Zionis, Budaya Rasisme Hingga Manipulasi Fakta
Zionis menyadari bahwa rahasia menguasai dunia adalah media massa. Mereka sudah berhasil membagun imperius media dan jaringan chanel internasional yang bisa menjangkau setiap manusia, kecuali buku sejarah
BULAN Mei 2015 Simon Wiesenthal Center di Amerika menuntut kepada Dewan Kerajaan Yordania dan Otoritas Palestina agar mengecam dan mendakwah secara hukum statemen dan versi sejarah yang disampaikan oleh Syeikh Al-Quds Khalid Magribi tentang versi sejarah Yahudi di Eropa dan kekuasaan mereka terhadap dunia melalui media massa, perfileman dan uang. Hal itu disampaikan oleh Syeikh Magribi dalam salah satu ceramah rutinnya di mihrab Masjid Al-Aqsha dan direkam dan kemudian disebar di situs YouTube.
Ini hanya permulaan saja. Sebulan setelah media massa Israel menggelar provokasi atas Syeikh Maghribi dengan menerjemahkan ceramahnya ke dalam Bahasa Ibrani. Setelah itu kemudian dimulailah kampanye provokatif sistematis terprogram yang dilakukan oleh pihak-pihak Israel yang melibatkan intelijen. Rumah Syeikh Al-Quds Al Maghribi digeledah dan kemudian ia ditangkap dan propertinya disita. Itu berlangsung lebih dalam lebih dari satu kasus sampai. Kemudian secara hukum Syeikh Magribi didakwah melakukan tindakan provokatif untuk melakukan kekerasan dan terorisme serta rasisme dan kemudian Israel memenjarakannya secara riil selama 11 bulan.
Syeikh Maghribi yang di rumahnya di kampung Sa’diyah digantung sebuah tulisan putih “ambil yang kau butuhkan, tinggalkan yang tidak kau butuhkan” dari rumah inilah digelar dan dilakukan berbagai macam kebaikan antara beliau dan warga Al-Quds. Syeikh Maghribi yang menghabiskan usianya di Masjid Al-Aqsha dari anak-anak hingga orangtua berlomba-lomba untuk mendengarkan ceramah dan nasehatnya akhirnya dia harus di dakwah melakukan provokasi rasis di Masjidi Al-Aqsha. Sementara mereka mendeklarasikan diri sebagai pembela HAM dan kemanusiaan tidak bergeming bahkan tidak menunjuk seorang pengacara pun untuk membela beliau atau bahkan sekedar mengecam vonis yang dijatuhkan Israel kepadanya.
Jika kita ingin tahu apa faktor hakiki dibalik penangkapan dan penahanan Syeskh Kholid Maghribi dan ribuan warga Palestina lainnya tanpa adanya alasan hukum yang benar maka kita perlu kembali kepada peristiwa di bulan Juni 2012 di Universitas Haifa. Ketika itu seorang kolumnis Israel Sami Mahayel di salah satu mimbar universitas tersebut mengakui Israel adalah negara dunia modern yang paling rasis dan berbudaya kebencian terhadap bangsa dan etnis lain. (Haaretz, 26 Juni 2012).
Siapa Simon Wiesenthal
Simon Wiesenthal yang dijuluki “Pemburu Kaum Nazi” adalah sosok yang menghabiskan waktunya untuk memburu kaum Jerman Nazi dan menyeret mereka ke pengadilan. Ia adalah insinyur dan arsitek bangunan Yahudi yang mendirikan organisasi Simon Wiesenthal Center yang memproklamirkan diri sebagai organisasi HAM untuk menghadapi anti-semit kebencian dan terorisme serta mengukuhkan hak asasi manusia dan kehormatannya. Disamping itu dia juga getol membela Israel dan membela keselamatan Yahudi di seluruh dunia serta mengajarkan pelajaran pelajaran Holocaust bagi generasi yang akan dating. Hal itu tegas bisa dibaca dalam situs internetnya yang berbahasa asing.
Dengan bahasa yang lebih tegas dan riil, saat ini Simon Wiesenthal Center memiliki 105 juta dollar untuk membangun “Museum Toleransi” di atas kuburan parah ratusan para syuhada dan wali serta orang orang sholeh di kuburan Islam Makmanullah di kota Al-Quds. Dan lembaga ini pula yang punya saham dalam mendekontruksi dan mengubah serta memanipulasi sejarah kemanusiaan dan Yahudisasi rambu-rambu al-quds yang berisi bercirikan Arab dan Islam.
Lantas bagaimana organisasi ini mengklaim diri sebagai organisasi toleran sementara dia membongkar kuburan dan menginjak-injak harga diri manusia yang sudah meninggal? Bagaimana dia mengklaim diri mengukuhkan hak asasi manusia dan kehormatannya sementara mereka melakukan manipulasi dan merusak sejarah dan menyimpangkan identitas agama budaya dan peninggalannya.
Merusak Sejarah Dunia dan Al-Quds
Lebih jauh dari itu, dunia media massa dan berbagai macam sarana lainnya digunakan oleh penjajah Israel dan zionisme internasional untuk merusak sejarah. Terutama oleh Simon Center yang menginvestasikan dana besar-besaran membangun dan mengendalikan museum-museum dan pusat peninggalan bersejarah di seluruh dunia serta menawarkan proyek-proyek atas nama kemajuan dan pembangunan. Mereka juga membuat mendirikan Moriah Films yang memproduksi film-film documenter, bergenre, sejarah dan kisah serta pentas seni. Mereka juga punya puluhan film yang mendapatkan nobel penghargaan internasional seperti film Canibal Holocaust 1981 dan Long Time to Home 1997. Di antara aktor-aktor terkenal adalah Orson Welles, Elizabeth Taylor, Michael Douglas dan aktor Zionis dunia lainnya.
Sarana-sarana ini digunakan oleh zionisme internasional untuk membangun kesadaran dunia baru tentang Yahudi dan sejarah mereka secara sepihak. Kedudukan dan posisi mereka berusaha diangkat, kezhaliman yang mereka alami seakan-akan benar terjadi sepanjang zaman. Kecuali mereka tidak akan pernah menyinggung tentang perusakan sejarah peradaban kemanusiaan terutama umat Islam dengan memberikan cara pandang baru terkait asal muasal konflik di Timur Tengah dan keberhakan Yahudi di Al-Quds dan lainnya di tanah Arab dan Islam.
Lebih bahaya lagi versi sejarah yang dikembangkan oleh Zionis ini dipropagandakan di channel-channel terkenal dunia seperti HBO, Show Time, Stars, Chanel 4 di Amerika, ORF di Austria, RAI di Italia, China, Jerman, Pracis, Rusia dan tentu chanel Israel sendiri.
Di Al-Quds, “propaganda pendidikan” yang kendalikan oleh Lembaga Yahudi Elad yang berbasis di pemukiman Israel, mereka inilah yang memiliki proyek “Resort Kota David” bertujuan mencuci otak wisatawan dan pengunjung Yahudi dan warga asing. Elad memiliki dana 60 juta dolar yang sebagian besarnya adalah dan bantuan. Lembaga ini terduga mendirikan perusahan fiktif dan lari dari pajak serta menerima bantuan tanpa sumber yang jelas.
Ada lagi lembaga “Obor Torah” yang merupakan perusahaan terbesar dunia yang bertujuan menjawab pertanyaan “Apa itu Yahudi?” lembaga ini mengungkap pemikiran-pemikiran mendalam yang mengubah wajah dunia, menyerukan bangsa Yahudi dan lainnya untuk menyulut kebanggaan kepada Yahudi, membangun jembatan antar Yahudi dari berbagai latar belakang dan berkontribusi dalam meringankan kebencian terhadap Yahudi di semua negara dan menghlalangi mendatangkan Yahudi ke Palestina.
Obor Torah memiliki 26 cabang, di 80 kota, 17 negara dam 5 benua dan memiliki 100 ribu anggota setiap tahun disamping setiap bulan situsnya dikunjungi satu orang. Lembaga ini berkantor dengan nama Daan dibangun di pemukiman di kampung Magharibah, di depan tembok Al-Barraq (yang diklaim sebagai tembok ratapan Yahudi).
Kekuatan Kata-kata
Itu sebagian aktivitas dan kegiatan lembaga Yahudi yang berusaha merusak sejarah dan mencuci otak ratusan juta warga dunia. Mereka fokus kepada wisatawan yang berkunjung ke Al-Quds. Yahudi ini siap menjadi guiede turis asing untuk berkunjung ke Al-Aqsha. Di sanalah mereka menebar dusta.
Adapun kita bangsa Palestina, sedikit saja kita klaim tindakan Yahudi itu sebagai rasis dan provokatif dengan memaparkan bukti sejarah sesungguhya, kita ditangkap, lembaga media dibredel jika bertentangan dengan riwayat Yahudi.
Zionis menyadari bahwa rahasia menguasai dunia adalah media massa. Mereka sudah berhasil membagun imperius media dan jaringan chanel internasional yang bisa menjangkau setiap manusia, kecuali buku sejarah.
Puluhan ribu jam rekaman, milyaran dolar dianggarkan untuk media massa bohong untuk tujuan ini. Lantas mana anggaran kita. Bukankah sudah pada saatnya, memberikan dukungan cukup kepada media untuk menyampaikan kebenaran?
أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِن دُونِهِ وَمَن يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
“Bukankah Allah cukup bagi hamba-Nya. Sementara mereka menakutimu dengan tuhan-tuhan selain-Nya. Barangsiapa yang disesatkan Allah maka tiada baginya penunjuk.” (QS: Az-Zumar [39]: 36).*
Hikmat Naaminah
Penulis adalah Direktur Qpress. Tulisan dimuat di Pusat Informasi Palestina
Zionis menyadari bahwa rahasia menguasai dunia adalah media massa. Mereka sudah berhasil membagun imperius media dan jaringan chanel internasional yang bisa menjangkau setiap manusia, kecuali buku sejarah
BULAN Mei 2015 Simon Wiesenthal Center di Amerika menuntut kepada Dewan Kerajaan Yordania dan Otoritas Palestina agar mengecam dan mendakwah secara hukum statemen dan versi sejarah yang disampaikan oleh Syeikh Al-Quds Khalid Magribi tentang versi sejarah Yahudi di Eropa dan kekuasaan mereka terhadap dunia melalui media massa, perfileman dan uang. Hal itu disampaikan oleh Syeikh Magribi dalam salah satu ceramah rutinnya di mihrab Masjid Al-Aqsha dan direkam dan kemudian disebar di situs YouTube.
Ini hanya permulaan saja. Sebulan setelah media massa Israel menggelar provokasi atas Syeikh Maghribi dengan menerjemahkan ceramahnya ke dalam Bahasa Ibrani. Setelah itu kemudian dimulailah kampanye provokatif sistematis terprogram yang dilakukan oleh pihak-pihak Israel yang melibatkan intelijen. Rumah Syeikh Al-Quds Al Maghribi digeledah dan kemudian ia ditangkap dan propertinya disita. Itu berlangsung lebih dalam lebih dari satu kasus sampai. Kemudian secara hukum Syeikh Magribi didakwah melakukan tindakan provokatif untuk melakukan kekerasan dan terorisme serta rasisme dan kemudian Israel memenjarakannya secara riil selama 11 bulan.
Syeikh Maghribi yang di rumahnya di kampung Sa’diyah digantung sebuah tulisan putih “ambil yang kau butuhkan, tinggalkan yang tidak kau butuhkan” dari rumah inilah digelar dan dilakukan berbagai macam kebaikan antara beliau dan warga Al-Quds. Syeikh Maghribi yang menghabiskan usianya di Masjid Al-Aqsha dari anak-anak hingga orangtua berlomba-lomba untuk mendengarkan ceramah dan nasehatnya akhirnya dia harus di dakwah melakukan provokasi rasis di Masjidi Al-Aqsha. Sementara mereka mendeklarasikan diri sebagai pembela HAM dan kemanusiaan tidak bergeming bahkan tidak menunjuk seorang pengacara pun untuk membela beliau atau bahkan sekedar mengecam vonis yang dijatuhkan Israel kepadanya.
Jika kita ingin tahu apa faktor hakiki dibalik penangkapan dan penahanan Syeskh Kholid Maghribi dan ribuan warga Palestina lainnya tanpa adanya alasan hukum yang benar maka kita perlu kembali kepada peristiwa di bulan Juni 2012 di Universitas Haifa. Ketika itu seorang kolumnis Israel Sami Mahayel di salah satu mimbar universitas tersebut mengakui Israel adalah negara dunia modern yang paling rasis dan berbudaya kebencian terhadap bangsa dan etnis lain. (Haaretz, 26 Juni 2012).
Siapa Simon Wiesenthal
Simon Wiesenthal yang dijuluki “Pemburu Kaum Nazi” adalah sosok yang menghabiskan waktunya untuk memburu kaum Jerman Nazi dan menyeret mereka ke pengadilan. Ia adalah insinyur dan arsitek bangunan Yahudi yang mendirikan organisasi Simon Wiesenthal Center yang memproklamirkan diri sebagai organisasi HAM untuk menghadapi anti-semit kebencian dan terorisme serta mengukuhkan hak asasi manusia dan kehormatannya. Disamping itu dia juga getol membela Israel dan membela keselamatan Yahudi di seluruh dunia serta mengajarkan pelajaran pelajaran Holocaust bagi generasi yang akan dating. Hal itu tegas bisa dibaca dalam situs internetnya yang berbahasa asing.
Dengan bahasa yang lebih tegas dan riil, saat ini Simon Wiesenthal Center memiliki 105 juta dollar untuk membangun “Museum Toleransi” di atas kuburan parah ratusan para syuhada dan wali serta orang orang sholeh di kuburan Islam Makmanullah di kota Al-Quds. Dan lembaga ini pula yang punya saham dalam mendekontruksi dan mengubah serta memanipulasi sejarah kemanusiaan dan Yahudisasi rambu-rambu al-quds yang berisi bercirikan Arab dan Islam.
Lantas bagaimana organisasi ini mengklaim diri sebagai organisasi toleran sementara dia membongkar kuburan dan menginjak-injak harga diri manusia yang sudah meninggal? Bagaimana dia mengklaim diri mengukuhkan hak asasi manusia dan kehormatannya sementara mereka melakukan manipulasi dan merusak sejarah dan menyimpangkan identitas agama budaya dan peninggalannya.
Merusak Sejarah Dunia dan Al-Quds
Lebih jauh dari itu, dunia media massa dan berbagai macam sarana lainnya digunakan oleh penjajah Israel dan zionisme internasional untuk merusak sejarah. Terutama oleh Simon Center yang menginvestasikan dana besar-besaran membangun dan mengendalikan museum-museum dan pusat peninggalan bersejarah di seluruh dunia serta menawarkan proyek-proyek atas nama kemajuan dan pembangunan. Mereka juga membuat mendirikan Moriah Films yang memproduksi film-film documenter, bergenre, sejarah dan kisah serta pentas seni. Mereka juga punya puluhan film yang mendapatkan nobel penghargaan internasional seperti film Canibal Holocaust 1981 dan Long Time to Home 1997. Di antara aktor-aktor terkenal adalah Orson Welles, Elizabeth Taylor, Michael Douglas dan aktor Zionis dunia lainnya.
Sarana-sarana ini digunakan oleh zionisme internasional untuk membangun kesadaran dunia baru tentang Yahudi dan sejarah mereka secara sepihak. Kedudukan dan posisi mereka berusaha diangkat, kezhaliman yang mereka alami seakan-akan benar terjadi sepanjang zaman. Kecuali mereka tidak akan pernah menyinggung tentang perusakan sejarah peradaban kemanusiaan terutama umat Islam dengan memberikan cara pandang baru terkait asal muasal konflik di Timur Tengah dan keberhakan Yahudi di Al-Quds dan lainnya di tanah Arab dan Islam.
Lebih bahaya lagi versi sejarah yang dikembangkan oleh Zionis ini dipropagandakan di channel-channel terkenal dunia seperti HBO, Show Time, Stars, Chanel 4 di Amerika, ORF di Austria, RAI di Italia, China, Jerman, Pracis, Rusia dan tentu chanel Israel sendiri.
Di Al-Quds, “propaganda pendidikan” yang kendalikan oleh Lembaga Yahudi Elad yang berbasis di pemukiman Israel, mereka inilah yang memiliki proyek “Resort Kota David” bertujuan mencuci otak wisatawan dan pengunjung Yahudi dan warga asing. Elad memiliki dana 60 juta dolar yang sebagian besarnya adalah dan bantuan. Lembaga ini terduga mendirikan perusahan fiktif dan lari dari pajak serta menerima bantuan tanpa sumber yang jelas.
Ada lagi lembaga “Obor Torah” yang merupakan perusahaan terbesar dunia yang bertujuan menjawab pertanyaan “Apa itu Yahudi?” lembaga ini mengungkap pemikiran-pemikiran mendalam yang mengubah wajah dunia, menyerukan bangsa Yahudi dan lainnya untuk menyulut kebanggaan kepada Yahudi, membangun jembatan antar Yahudi dari berbagai latar belakang dan berkontribusi dalam meringankan kebencian terhadap Yahudi di semua negara dan menghlalangi mendatangkan Yahudi ke Palestina.
Obor Torah memiliki 26 cabang, di 80 kota, 17 negara dam 5 benua dan memiliki 100 ribu anggota setiap tahun disamping setiap bulan situsnya dikunjungi satu orang. Lembaga ini berkantor dengan nama Daan dibangun di pemukiman di kampung Magharibah, di depan tembok Al-Barraq (yang diklaim sebagai tembok ratapan Yahudi).
Kekuatan Kata-kata
Itu sebagian aktivitas dan kegiatan lembaga Yahudi yang berusaha merusak sejarah dan mencuci otak ratusan juta warga dunia. Mereka fokus kepada wisatawan yang berkunjung ke Al-Quds. Yahudi ini siap menjadi guiede turis asing untuk berkunjung ke Al-Aqsha. Di sanalah mereka menebar dusta.
Adapun kita bangsa Palestina, sedikit saja kita klaim tindakan Yahudi itu sebagai rasis dan provokatif dengan memaparkan bukti sejarah sesungguhya, kita ditangkap, lembaga media dibredel jika bertentangan dengan riwayat Yahudi.
Zionis menyadari bahwa rahasia menguasai dunia adalah media massa. Mereka sudah berhasil membagun imperius media dan jaringan chanel internasional yang bisa menjangkau setiap manusia, kecuali buku sejarah.
Puluhan ribu jam rekaman, milyaran dolar dianggarkan untuk media massa bohong untuk tujuan ini. Lantas mana anggaran kita. Bukankah sudah pada saatnya, memberikan dukungan cukup kepada media untuk menyampaikan kebenaran?
أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِن دُونِهِ وَمَن يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
“Bukankah Allah cukup bagi hamba-Nya. Sementara mereka menakutimu dengan tuhan-tuhan selain-Nya. Barangsiapa yang disesatkan Allah maka tiada baginya penunjuk.” (QS: Az-Zumar [39]: 36).*
Hikmat Naaminah
Penulis adalah Direktur Qpress. Tulisan dimuat di Pusat Informasi Palestina
No comments:
Post a Comment