Pemerintah Abaikan Jejak Sejarah di Banda Aceh kata Peneliti

Peneliti: Pemerintah Abaikan Jejak Sejarah di Banda Aceh
Kondisi batu nisan di Gampong Ulee Kareung Indrapuri, Aceh Besar @misykah.com Ini bertolak belakang dengan orasi bernada antusias untuk menjaga warisan bangsa yang disampaikan para pejabat pemerintahan
PENELITI Sejarah dan Kebudayaan Islam, Taqiyuddin Muhammad, menemukan cukup banyak jejak sejarah di Banda Aceh dan Aceh Besar yang terancam punah lantaran terabaikan alias tidak dilestarikan oleh pemerintah.
Hasil penelitian awal Taqiyuddin Muhammad bersama kawan-kawannya selama hampir sebulan terakhir di kawasan tepi kanan dan kiri Krueng Aceh di Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar hingga Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, ditemukan sedikitnya sembilan kompleks makam peninggalan sejarah Aceh. (Lihat data kompleks makam di bawah berita ini).
“Ternyata tidak hanya di kabupaten-kabupaten yang jauh dari ibukota Provinsi Aceh, di ibukota provinsi dan kabupaten berhampiran dengannya (Kabupaten Aceh Besar), kondisi peninggalan sejarah Aceh terlihat sama saja nasibnya; banyak sekali yang terabaikan dan terancam musnah, dan umum masyarakat kurang menyadari bahwa mereka tinggal di atas tanah bekas sebuah negeri yang memiliki sejarah yang panjang dan gemilang,” ujar Taqiyuddin Muhammad seperti dilansir laman misykah.com.
Taqiyuddin menilai kondisi tersebut menunjukkan bahwa pemerintah terkesan tidak pernah bekerja serius untuk merawat warisan sejarah supaya kemudian dapat menambah pengetahuan generasi Aceh masa akan datang. Menurut dia, hal ini suatu fenomena yang amat bertolak belakang dengan orasi-orasi bernada antusias untuk menjaga warisan bangsa yang disampaikan para pejabat pemerintahan.
“Kenyataan ini kerap memaksa kita untuk mempertanyakan di mana sesungguhnya peran dan tanggung jawab pemerintah, baik dalam melestarikan tinggalan sejarah maupun dalam sosialisasi arti pentingnya kepada masyarakat. Lalu, bagaimana diinginkan pola pikir masyarakat berubah kepada yang lebih baik, sementara kaum yang menginginkan hal itu saja tidak punya pola pikir yang jelas,” kata Ahli Epigraphi Arab dan Sejarawan Islam Aceh ini.
Untuk diketahui pula, penelitian sejarah di kawasan Banda Aceh dan Aceh Besar itu yang dilakukan Taqiyuddin sampai hari ini belum memakan sepeser pun uang pemerintah. Biaya penelitian mutlak atas pinjaman serta sumbangan yang diberikan teman-temannya yang menaruh perhatian terhadap peninggal sejarah Aceh.
Hasil penelitian awal tersebut berhasil mendata beberapa situs penting yang memberikan berbagai informasi berharga mengenai Kerajaan Aceh Darussalam pada abad ke-16 Masehi. Di antaranya, satu nisan di kompleks makam di Gampong Ilie, Ulee Kareng, Banda Aceh, milik seorang Perdana Menteri Kerajaan Aceh Darussalam. Nisan tersebut dipenuhi relief ayat-ayat Alquran denga kaligrafi bermutu tinggi.
“Andai kata pemerintah mengadakan program penelitian dan pelestarian situs-situs tinggalan sejarah Aceh Darussalam untuk dua atau tiga lokasi saja per tahunnya, maka dipastikan dalam beberapa tahun kemudian, sudah banyak sekali informasi sejarah Aceh yang tergali, dan akan banyak situs sejarahnya yang terawat dan terjaga untuk diwariskan ke generasi masa depan. Tapi apa hendak dikata, semua saran yang disampaikan sering dianggap seperti angin lalu,” ujar Taqiyuddin Muhammad.
Berikut situs sejarah penting yang berhasil ditemukan Taqiyuddin Muhammad:
 Kompleks-kompleks pemakaman di Gampong Ulee Kareung, Kecamatan Indarapuri, Aceh Besar.
Kompleks pemakaman di Gampong Blang Cut, Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh.
Kompleks pemakaman di Gampong Pango Raya, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh.
Kompleks –kompleks pemakaman di Gampong Pango Deah, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh
Kompleks –kompleks pemakaman di Gampong Ilie, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh.
Kompleks-kompleks pemakaman di Gampong Lamteh, Kecamatan Ulee Kareng,  Banda Aceh.
Kompleks pemakaman di Gampong Lam Ujong, Kecamatan Krueng Baroena Jaya, Aceh Besar.
Kompleks pemakaman di Gampong Lambhuk, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh.
Kompleks pemakaman di Gampong Sukadamai, Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh.[]

Irman L P AP

No comments: