagai seorang pemikir yang kritis, ia acapkali berlawanan arah dengan pemikir lainnya. Namun demikian, ia tak pernah khawatir dicap sebagai kelompok atau tokoh yang tidak didukung oleh banyak orang.

Baginya, yang terpenting adalah mengajak umat untuk senantiasa kritis dan mau memikirkan segala yang diciptakan Tuhan untuk diaplikasikan dalam hidup.

Karya sang pemikirSepanjang hidupnya, Arkoun banyak menulis buku yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.

Dalam Bahasa Inggris1. Arab Thought, ed. S.Chand, New Delhi 1988.
2. Rethinking Islam: Common questions, Uncommon answers, today, stview Press, Boulder 1994.
3. The concept of revelation : from the people of the book to the societies of the book, Claremont Graduate School, Claremont, California 1988.
4. The Unthought in Contemporary Islamic Thought, London 2002.
5. Islam: To Reform or to Subvert, Saqi Books, London, 2006.

Dalam Bahasa Arab1. Al-Fikr al-'arabiyy, Ed.'Uwaydat, Beyrouth 1979.
2. Al-Islam: Asala wa Mumarasa, Beyrouth 1986.
3. Ta'rekhiyyat al-fikr al-'arabiyy al-islamiyy, Ed. Markaz al-inma' al-qawmiyy, Beyrouth 1986.
4. Al-Fikr al-islamiyy: Qira'a 'ilmiyya, Ed. Markaz..., 1987.
5. Al-islam: al-Akhlaq wal-Siyasa, Ed. Markaz..., 1988.
6. Al-Islam: Naqd wa-jtihad, Ed. Dar al-Saqi, Beyrouth 1990.
7. Al-'almana wa-l-den, Dar al-Saqe 1990.
8. Mina-l-ijtihad ila naqd al-'aql al-islame, Dar al-Saqi, 1991.
9. Min Faysal al-Tafriqa ila Fasl-al-Maqal: Ayna huwa-l-Fikr al-islamiyy al-mu'asir, Dar al-Saqi 1993.
10. Al-Islam, Urubba, wal-Gharb: Rihanat al-ma'na wa Iradat al-Haymana, Dar al-Saqi 1995.
11. Naz'at al-Ansana fi-l-fikr al-'arabiyy, Dar al-Saqi 1997.
12. Qadaya fi Naqd al-Fikr al-dini, Dar al-Tali'a, Beyrouth 1998.
13. Al-Fikr al-usuli wal-stihalat al-Ta'sil, Dar al-Saqi 1999.
14. Ma'arik min ajli-l-ansana fi-l-siyaqat al-islamiyya, Dar al-saqi, 2001.
15. Min al-Tafsir al-mawruth ila tahlil al-khitab al-dini, Dar al-Tali'a, Beyrouth 2001.

Dalam Bahasa Prancis1. Deux Epitres de Miskawayh, Edition critique, B.E.O, Damas, 1961.
2. Aspects de la pensee Islamique classique, IPN, Paris 1963.
3. L'humanisme arabe au 4e/10e siecle, J.Vrin, 2'Ed. 1982.
4. Traite d'Ethique, Trad., introd., notes du Tahdhib al-akhlaq de Miskawayh, 1e Ed.1969; 2e Ed.1988.
5. Essais sur la pensee Islamique, 1e Ed. Maisonneuve & Larose, Paris 1973; 2e Ed. 1984.
6. La Pensee arabe, 1e Ed. P.U.F., Paris 1975; 6e Ed. 2002.
7. L'islam, hier, demain, 2e Ed. Buchet-Chastel, Paris 1982; translation in Arabic, Beyrouth 1983.
8. L'islam, religion et societe, Ed. Cerf, Paris 1982; translated in Italia, RAI 1980.
9. Religion et laicite: Une approche laique de l'islam, L'Arbrelle, Centre Thomas More, 1989.
10. Lectures du Coran, 1e Ed. Paris 1982; 2e Aleef, Tunis 1991.
11. Ouvertures sur l'islam, 1e Ed. J. Grancher 1989.
12. L'islam. Approche critique, Le livre du mois, Club du livre 2002.
13. Pour une critique de la Raison Islamique, Paris 1984.
14. L'islam, morale et politique, UNESCO-Desclee 1986.
15. Combats pour l'Humanisme en contextes Islamiques, Paris 2002.
16. The Unthought in Contemporary Islamic Thought, London 2002.
17. De Manhattan a Bagdad: Au-dela du Bien et du Mal, Paris 2003.
18. L'islam et les musulmans dans le monde. Paris 1993.

Dalam Bahasa Belanda
1. Islam in Discussie, 24 vragen over de Islam, Ed. Uitgeverij Contact, Amsterdam 1993.
2. Islam & De Democratie; Een ontmoeting, en collaboration avec Frits Bolkestein, Uitgeverij Contact, Amsterdam 1994.
3. Plusieurs articles et interviews dans Revues et journaux nederlandais.. / Meerdere artikels en interviews in Nederlandse kranten en tijdschriften..

Dalam Bahasa Indonesia1. Nalar Islami dan nalar modern: Berbagai Tantangan dan Jalan Baru, trans. Johan H. Meuleman, INIS, Jakarta 1994.
2. Berbagai Pembacaan Quran, trans. Johan H. Meuleman, INIS, Jakarta 1997, 256 p.

 Nidia Zuraya/Syahruddin El-Fikri
Redaktur : Chairul Akhmad

No comments: