Misteri Pasukan “Lebah Emas”, dalam kemelut kekuasaan Kerajaan Majapahit ?
Lambang “Lebah Emas” merupakan ciri dari panji-panji bendera Pasukan Adipati Palembang Ario Dillah. Pasukan Panji “Lebah Emas” ini, turut serta mendukung Balatentara Demak dan Caruban (Cirebon) pada sekitar abad 15-16 Masehi.
Pasukan “Lebah Emas” ini selain terlatih, juga diperkuat Para Jawara asal Sumatera bagian Selatan. Mereka juga memiliki persenjataan yang canggih, seperti senapang (senapan atau pemuras) dan gurnita (sejenis bedil ukuran besar). Dan wilayah Palembang di masa Adipati Ario Dillah, juga terdapat Pabrik Mesiu yang besar.
Kekuatan Pasukan “Lebah Emas”
Ketika Kadipaten Demak dipimpin oleh Adipati Lembusora. Ia mendapat perintah Maharaja Majapahit Bhre Kertabhumi, untuk menyerang Kadipaten Semarang yang dicurigai melakukan makar. Akibat serangan tersebut, Penguasa Semarang Adipati Bhattara Katwang, tewas dalam pertempuran.
Peristiwa penyerbuan Lembusora ke Samarang, telah menyulut amarah putera-puteri keturunan Sri Prabu Kertawijaya. Adipati Ario Dillah, yang merupakan sesepuh keluarga ini, membawa armada besar Pasukan “Lebah Emas” dari Palembang.
Anak tiri Ario Dillah, Raden Patah memimpin orang-orang Bintara dan Glagah Arum, sementara puteranya Raden Kusen membawa pasukan dari Terung dan Surabaya. Demikian juga Adipati Andayaningrat yang mengirim pasukan Pengging untuk ikut menghukum Lembusora.
Diserbu dari berbagai penjuru, Lembusora tak mampu untuk melawan. Lembusora sendiri terbunuh di dalam Balai Kadipaten Demak.
Setelah berhasil menguasai Kadipaten Demak, Ario Dillah kemudian menetapkan Raden Patah menjadi adipati Demak. Sementara itu, karena Bhattara Katwang yang memiliki seorang puteri, yaitu Nyai Sekar Kedaton, dinikahkan dengan puteranya, Raden Sahun, kemudian Raden Sahun menggantikan kedudukan mertuanya, menjadi adipati Semarang.
Sementara Maharaja Kertabhumi tidak dapat berbuat banyak, ia sadar sulit baginya menghadapi jaringan “Lebah Emas” pimpinan Adipati Palembang Ario Dillah. Oleh karenanya, ia mengakui Raden Patah sebagai adipati Demak dan menyatakan Raden Patah sebagai putera angkatnya serta dianugerahi gelar Arya Sumangsang.
Sumber :
Suluk Abdul Jalil: perjalanan ruhani Syaikh Siti Jenar, tulisan Agus Sunyoto
WaLlahu a’lamu bishshawab
Kekuatan Pasukan “Lebah Emas”
Ketika Kadipaten Demak dipimpin oleh Adipati Lembusora. Ia mendapat perintah Maharaja Majapahit Bhre Kertabhumi, untuk menyerang Kadipaten Semarang yang dicurigai melakukan makar. Akibat serangan tersebut, Penguasa Semarang Adipati Bhattara Katwang, tewas dalam pertempuran.
Peristiwa penyerbuan Lembusora ke Samarang, telah menyulut amarah putera-puteri keturunan Sri Prabu Kertawijaya. Adipati Ario Dillah, yang merupakan sesepuh keluarga ini, membawa armada besar Pasukan “Lebah Emas” dari Palembang.
Anak tiri Ario Dillah, Raden Patah memimpin orang-orang Bintara dan Glagah Arum, sementara puteranya Raden Kusen membawa pasukan dari Terung dan Surabaya. Demikian juga Adipati Andayaningrat yang mengirim pasukan Pengging untuk ikut menghukum Lembusora.
Diserbu dari berbagai penjuru, Lembusora tak mampu untuk melawan. Lembusora sendiri terbunuh di dalam Balai Kadipaten Demak.
Setelah berhasil menguasai Kadipaten Demak, Ario Dillah kemudian menetapkan Raden Patah menjadi adipati Demak. Sementara itu, karena Bhattara Katwang yang memiliki seorang puteri, yaitu Nyai Sekar Kedaton, dinikahkan dengan puteranya, Raden Sahun, kemudian Raden Sahun menggantikan kedudukan mertuanya, menjadi adipati Semarang.
Sementara Maharaja Kertabhumi tidak dapat berbuat banyak, ia sadar sulit baginya menghadapi jaringan “Lebah Emas” pimpinan Adipati Palembang Ario Dillah. Oleh karenanya, ia mengakui Raden Patah sebagai adipati Demak dan menyatakan Raden Patah sebagai putera angkatnya serta dianugerahi gelar Arya Sumangsang.
Sumber :
Suluk Abdul Jalil: perjalanan ruhani Syaikh Siti Jenar, tulisan Agus Sunyoto
WaLlahu a’lamu bishshawab
No comments:
Post a Comment