Perang Tabuk dan Keengganan Tiga Sahabat untuk Berjuang

unta padang pasir Perang Tabuk dan Keengganan Tiga Sahabat untuk Berjuang (1)
PERANG tabuk, sebuah peperangan yang di pimpin Rasulullah untuk menghadapi bangsa Romawi, sebuah peperangan yang menjadi sebuah pembeda antara mereka yang taqwa dan yang munafik. Perang ini dilakukan oleh Rasulullah pada masa-masa sulit bagi kaum muslimin saat itu. Ketika itu dimana cuaca yang sangat panas sekali, musim kemarau, dan pada saat itu pula buah-buahan mulai ranum sehingga menyebabkan orang-orang lebih suka pada tempat-tempat mereka berteduh daripada ikut berperang bersama Rasulullah.
Kondisi inilah yang telah membuat sebagian kaum muslimin yaitu orang-orang munafik lebih memilih tinggal di rumah-rumah mereka daripada pergi berperang, Padahal perang yang akan dilakukan oleh Rasulullah tersebut membutuhkan bala tentara yang cukup besar karena Beliau akan menghadapi bangsa Romawi yang dalam jumlah besar pula.
Pada perang kali ini sikap Rasulullah tidak lah biasanya sebagaimana ketika akan perang pada perang-perang sebelumnya, dimana pada perang-perang sebelumnya Rasulullah selalu merahasiakan tentang peperangan yang akan di tuju namun pada perang Tabuk ini Rasulullah menjelaskannya kepada kaum muslimin tidak lain adalah agar kaum muslimin bersiap-siap karena peperangan yang akan dilakukan itu akan menempuh perjalanan yang panjang, masa-masa yang sulit, dan banyak musuh yang ingin beliau tuju.
Kondisi yang sangat sulit tersebut menyebabkan dari kaum muslimin banyak yang meminta izin kepada Rasulullah untuk tidak ikut berperang dengan berbagai alasan. Salah satunya adalah Al-jadd bin Qais dari Bani Salamah.
Suatu ketika saat kaum muslimin tengah bersipa-siap untuk pergi berperang, Rasulullah bersabda kepada Al-jadd “Hai al-jadd apakah tahun ini engkau ikut memerangi orang-orang berkulit kuning (Romawi)? Al-jadd berkata, “Wahai Rasulullah berilah aku izin dan engkau jangan menjerumuskanku dalam fitnah. Demi Allah, kaumku telah mengenaliku bahwa tidak ada orang laki-laki yang cepat tertarik kepada wanita daripada aku. Oleh karena itu, aku khawatir jika aku melihat wanita-wanita berkulit kuning, maka aku tidak sabar.”
Rasulullah memalingkan muka dari al-jadd dan bersabda “Aku mengizinkan”. Dalam riwayat tersebut terlihat jelas sebuah alasan yang dibuat oleh orang-orang munafik agar lepas dari beban untuk ikut serta dalam perang Tabuk. Sehingga tentang al-jadd ini turunlah firman Allah Ta’ala dalam surat
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ ائْذَنْ لِي وَلَا تَفْتِنِّي ۚ أَلَا فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُوا ۗ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ
Di antara mereka ada orang yang berkata: “Berilah aku izin (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah”. Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir.(At-taubah:49)
Tidak sampai disitu saja, orang-orang munafik itu pun selain mencari-cari alasan untuk tidak ikut berperang mereka juga memprovokasi orang-orang mukmin lainnya agar untuk tidak ikut berperang juga. Memang seperti ini lah watak dari golongan munafik yang terkadang justru lebih membahayakan dari pada kaum kafir dzimmi, yang mereka bagai duri dalam daging.
unta1 Perang Tabuk dan Keengganan Tiga Sahabat untuk Berjuang (2 Habis)
NAMUN pada perang tabuk ini juga telah menunjukan siapa saja orang-orang yang benar-benar taat kepada Allah dan Rasul-Nya yang memiliki keimanan yang tinggi yang mereka rela menginfaqkan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka lebih memilih keridhaan Allah dan Rasul-Nya daripada kebun-kebuh mereka yang tengah berbuah atau rumah-rumah tempat berteduh mereka yang nyaman.
Di antara mereka adalah sahabat Rasulullah Ustman bin Affan Ra yang menginfaqkan hartanya sebanyak seribu dinar untuk keperluan tentara yang mengalami kesulitan pada perang Tabuk. Hingga Rasulullah bersabda “Ya Allah, ridhailah Ustman, karena aku ridha kepadanya.”
Dalam suatu kisah yang lain bahkan ada para sahabat yang sampai menangis lantaran mereka tidak dapat ikut berperang dengan Rasulullah. dalam kisahnya ada 7 orang sahabat yang datang kepada Rasulullah, setelah bertemu dengan Rasulullah mereka semua meminta Rasulullah untuk membiayai persiapan jihad mereka karena mereka orang-orang miskin. Namun Rasulullah menjawab dalam sabdanya “Aku tidak mempunyai apa-apa untuk membiayai jihad kalian.”
Lalu mereka pun keluar dalam keadaan sedih dan menangis lantaran tidak dapat ikut serta dalam peperangan tersebut. Dalam perjalanan dari rumah Rasulullah mereka berjumpa dengan Ibnu Yamin. Ibnu Yamin yang pada waktu itu berpapasan dengan mereka melihat mereka menangis lantas bertanyalah Ibnu Yamin, “Kenapa engkau menangis?”
Mereka menjawab, “Kami datang kepada Rasulullah untuk meminta beliau membiayai persiapan jihad kami, namun Rasulllah tidak memiliki apa-untuk membiayai kami,karena kami tidak mempunyai bekal untuk berangkat berperang.” Kemudian Ibnu Yamin memberikan 2 untanya dan beberapa kurma untuk mereka dan setelah itu mereka pun ikut serta bersama Rasulullah dalam peperangan.
Selain dari mereka juga ada 3 orang sahabat yang dikenal baik keislamanya dan mereka bukan lah seorang yang dikenal sebagai orang yang munafik. Salah satu dari mereka adalah Ka’ab bin Malik Ra. Sejak islamny Ka’ab bin Malik, ia tidak pernah ketinggalan sekali pun dalam setiap peperangan kecuali pada perang badar. namun pada perang Tabuk ini ia tidak ikut serta bersama yang lainnya untuk pergi berperang.
Hal ini disebabkan lantaran pada masa-masa perang Tabuk itu Ka’ab bin Malik sedang dalam kondisi kaya Raya dan juga di dukung dengan keadaan dimana buah-buahan telah ranum dan tempat berteduh diminati banyak orang sehingga ia menunda-nunda untuk melakukan persiapan untuk ikut dalam perang Tabuk tersebut. Hal itu terjadi terus menerus sampai-sampai pasukan telah siap untuk berangkat pergi berperang.
Dalam kondisi itu Ka’ab bin Malik berkata pada dirinya, “Aku akan bersiap-siap besok atau besok lusanya, kemudian aku akan menyusul mereka”. Setelah kaum muslimin berangkat, Ka’ab bin malik keluar rumah untuk bersiap-siap dan bertekad akan menyusul rombongan kaum muslimin namun ia tidak jadi dan menundanya pada keesokan harinya, pada hari berikutnya pun ia tunda lagi sampai berhari-hari kemudian ia sama sekali belum bersiap-siap hingga kaum muslimin telah berjalan jauh dan tidak terkejar lagi. Hingga pada akhirnya ia pun tidak jadi berangkat dan tetap berada di Madinah.
Pada suatu pagi Rasulullah beserta Rombongan kaum muslimin telah pulang dari berperang, dan sudah menjadi kebiasaan Rasulullah setiap setelah pulang dari perjalanan beliau langsung menuju masjid dan shalat 2 rakaat lalu keluar duduk-duduk bersama penduduk lainnya. pada saat itu para orang-orang munafik pun berbondong-bondong mendatangi Rasulullah yang jumlahnya sekitar 80 orang, mereka bersumpah kepada beliau dan meminta udzur atas ketidak ikut sertaan.
Namun Ka’ab bin Malik tidak melakukan hal serupa, ia datang kepada Rasulullah dan menceritakan dengan jujur perihal ketidak ikut sertaannya dalam berperang. Setelah menceritakan perihal ketidak ikut sertaannya kepada Rasulullah, Rasulullah bersabda “Adapun orang ini(Ka’ab bin Malik) berkata benar. Berdirilah dan pulanglah hingga Allah memberi putusan tentang dirimu”. Tidak lama setelah itu Rasulullah memberikan perintah kepada orang-orang untuk tidak berbicara dan menjahui Ka’ab bin malik beserta 2 sahabat yang lainnya yang juga berperilaku sama sebagaimana Ka’ab.
Mereka dalam kondisi seperti itu selama 50 malam, dalam kondisi itu Ka’ab bin malik beserta 2 sahabat lainnya merasakan seakan akan tidak mengenal lagi dengan dunia ini. Dalam pengasingan tersebut 2 sahabat lainnya lebih memilih berdiam di rumah sampai keputusan Allah turun, namun tidak bagi Ka’ab bin Malik yang tetap keluar rumah, ke pasar, dan juga berjamaah ke masjid namun tidak seorang pun mau berbicara dengannya. pernah suatu saat, ketika ia ke masjid melihat Rasulullah, lantas ia mendekati Rasulullah dan mengucapkan salam kepada beliau sambil berharap Rasulullah menjawab salamnya, kamudia Ka’ab mengerjakan shalat di samping Rasulullah guna mencuri-curi pandangan kepada beliau.
Jika Ka’ab mengerjakan shalat Rasulullah melihatnya tapi ketika ia menoleh maka Rasulullah memalingkan wajahnya. Hal tersebut terus terjadi hingga hari ke-40, pada hari ke-40 seorang utusan Rasulullah datang kepada Ka’ab dan 2 sahabat yang lainnya menyampaikan kepada mereka untuk menjahui istri-istri mereka pula. Hal itu berlangsung 10 hari, hingga pada pagi hari pada hari ke-50 Ka’ab keluar rumah untuk menunaikan shalat shubuh dan setelah itu ia pergi ke gunung sala’ dan mendirikan tenda disana.
Tiba-tiba seorang penyeru berteriak keras “Hai Ka’ab bin Malik bergembiralah!”, seketika itu Ka’ab bersujud karena solusi telah tiba. Rasulullah mengumumkan diterimanya taubat Ka’ab bin Malik beserta 2 orang sahabat yang lain. [palingcerdas/Firdaus, BKLDK Malang)

No comments: