Sangyang dalam Kitab Negara Kertagama
Gunung Api Sangyang yang berlokasi di kecamatan Wera Kabupaten Bima meletus pada Jumat sore (30/5). Gunung yang berada di pulau Sangyang Wera Bima itu mengeluarkan asap dan abu vulkanik sejak Jumat Sore hingga Minggu dan menyebar hingga ke Australia. Itulah fakta letusan Sangyang yang kerap terjadi dari waktu ke waktu.
Dalam tulisan ini, saya tidak mebahas tentang sejarah letusan Gunung Sangyang. Tapi saya ingin mengeksplor sisi lain tentang Gunung Sangyang. Saya terkejut ketika membaca Buku Perjalanan Mahapatih Gajah Mada yang ditulis Prof. Muhammad Yamin. Di halaman 134 buku itu Muhammad Yamin mengutip isi Kitab Negara Kertagama yang monumental. Di sana tertera tentang route perjalanan Gajah Mada dari Dompo-Soromandi- Sangyang Api Bima. Penalaran saya langsung tertuju kepada kisah menghilangnya MahaPatih itu ketika menuju kearah timur untuk menyatukan nusantara. Saya pun berasumsi berarti perlu penelitian lebih lanjut terhadap telapak kaki di pegunungan Donggo yang diduga sebagai telapak Kaki Gajah Mada itu.
Terlepas dari Isi Kitab Negara Kertagama, Gunung Sangyang memang menyimpan rmantika sejarah bagi para sultan Bima. Di pulau inilah Sultan Abdul Kahir I diselamatkan oleh orang-orang Wera dari serangan Pasukan Salisi dan Belanda. Di pulau inilah Sultan Bima pertama itu menyusun kekuatan menuju Makassar meninggalkan tanah tumpah darahnya untuk kemudian kembali ke pulau ini menyusun kekuatan menyerang kembali Salisi yang telah merebut tahta kerajaan dari tangan ayahnya.
Muslimin Hamzah dalam bukunya Ensiklopedia Bima halaman 187 menyebutkan bahwa dulu di pulau ini dihuni oleh penduduk asli yang mirip suku Baduy. Mereka tertutup, mandiri dan terikat adapt istiadat yang ketat. Mereka dipimpin oleh Jalu atau Kepala Desa. Ia sakti sekaligus kharismatik. Namun keberadaan Jalu ini berakhir seiring dengan berakhirnya Kesultanan Bima pada tahun 1950.
Gunung Api Sangyang merupakan Gunung Api Aktif sampai sekarang. Letusan terakhir adalah pada tahun 1985 yang menyebabkan hujan pasir di wilayah Bima dan sekitarnya selama seminggu. Sejak saat itu, warga yang bermukim di pulau ini direlokasi oleh Pemerintah ke Sangyang Daratan. Gunung yang berada di jalur pelayaran laut Flores ini menyimpan pesona yang eksotik. Banyak kapal pesiar yang mampir mengabadikan keindahan pulau Sangyang.
Pulau Sangyang adalah pesona dan potensi Bima yang menjanjikan harapan. Pulau ini adalah paket alam yang dianugerahi Tuhan untuk bangsa ini. Perlu langkah-langkah terobosan untuk mengembangkan pulau ini menjadi obyek wisata petualangan maupun wisata Bahari.
Alan M
Dalam tulisan ini, saya tidak mebahas tentang sejarah letusan Gunung Sangyang. Tapi saya ingin mengeksplor sisi lain tentang Gunung Sangyang. Saya terkejut ketika membaca Buku Perjalanan Mahapatih Gajah Mada yang ditulis Prof. Muhammad Yamin. Di halaman 134 buku itu Muhammad Yamin mengutip isi Kitab Negara Kertagama yang monumental. Di sana tertera tentang route perjalanan Gajah Mada dari Dompo-Soromandi- Sangyang Api Bima. Penalaran saya langsung tertuju kepada kisah menghilangnya MahaPatih itu ketika menuju kearah timur untuk menyatukan nusantara. Saya pun berasumsi berarti perlu penelitian lebih lanjut terhadap telapak kaki di pegunungan Donggo yang diduga sebagai telapak Kaki Gajah Mada itu.
Terlepas dari Isi Kitab Negara Kertagama, Gunung Sangyang memang menyimpan rmantika sejarah bagi para sultan Bima. Di pulau inilah Sultan Abdul Kahir I diselamatkan oleh orang-orang Wera dari serangan Pasukan Salisi dan Belanda. Di pulau inilah Sultan Bima pertama itu menyusun kekuatan menuju Makassar meninggalkan tanah tumpah darahnya untuk kemudian kembali ke pulau ini menyusun kekuatan menyerang kembali Salisi yang telah merebut tahta kerajaan dari tangan ayahnya.
Muslimin Hamzah dalam bukunya Ensiklopedia Bima halaman 187 menyebutkan bahwa dulu di pulau ini dihuni oleh penduduk asli yang mirip suku Baduy. Mereka tertutup, mandiri dan terikat adapt istiadat yang ketat. Mereka dipimpin oleh Jalu atau Kepala Desa. Ia sakti sekaligus kharismatik. Namun keberadaan Jalu ini berakhir seiring dengan berakhirnya Kesultanan Bima pada tahun 1950.
Gunung Api Sangyang merupakan Gunung Api Aktif sampai sekarang. Letusan terakhir adalah pada tahun 1985 yang menyebabkan hujan pasir di wilayah Bima dan sekitarnya selama seminggu. Sejak saat itu, warga yang bermukim di pulau ini direlokasi oleh Pemerintah ke Sangyang Daratan. Gunung yang berada di jalur pelayaran laut Flores ini menyimpan pesona yang eksotik. Banyak kapal pesiar yang mampir mengabadikan keindahan pulau Sangyang.
Pulau Sangyang adalah pesona dan potensi Bima yang menjanjikan harapan. Pulau ini adalah paket alam yang dianugerahi Tuhan untuk bangsa ini. Perlu langkah-langkah terobosan untuk mengembangkan pulau ini menjadi obyek wisata petualangan maupun wisata Bahari.
Alan M
No comments:
Post a Comment