Saudah binti Zam’ah, Istri Rasulullah setelah Khadijah
SAUDAH binti Zam’ah dinikahi Rasulullah dalam usia lanjut. Ketika itu ia telah lama menjanda. Sakran bin Amr, suami pertamanya. Ia telah wafat di negeri Habasyah. Di negeri tempat hijrah pertama kaum muslimin itulah, saudah hidup sendiri. Saudah tetap menjanda ketika ia hijrah ke Madinah bersama kaum muslimin lainnya.
Saat itu Rasulullah juga telah menduda. Setelah wafatnya Khodijah tak seorang sahabat pun yang berani mewari Rasulullah untuk menikah lagi. Para sahabat Nabi itu dapat merasakan bagaimana Rasulullah begitu kehilangan istri yang sangat dicintainya itu. Khadijah adalah pendukung dan penyokong utama dakwa Rasulullah. Khadijah beriman ketika yang lain mengingkarinya, dia menolong dakwah Rasul saat orang lain tidak menolongnya, dan darinya ia memberikan keturunan.
Hingga suatu ketika datanglah salah seorang shahabiyah, Kaulah binti Hakim, menemui Rasulullah SAW. Lalu ia memberanikan diri menawari Rasulullah untuk menikah lagi.
“Tidak kah engkau mempunyai keinginan untuk menikah lagi wahai Rasulullah?” tanya Khaulah hati-hati.
“Wahai Khaulah, siapa orangnya setelah Khadijah?” Jawab Rasul pelan. “engkau ingin gadis atau janda?” Jawab Khaulah segera.
“Siapa dari kalangan gadis?” Tanya Rasulullah. “Anak perempuan dari Abu Bakar As Siddik, yaitu Aisyah.” Jawab Khaulah.
Setelah terdiam beberapa saat, beliau bertanya lagi, “Siapa dari kalangan janda?” Khaulah menjawab, “Ia adalah Saudah binti Zam’ah yang telah beriman kepada engkau dan mengikutiapa-apa yang ada pada engkau.”
Lalu Rasulullah memilih Sudah binti Zam’ah dan menikahlah mereka. Pernikahan ini tak ayal menggemparkan di kalangan kaum muslimin. Banyak orang yang tak yakin kepada Saudah apakah ia bisa melayani Rasulullah setelah wafatnya Khadijah.
Keberanian Khaulah kepada Rasulullah menawarkan Saudah bukan tanpa pertimbangan. Suadah memiliki sifat keibuan, sehingga kelak ia bisa membantu Rasulullah merawat anak-anak beliau. Saudah pun bisa mendampingi Rasulullah dalam memperjuangkan tegaknya agama Islam.
Terbukti bahwa Saudah memang mampu menjalankan kewajibannya sebagai istri, ia merawat anak-anak Rasul dan melayani beliau sebagaimana istri pada umumnya. Ia dapat menyenangkan hati nabi dengan ketulusan dan kegembiraan.
Tatkala Rasulullah menikah lagi, Saudah dapat menerima kehadiran Istri-istri Rasulullah dengan penuh keihklasan. Bahkan ketika usianya sudah semakin lanjut, ia menyerahkan waktunya kepada Aisyah, istri Rasulullah yang paling belia. Saudah menyadari bahwa diusianya yang sudah semakin lanjut, ia tidak akan bisa melayani Rasulullah dengan baik. Hal ini sangat mengharukan bagi Aisyah hingga ia berkata, “Tak ada wanita yang paling saya cintai sehingga saya ingin selalu berada dalam petunjuk dan jalannya daripada Saudah binti Zam’ah.
Itulah Suadah binti Zam’ah, wanita yang terus mendampingi Rasulullah sampai beliau wafat. Bagi Saudah, dibangkitkan ia sebagai istri Rasulullah di akhirat kelak, merupakan anugerah yang begitu luar biasa. [fha/islampos/wirda]
No comments:
Post a Comment