Perlawanan Setan dan Mengenal Tipu Dayanya Lanjutan

PERLAWANAN SETAN Perlawanan Setan dan Mengenal Tipu Dayanya (4)
ALLAH Ta’ala telah menjelaskan bahwa setan itu merupakan musuh bagi manusia dan selalu berusaha untuk menyesatkan manusia agar sama-sama terseret ke dalam neraka. Oleh karena itu, setiap orang yang berakal sehat wajib untuk bersungguh-sungguh di dalam melawannya supaya dirinya bisa selamat daripadanya, karena selain itu adalah musuh yang jelas bagi orang-orang yang beriman. Selain dari setan, orang mukmin itu juga mempunyai musuh, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra. dari Nabi saw., bahwasanya beliau bersabda:
“Orang yang beriman itu berada di antara lima kesulitan, (yaitu: orang mukmin yang dengki kepadanya, orang munafik yang membencinya, musuh yang memeranginya, setan yang menyesatkannya, dan nafsu yang menyelewengkannya).”
Maksudnya nafsu yang cenderung untuk berbuat kesesatan dan penyelewengan. Maka setiap muslim harus mohon pertolongan kepada Allah Ta’ala agar dikuatkan untuk menghadapi musuh-musuhnya dan diberi kemampuan untuk mengerjakan apa yang diridhai Allah, dan semuanya itu mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala.
Shalih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdur Rahman bin Ziyad bin An’am, di mana ia berkata, “Sewaktu Nabi Musa as. sedang duduk, tiba-tiba iblis datang dengan memakai topi yang berwarna-warni, dan ketika ia dengan Nabi Musa as. ia membuka topinya dan mengucapkan salam, lalu Nabi Musa as. bertanya, ‘Siapakah kamu?’ Ia menjawab, ‘Saya iblis.’ Nabi Musa as. bertanya, ‘Kenapa kamu datang kemari?’ Ia menjawab, ‘Untuk memberi selamat kepadamu atas kedudukanmu di sisi Allah.’ Nabi Musa as. bertanya, ‘Untuk apa topi yang kamu bawa itu?’ Ia menjawab, ‘Untuk mengelabui manusia.’ Nabi Musa as. bertanya, ‘Beritahukanlah kepadaku dosa apakah yang dilakukan oleh manusia, maka kamu akan menguasainya?’ Ia menjawab, ‘Apabila manusia itu berbangga dengan bercampur sombong atas dirinya sendiri, merasa amalnya banyak, dan lupa pada dosanya, maka disaat itulah saya dapat menguasainya’.”
Diceritakan dari Wahb bin Munabbih, bahwasanya ia berkata: Allah Ta’ala memerintahkan iblis untuk mendatangi Nabi Muhammad saw. untuk menjawab apa yang beliau tanyakan, kemudian iblis itu datang dengan menyerupai orang tua yang bertongkat; lalu terjadilah dialog berikut ini:
“Nabi saw. bertanya kepadanya, ‘Siapakah kamu?’ Ia menjawab, ‘Saya adalah iblis.’ Beliau bertanya, ‘Kenapa kamu datang?’ Iblis menjawab, ‘Allah memerintahkan saya untuk datang kepadamu dan menjawab apa yang ingin engkau tanyakan kepadaku.’ Nabi saw. lalu bertanya, ‘Wahai makhluk yang terkutuk, ada berapa kelompok musuh-musuhmu dari umatku?’ Iblis menjawab, ‘Ada lima belas, yang pertama adalah engkau, kedua pemimpin yang adil, ketiga orang kaya yang rendah hati, keempat pedagang yang jujur, kelima orang yang pandai (alim) yang tenang pembawaannya, keenam oang mukmin yang suka memberi nasihat, ketujuh orang mukmin yang murah hati, kedelapan orang yang bertaubat yang tetap pada taubatnya itu, kesembilan orang yang benar-benar menjaga diri dari yang haram, kesepuluh orang mukmin yang selalu berada dalam keadaan suci, kesebelas orag mukmin yang banyak shadaqahnya, kedua belas orang mukmin yang berbaik budi kepada sesama manusia, ketiga belas orang mukmin yang banyak bermanfaat bagi sesame manusia, keempat belas orang yang pandai al-Qur’an yang selalu membacanya, dan kelima belas adalah orang yang biasa mengerjakan shalat di waktu malam sewaktu orang-orang lain sedang tidur.’ Kemudian Nabi saw. bertanya, ‘Siapakah teman-temanmu dari umatku?’ Iblis menjawab, ‘Ada sepuluh, yang pertama adalah penguasa yang zhalim, kedua orang kaya yang sombong, ketiga pedagang yang curang, keempat orang yang meminum-minuman keras, kelima orang yang suka menyebarkan fitnah, keenam orang yang berbuat zina, ketujuh orang yang memakan harta anak yatim, kedelapan orang yang meremehkan shalat, kesembilan orang yang tidak mengeluarkan zakat, dan kesepuluh adalah orang yang panjang angan-angan. Mereka itulah teman-teman dan saudara-saudaraku’.”

DICERITAKAN dalam salah satu riwayat bahwa pada masa Bani Isra’il ada seorang ahli ibadah yang bernama Birshish. Ia sangat tekun beribadah, selalu berada di tempat ibadahnya, dan do’anya mustajab, sehingga banyak orang datang ke sana dengan membawa orang-orang yang sakit untuk dimintakan do’a, di mana setelah ia berdo’a, orang yang sakit itu sembuh.
Iblis lalu memanggil setan-setan dan berkata, “Siapakah di antara kamu yang bisa menggoda orang ini, karena ia telah merepotkan kamu sekalian.” Setan yang bernama ‘Ifrit berkata, “Aku yang akan menggodanya, bila aku tidak berhasil, maka janganlah kamu menghormati aku lagi.” Iblis lalu berkata, “Pergilah sekarang juga,” maka setan itu pergi mendatangi salah seorang Bani Isra’il yang mempunyai anak gadis yang sangat cantik.
Waktu itu gadis tersebut sedang duduk-duduk bersama ayah, ibu dan saudara-saudaranya, tiba-tiba ia berubah akalnya seperti orang gila. Setelah beberapa hari tidak sembuh-sembuh, lalu setan dengan menyamar sebagai manusia datang kepada sang raja dan berkata, “Jika kamu ingin menyembuhkan anakmu yang sedang sakit ingatan itu , maka datanglah kepada pendeta Birshish supaya dido’akan dan disembuhkan olehnya.” Kemudian keluarga raja itu mengantarkan putrid itu ke rumah Birshish, dan setelah dido’akan olehnya, maka penyakit itu hilang. Akan tetapi sewaktu sampai di istana, penyakit itu kambuh lagi, lalu setan datang lagi dan berkata, “Jika kamu menginginkan anakmu sembuh benar, maka biarkanlah ia menginap di rumah pendeta itu beberapa hari.” Maka keluarga raja pun mengantarkan ke sana untuk menitipkannya pada Birshish, akan tetapi Birshish menolaknya. Namun setelah sang raja itu memaksanya, maka dengan terpaksa Birshish mau menerimanya.
Pendeta itu selalu berpuasa di siang hari dan shalat sunnah di malam hari. Setan tidak membiarkan untuk menjerumuskan Birshish melalui putri tadi. Suatu saat ketika si pendeta itu sedang duduk untuk makan, setan membukakan aurat putri tadi, lalu pandangan Birshish terpana melihatnya, sehingga hari-hari berikutnya Birshish benar-benar mengakui kecantikan putri itu, dan hatinya pun tergerak untuk berbuat mesum dengannya, maka akhirnya Birshish melakukan perbuatan yang terkutuk itu sampai si putri hamil.
Kemudian setan membisiki hati Birshish, “Kamu sudah menghamilinya, dan kamu pasti tidak akan bisa terlepas dari hukuman sang raja, kecuali jika kamu membunuh dan mengubur putri itu di bawah tempat ibadahmu. Dan jika keluarga raja menanyakan kepadamu, maka katakanlah bahwa putri itu telah mati, tentu mereka akan percaya.” Lalu si pendeta itu menyembelih dan mengubur putri itu seperti bisikkan setan tadi.
Kemudian keluarga raja menyakan keadaan putrinya kepada Birshish dan dijawab bahwa ia telah mati, maka mereka pun percaya dan langsung pulang. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Birshish memberitahukan bahwa putri itu telah sembuh dan pulang sendiri, maka mereka pun percaya dan pulang. Akan tetapi setelah sampai di istana, putri itu tidak ada, maka mereka mencari ke sana ke kemari, lalu setan memberitahukan kepada mereka bahwa putri itu diperkosa oleh Birshish lalu hamil, dan karena ia takut, maka putri itu disembelih lantas dikuburkan di tempat ibadahnya.
Maka sang raja mengajak pasukan datang ke rumah pendeta itu, lalu menggali kubur itu dan ternyata putrinya memang disembelih. Mereka lantas menggantung Birshish, dan disaat itu setan datang kepadanya dan berkata, “Akulah yang mendalangi semua ini, dan aku masih bisa menyelamatkan kamu dengan memberitahukan kepada mereka pasti akan percaya kepadaku, akan tetapi ada satu syarat yang harus kamu penuhi yaitu kamu sujud kepadaku satu kali saja.” Birshish lalu bertanya, “Bagaimana aku bisa sujud kepadamu dalam keadaan seperti ini?” Setan menjawab, “Kamu cukup menganggukkan kepala.” Maka Birshish pun menganggukkan kepala tanda sujud kepada setan, akan tetapi setelah itu setan berkata, “Aku lepas tangan dari apa yang telah kamu lakukan.”
Di dalam al-Qur’an Allah Ta’ala berfirman, “Seperti (bujukan) setan ketika ia berkata kepada manusia, ‘Kafirlah kamu!’ Kemudian ketika manusia itu menjadi kafir, ia berkata, ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam. Maka kesudahan bagi keduanya, bahwa keduanya masuk ke dalam neraka, kekal di dalamnya. Demikianlah balasan bagi orang-orang zhalim,” (QS. al-Hasyr: 16-17).

Rika Rahmawati

No comments: