Si Manja yang menjadi Mujahid
Mushab sangat suka memakai wangi-wangian. Orang akan segera tahu siapa yang lewat ketika Mushab berjalan jalan di sepanjang lorong kota Mekkah dari wangi yang tercium dari tubuhnya.
Bukan salah Mushab bin Umair jika ia menjadi seperti itu. Kematian ayahandanya membuat ibunya memperlakukan pemuda itu begitu hati-hati, lembut dan sangat melindungi. Walau begitu Mushab sesungguhnya seseorang yang ramah. Ia lebih suka bergaul dengan orang-orang miskin. Karena Mushab merasakan kekayaan keluarganya hanya menjadi beban saja.
Abu Bakar Shidiq diam-diam memperhatikan Mushab bin Umair. Ia melihat ada potensi dalam diri pemuda manja itu. Jika Mushab masuk islam, Mushab akan menjadi suatu pilar dakwah yang sangat kuat. Dengan teratur dan penuh kesabaran, Abu Bakar mendekatinya. Waktu itu Mushab berusia 18 tahun.
Benar saja, Abu Bakar tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk mengajak Mushab masuk islam. Pemuda itu langsung tertarik dengan apa yang ditawarkan oleh Abu Bakar. Mushab mengucap syahadat secara sembunyi-sembunyi. Bukan karena takut akan di ketahui oleh penduduk Mekkah waktu itu. Tapi oleh karena kendala keluarganya yang masih jahiliyah, Mushab belum berani menunjukan keislamannya. Ia sangat menyayangi ibunya, dan ia tahu keislamannya akan menyakiti ibunya. Dari hari ke hari, Mushab menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai muslim secara sembunyi-sembunyi.
Suatu ketika seorang musyrikin Quraisy memergoki Mushab tengah salat. Melihat kejadian itu, dengan terkejut ia mendatangi keluarga Mushab. Semua gempar. Mushab yang kan dijadikan tumpuan masa depan keluarga ternyata masuk islam.
Ibu Mushab merasa terkejut mengetahui keadaan itu. Ia memanggil putranya. Mushab sendiri tidak begitu terkejut. Ia memang mnyadari bahwa lambat laun keislamannya pasti akan diketahui oleh keluarga dan lingkungannya. Hanya soal waktu saja. Tak banyak yang bisa dinyatakan oleh Mushab ketika ia ditanya perihal kebenaran berita yang dibawa oleh kafir Quraisy yang memergoki sholatnya.
“ya betul, ibunda. Aku telah lama menganut agamanya Muhammad. “ ujar Mushab.
Mendengar jawaban tersebut, alangkah marah ibunya. Mushab diikat dan dikurung. Ia tidak diberi makan dan tidak dikasih minum. Sampai sampai kesadarannya hampir hilang. keluarganya berharap, dengan diberi hukuman seperti itu, Mushab akan meninggalkan agama yang baru di anutnya. Mushab hanya berserah diri kepada Allah.
Di tengah penderitaannya, Mushab mencari-cari jalan agar bisa meloloskan diri. Dia berhasil, Mushab lari dari rumahnya. Ia berlari dan berlari saja tanpa tujuan yang pasti, sementara tubuhnya semakin lemah karena tidak ada yang dimakan-nya. Dengan tenaga yang tersisa. Ia menyusuri jalan-jalan.
Allah tentunya tidak membiarkan hambanya yang terus menerus menderita. Di tengah perjuangannya, Mushab berjumpa dengan suatu rombongan. Suatu kafilah kaum muslimin yang akan berpindah ke Habsyah. Mushab memutuskan dirinya untuk ikut rombongan itu. Ia memohon untuk serta ke habsyah. Karena tidak menyusahkan rombongan musyhab di ijinkan. Sebenarnya inilah rombongan pertama dari kaum muslimin yang pertama kali meninggalkan Mekkah-sebagai cikal bakal rombongan-rombongan selanjutnya dalam proses hijrah ke Yastrib.
Mushab tidak lama tinggal di Habsyah. Di kota itu ia merasa islamnya tidak berkembang. Maklum Rasulullah saw tidak tinggal di kota itu. Maka akhirnya ia kembali lagi ke Mekkah dan langsung menemui Rasulullah saw. Ia memutuskan untuk tinggal bersama Rasulullah saw. Dan setiap harilah Mushab mendapat didikan dan gemblengan dari Rasulullah saw langsung. Islamnya semakin mantap. Banyaklah pelajaran yang dikuasainya. Laqur`an menjadi kehidupan sehari-harinya. Setiap hari, Mushab keluar satu majelis ilmu ke majelis ilmu lainnya. dan ia lakukan bersama Rasulullah saw, hingga perlahan-lahan sirnalah sifat manja yang dulu lekat dengannya. Rasulullah saw telah membentuk Mushab menjadi pribadi yang mempesona.
Benar dugaan Abu Bakar, Mushab adalah bibit unggul. Di bawah bimbingan Rasulullah saw, Mushab menjadi seseorang yang fakih dalam agama. Dan kepribadian manjanya sirna sudah. Hingga pantaslah ketika nabi memilih Mushab untuk berdakwah ke Yastrib. Menyebarkan islam. Ini bukan penunjukan sembarangan. Yastrib adalah kota yang umat islamnya amat sedikit pada waktu itu.
Hanya ada Asad bin Zurarah. Itupun selama ini ia menyembunyikan identitas keislamnnya. Maka, kedatangan Mushab bin Umair adalah sebuah misi penting. Ia yang akan memberi pemahaman tentang hijrah yang kelak akan dilakukan kaum muslimin Mekkah.
Ditemani Abdullah bin Ummi Makhtum, Mushab tinggal di rumah Asad bin Zurarah. Mereka adalah tiga serangkai pertama yang menyebarkan dakwah di yatsrib.
Yastrib bukanlah kota yang ramah, terutama bagi para pendatang. Semuanya berjalan tidaklah mudah. Mushab tetap harus mencari penghidupannya. Ia selalu terbentur oleh modal ketika hendak berdagang. Maka satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah menjadi kuli angkat barang. Di Yastrib, Mushab sangat menderita. Ini adalah sesuatu yang ia rasakan ketika bersama keluarganya dulu. Tapi ditengah kondisi seperti itu tidak sedikitpun taqwanya menurun. Bahkan ketaatan dan taqqarubnya terus meningkat.
Karena masa lalunya yang teramat dimanja, Mushab bin Umair bukanlah orang yang tegar dan kuat terutama ketika maju ke medan perang. Rasulullah saw dan sahabat lainnya sangat menyadari itu. Maka hampir di setiap peperangan-salah satunya perang Badar – ia hanya bertugas memegang bendera perang yang panjangnya sekitar 1,5 meter dan lebarnya 1 meter. Tapi sumbangan terhadap islam tidaklah diragukan lagi. Simanja itu telah menjadi mujahid sejati.
No comments:
Post a Comment