Kesaksian Eks Illuminati Pengalaman Mendekati Kematian
Near Death Programming
(**Catatan: konten artikel ini membicarakan “traumatic programming” disertai detail-detailnya, dan dapat sangat memicu bagi korban yang pernah menjalani jenis penyimpangan ini. Jika Anda pernah menjadi salah satu korban, tolong jangan membacanya tanpa didampingi orang yang terpercaya, atau disertai ahli terapi Anda).
Ini adalah bagian dari seri reguler mengenai “complex programming” yang saya tulis sebagai garis besar untuk sekuel buku pertama saya, “Breaking the Chain“. Dalam artikel ini, saya akan mendiskusikan salah satu bentuk “traumatic programming” yang mungkin pernah dialami oleh korban. Programming ini melibatkan penggunaan Near Death Experiences.
Illuminati telah mempelajari neurophysiology manusia selama bertahun-tahun, dan efek “traumatic conditioning” terhadap otak dan jiwa manusia. Dalam pencarian mereka terhadap metode-metode “ingraining programming” yang lebih baik dan dapat diandalkan, mereka telah memanfaatkan hasil riset dari berbagai sumber: badan pemerintah, rezim totalitarian, dan eksperimen mereka sendiri yang berjalan secara terus-menerus (dan rahasia).
Tapi beberapa fondasi dari tipe programming ini sudah berlangsung selama berabad-abad. Salah satu ritual tertua yang digunakan oleh Illuminati adalah upacara kebangkitan. Sesungguhnya Phoenix, simbol kematian dan kehidupan baru, merupakan simbol tertinggi mereka dan melambangkan kedatangan New Order dan pimpinannya.
Bagaimana programming kebangkitan dilakukan, dan juga variasinya? Saya akan menceritakan apa yang pernah saya alami dan/atau saksikan.
Anak kecil yang berusia sekitar 2 atau 3 tahun akan sangat trauma selama upacara mistik. Mereka akan disakiti, terpukul, terkejut, dan bahkan mati lemas, dan diberi obat-obatan yang menciptakan kondisi mendekati kematian. Pada poin ini anak-anak akan selalu merasa bahwa mereka melayang di atas tubuh mereka, sambil menyaksikan tubuh yang tak sadarkan diri yang telah disiksa untuk memasuki keadaan mendekati kematian.
Selalu terdapat personel medis yang terlibat dalam programmingtahap ini, yang terampil memonitor keadaan fisik anak-anak, untuk menyadarkan mereka. Peralatan dan obat untuk menyadarkan anak-anak sudah dipersiapkan sepanjang waktu.
Anak-anak pada tahap yang ekstrim ini akan mengalami pengerahan inti terdalam mereka, dan dikembalikan kepada kesadaran dengan rasa sakit yang ekstrim pula. Kemudian mereka akan diberi pilihan: menghadapi kematian tersebut, atau memilih kehidupan jika mereka bersedia mengajak setan yang kuat ke dalam tubuh mereka. Anak-anak memilih kehidupan. Setan memasuki mereka, anak-anak menjadi tak sadarkan diri, dan kemudian terbangun dengan pakaian yang bersih, di atas kasur yang nyaman, disertai pengobatan. Mereka sangat lemah dan terguncang, dan diberitahu oleh wanita (atau pria) yang baik, peduli, dan bersuara lembut, bahwa anak-anak tersebut telah mati tapi setan membawa mereka kembali kepada kehidupan, sehingga mereka berhutang atas kehidupan dan detak jantung mereka terhadap pihak-pihak yang menyelamatkannya. Anak-anak juga diberitahu bahwa jika mereka menyuruh entitas setan tersebut untuk pergi, mereka akan dikembalikan menuju keadaan mendekati kematian seperti saat mereka memasukinya di tahap awal.
Jenis pengalaman mendekati kematian ini digunakan untuk mengendalikan dan menakuti anak-anak yang masih sangat muda, dan memaksanya menerima spiritualitas satanik di bawah kondisi tertekan dan traumatik. Anak-anak merasa dihargai dan dipilih untuk kehidupan oleh pengalaman ini, dan itu sangat mempengaruhi keyakinan inti anak-anak mengenai realitas terdalam mereka sendiri. Ini juga merupakan salah satu manipulasi paling mengerikan yang dapat terjadi pada anak-anak, dan didesain untuk mengambil kehendak atau pilihan bebas mereka.
Bentuk lain “near death programming” akan terjadi dalam kondisi yang sering disebut mindcontrol pemerintahan tapi yang sering saya lihat adalah link menuju programming Illuminati (karena para trainer/ilmuwan mereka saling mengisi dan berbagi informasi).
Contohnya, di Tulane Medical Center, di dekatnya, dikenal sebuah tempat yang disebut sebagai “Institute“. Institute dilibatkan dalam eksperimen teknik-teknik mindcontrol yang dijalankan di bawah kondisi yang paling ekstrim, termasuk pada tahap mendekati kematian fisik. Dalam programming ini, sebuah “subjek” (saya membenci kata ini, karena digunakan oleh para trainer untuk secara emosional membuang fakta bahwa dia adalah seorang manusia, yang memiliki perasaan dan emosi) berada dalam sebuah ruangan rumah sakit, terisolasi dari manusia lain oleh dinding kosong berwarna putih keabu-abuan. “Subjek” tersebut diikat oleh 4 titik, yang juga melintasi pinggang dan leher. Kemudian dibungkus dalam sebuah sarung yang lembut dan tipis, untuk membatasi pergerakan atau perasaan lainnya, atau sensasi dalam tubuh. Biasanya “subjek” akan diberi makan melalui urat nadi, dan kemudian mengalami kehilangan panca indera dengan sangat berat, dikalahkan oleh serangan, disertai dengan suara-suara keras yang ekstrim. Ruangan yang dipergelap akan diakhiri oleh cahaya putih yang menyilaukan pada tengah malam, dan “subjek” tersebut akan kehilangan orientasi malam atau siang.
“Subjek” tersebut, ketika mendekati kerusakan, kemudian dikejutkan secara berat dan dibius. Lalu ditempatkan untuk sementara pada sebuah alat pernafasan, dan diberi obat kelumpuhan. Tingkat kegelisahan mencapai titik ekstrim saat penyimpangan ini terus berlanjut, dan saya pernah mendengar tentang orang-orang yang benar-benar mendapat serangan jantung karena mengalami ketakutan pada tahap ini. Orang-orang tersebut akan dibius dan dikejutkan kembali, dan kemudian dikatakan bahwa mereka sedang mengalami kematian. Mereka melihat jasad mereka dari atas, dan mereka sesungguhnya merasa senang bahwa pada akhirnya dapat terlepas dari hari-hari kesengsaraan tersebut di alam mereka kini.
Pada tahap ini, seorang trainer dengan suara yang baik dan menyejukkan akan masuk dan berulang-ulang mengatakan, “kau pantas untuk hidup, saya tidak akan membiarkan kau mati. Kau berhutang kehidupan kepada saya.” Pada tahap ini, pesan-pesan yang direkam juga dimainkan terus-menerus, berulang-ulang, yang melukiskan nasib masa depan “subjek” demi “keluarga”, dan lain-lain. Akhirnya, perlahan-lahan “subjek” diperbolehkan untuk bangun, keluar dari ketidaksadaran, disertai pemutaran pesan tentang “keterlahiran kembali” demi “kelompok keluarga”. Orang-orang berwajah baik akan meredakan subjek setelah sadar dari rangkaian “traumatic programming” yang mengerikan ini. Orang tersebut merasa berterima kasih karena masih tetap hidup, dan dilepaskan dari hari-hari mengerikan saat dia mendekati kematian di Institute, dan akan melekat kepada orang-orang dewasa di sekitarnya, seperti anak kecil yang belum bisa berbicara. Pada tahap ini, orang tersebut sangat rapuh, dan sangat mudah menerima pesan-pesan yang ditempatkan dalam keadaan trauma. Saya tentu saja tahu. Saya juga adalah sebuah “subjek” di Institute saat kanak-kanak pada tahun 1960-an dan awal 1970-an, dan kemudian saat dewasa dianggap sebagai seorang “konsultan”.
Ini adalah deep level programming yang dijalankan di bawah keadaan ekstrim, dan tingkat ketakutan korban saat mengingat trauma bisa sangat ekstrim. Saya harap bisa melupakannya, dan katakanlah bahwa ini tidaklah jelek, tapi kenyataannya justru sebaliknya. Saya tahu bahwa ini mungkin menegangkan keyakinan beberapa orang, tapi tipe programming ini benar-benar terjadi (sejalan dengan tipe metode-metode mindcontrol canggih lainnya). “Near death programming” memiliki banyak variasi, dan saya baru menyinggung 2 tipe (masih ada bentuk-bentuk lain juga).
Programming dijalankan ketika dalam keadaan mendekati kematian yang mencapai level inti, karena tingkat kemampuan bertahan hidup pada tahap itu akan menyentuh inti seseorang, tidak masalah seberapa hebat orang tersebut dilindungi. Orang-orang yang mengalami ini mungkin yakin bahwa jika mereka mencoba untuk mengakhiri proses tersebut, mereka akan mati. Mereka akan memasuki keadaan mendekati kematian. Jantung mereka akan berhenti. Saya pernah mengalami semua ketakutan ini, bahkan sering, saat menjalani tipe programming ini, dan hingga kini saya masih berjuang melawan rasa takut yang tertinggal. Ketika anak-anak berada di level inti, kebohongan-kebohongan yang ditawarkan kepada mereka saat mengalami keadaan hampir tak sadarkan diri ini harus sangat dipercayai, karena anak-anak yang sedang mengalaminya yakin bahwa orang-orang dewasalah yang menggenggam kekuatan kehidupan dan kematian mereka. Anak-anak sudah dirusak oleh trauma yang terencana dan mengerikan, dan akan menganggap pesan-pesan yang mereka terima -saat memasuki inti terdalam- sebagai kebenaran.
Inilah alasan mengapa pada level ini pesan dan keyakinan inti sangat sulit untuk dihapus. Ini membutuhkan dukungan baik, lingkungan aman, serta pengetahuan dan ketajaman spiritual, karena pada tahap ini benteng satanik akan terasa sangat kuat. Pertolongan dari ahli terapi yang memiliki pengetahuan tentang programming, juga pertolongan spiritual dari ahli-ahli yang memahami pelepasan, merupakan bagian penting dari proses terapi. Para korban yang mengalami level programming ini akan menjangkau level inti. Para korban yang pernah mengalaminya, sangat mempertahankan dan meyakini programming, dan hampir tidak mungkin untuk mencapai level ketersadaran, dan dibutuhkan adanya kerjasama sistem, keamanan, dan kepercayaan dari ahli-ahli yang memberi pertolongan dan terapi kepada mereka. Ini adalah level di mana keyakinan kepada Tuhan, dan kemampuan-Nya dalam menyembuhkan SEGALA HAL -termasuk trauma fisik, emosional, dan spiritual yang terberat sekalipun-, akan sangat membantu.
Terapi terhadap korban dari tipe programming ini mungkin perlu dijalankan dalam setting yang aman, atau disertai keamanan ekstrim secara eksternal, karena rasa ketakutan bisa menyebabkan kepanikan dan trauma saat terapi tersebut dimulai. Orientasi realitas mungkin sedikit hilang disebabkan rangkaian programming dari luar, dan memerlukan kekuatan seluruh sistem untuk membantu memperlambat ingatan-ingatan dan membuatnya teratur. Pengobatan juga kemungkinan akan diperlukan, untuk meredakan perasaan depresi, kehilangan, perasaan ditinggalkan/dibuang, dan pengkhianatan yang disebabkan oleh programming. Keputus-asaan akan timbul, dan pemikiran/pertimbangan mengenai apakah korban bisa mempertahankan ingatannya akan muncul. Sikap penuh harapan, dukungan, pengasuhan, dan dorongan akan sangat membantu. Ayat-ayat Injil yang mengingatkan seseorang tentang cinta Tuhan dan kemampuan-Nya untuk menyembuhkan, perhatian-Nya, serta janji pengampunan dan perlindungan-Nya, akan sangat berguna.
Menghentikan pengaruh programming tipe ini akan sangat melelahkan dan memerlukan waktu yang lama, dan makanan yang bernutrisi sangatlah penting. Ini BUKAN waktunya untuk merasa stres. Mengizinkan korban untuk melepaskan ketakutan mereka, menenangkan mereka, berdoa bersama mereka, dan merawat mereka akan menjadi tali penolong. Mendengarkan kemarahan mereka terhadap apa yang dialami dan mendiskusikan tentang, “siapa bajingan yang melakukan hal ini terhadap saya?”, akan sangat membantu penyembuhan, dan jangan mendesak mereka ke arah pengampunan yang palsu dan belum waktunya. Para korban harus menatap dan menerima trauma dan kerusakan yang mereka alami, dan kemudian menemukan harapan bahwa mereka akan bertahan mengingat trauma utama. Memperkenalkan orang-orang baik, mendapat pengalaman-pengalaman baik yang tidak membebani misalnya permainan-permainan, menggambar, atau perjalanan di alam terbuka, dapat membantu menyembuhkan mereka. Saling terbuka, misalnya menulis buku harian, dan menceritakan apa yang mereka rasakan, akan sangat penting dalam menyembuhkan korban programming.
Saya telah menggambarkan beberapa “traumatic programming” terkejam yang dapat terjadi terhadap anak-anak atau remaja dalam kelompok ini. Masih sempat bagi kita untuk mengatasinya, secara perlahan, disertai dukungan perhatian dan waktu serta doa. Harapan saya dengan mendiskusikan hal ini bukan untuk mengarang cerita yang berlumuran darah dan sangat nyata, tapi untuk membantu orang lain memahami bahwa tipe programming ini benar-benar terjadi, dan mungkin pernah dijalani oleh korban penyimpangan mistik/ritual.(TAMAT)
(**Catatan: konten artikel ini membicarakan “traumatic programming” disertai detail-detailnya, dan dapat sangat memicu bagi korban yang pernah menjalani jenis penyimpangan ini. Jika Anda pernah menjadi salah satu korban, tolong jangan membacanya tanpa didampingi orang yang terpercaya, atau disertai ahli terapi Anda).
Ini adalah bagian dari seri reguler mengenai “complex programming” yang saya tulis sebagai garis besar untuk sekuel buku pertama saya, “Breaking the Chain“. Dalam artikel ini, saya akan mendiskusikan salah satu bentuk “traumatic programming” yang mungkin pernah dialami oleh korban. Programming ini melibatkan penggunaan Near Death Experiences.
Illuminati telah mempelajari neurophysiology manusia selama bertahun-tahun, dan efek “traumatic conditioning” terhadap otak dan jiwa manusia. Dalam pencarian mereka terhadap metode-metode “ingraining programming” yang lebih baik dan dapat diandalkan, mereka telah memanfaatkan hasil riset dari berbagai sumber: badan pemerintah, rezim totalitarian, dan eksperimen mereka sendiri yang berjalan secara terus-menerus (dan rahasia).
Tapi beberapa fondasi dari tipe programming ini sudah berlangsung selama berabad-abad. Salah satu ritual tertua yang digunakan oleh Illuminati adalah upacara kebangkitan. Sesungguhnya Phoenix, simbol kematian dan kehidupan baru, merupakan simbol tertinggi mereka dan melambangkan kedatangan New Order dan pimpinannya.
Bagaimana programming kebangkitan dilakukan, dan juga variasinya? Saya akan menceritakan apa yang pernah saya alami dan/atau saksikan.
Anak kecil yang berusia sekitar 2 atau 3 tahun akan sangat trauma selama upacara mistik. Mereka akan disakiti, terpukul, terkejut, dan bahkan mati lemas, dan diberi obat-obatan yang menciptakan kondisi mendekati kematian. Pada poin ini anak-anak akan selalu merasa bahwa mereka melayang di atas tubuh mereka, sambil menyaksikan tubuh yang tak sadarkan diri yang telah disiksa untuk memasuki keadaan mendekati kematian.
Selalu terdapat personel medis yang terlibat dalam programmingtahap ini, yang terampil memonitor keadaan fisik anak-anak, untuk menyadarkan mereka. Peralatan dan obat untuk menyadarkan anak-anak sudah dipersiapkan sepanjang waktu.
Anak-anak pada tahap yang ekstrim ini akan mengalami pengerahan inti terdalam mereka, dan dikembalikan kepada kesadaran dengan rasa sakit yang ekstrim pula. Kemudian mereka akan diberi pilihan: menghadapi kematian tersebut, atau memilih kehidupan jika mereka bersedia mengajak setan yang kuat ke dalam tubuh mereka. Anak-anak memilih kehidupan. Setan memasuki mereka, anak-anak menjadi tak sadarkan diri, dan kemudian terbangun dengan pakaian yang bersih, di atas kasur yang nyaman, disertai pengobatan. Mereka sangat lemah dan terguncang, dan diberitahu oleh wanita (atau pria) yang baik, peduli, dan bersuara lembut, bahwa anak-anak tersebut telah mati tapi setan membawa mereka kembali kepada kehidupan, sehingga mereka berhutang atas kehidupan dan detak jantung mereka terhadap pihak-pihak yang menyelamatkannya. Anak-anak juga diberitahu bahwa jika mereka menyuruh entitas setan tersebut untuk pergi, mereka akan dikembalikan menuju keadaan mendekati kematian seperti saat mereka memasukinya di tahap awal.
Jenis pengalaman mendekati kematian ini digunakan untuk mengendalikan dan menakuti anak-anak yang masih sangat muda, dan memaksanya menerima spiritualitas satanik di bawah kondisi tertekan dan traumatik. Anak-anak merasa dihargai dan dipilih untuk kehidupan oleh pengalaman ini, dan itu sangat mempengaruhi keyakinan inti anak-anak mengenai realitas terdalam mereka sendiri. Ini juga merupakan salah satu manipulasi paling mengerikan yang dapat terjadi pada anak-anak, dan didesain untuk mengambil kehendak atau pilihan bebas mereka.
Bentuk lain “near death programming” akan terjadi dalam kondisi yang sering disebut mindcontrol pemerintahan tapi yang sering saya lihat adalah link menuju programming Illuminati (karena para trainer/ilmuwan mereka saling mengisi dan berbagi informasi).
Contohnya, di Tulane Medical Center, di dekatnya, dikenal sebuah tempat yang disebut sebagai “Institute“. Institute dilibatkan dalam eksperimen teknik-teknik mindcontrol yang dijalankan di bawah kondisi yang paling ekstrim, termasuk pada tahap mendekati kematian fisik. Dalam programming ini, sebuah “subjek” (saya membenci kata ini, karena digunakan oleh para trainer untuk secara emosional membuang fakta bahwa dia adalah seorang manusia, yang memiliki perasaan dan emosi) berada dalam sebuah ruangan rumah sakit, terisolasi dari manusia lain oleh dinding kosong berwarna putih keabu-abuan. “Subjek” tersebut diikat oleh 4 titik, yang juga melintasi pinggang dan leher. Kemudian dibungkus dalam sebuah sarung yang lembut dan tipis, untuk membatasi pergerakan atau perasaan lainnya, atau sensasi dalam tubuh. Biasanya “subjek” akan diberi makan melalui urat nadi, dan kemudian mengalami kehilangan panca indera dengan sangat berat, dikalahkan oleh serangan, disertai dengan suara-suara keras yang ekstrim. Ruangan yang dipergelap akan diakhiri oleh cahaya putih yang menyilaukan pada tengah malam, dan “subjek” tersebut akan kehilangan orientasi malam atau siang.
“Subjek” tersebut, ketika mendekati kerusakan, kemudian dikejutkan secara berat dan dibius. Lalu ditempatkan untuk sementara pada sebuah alat pernafasan, dan diberi obat kelumpuhan. Tingkat kegelisahan mencapai titik ekstrim saat penyimpangan ini terus berlanjut, dan saya pernah mendengar tentang orang-orang yang benar-benar mendapat serangan jantung karena mengalami ketakutan pada tahap ini. Orang-orang tersebut akan dibius dan dikejutkan kembali, dan kemudian dikatakan bahwa mereka sedang mengalami kematian. Mereka melihat jasad mereka dari atas, dan mereka sesungguhnya merasa senang bahwa pada akhirnya dapat terlepas dari hari-hari kesengsaraan tersebut di alam mereka kini.
Pada tahap ini, seorang trainer dengan suara yang baik dan menyejukkan akan masuk dan berulang-ulang mengatakan, “kau pantas untuk hidup, saya tidak akan membiarkan kau mati. Kau berhutang kehidupan kepada saya.” Pada tahap ini, pesan-pesan yang direkam juga dimainkan terus-menerus, berulang-ulang, yang melukiskan nasib masa depan “subjek” demi “keluarga”, dan lain-lain. Akhirnya, perlahan-lahan “subjek” diperbolehkan untuk bangun, keluar dari ketidaksadaran, disertai pemutaran pesan tentang “keterlahiran kembali” demi “kelompok keluarga”. Orang-orang berwajah baik akan meredakan subjek setelah sadar dari rangkaian “traumatic programming” yang mengerikan ini. Orang tersebut merasa berterima kasih karena masih tetap hidup, dan dilepaskan dari hari-hari mengerikan saat dia mendekati kematian di Institute, dan akan melekat kepada orang-orang dewasa di sekitarnya, seperti anak kecil yang belum bisa berbicara. Pada tahap ini, orang tersebut sangat rapuh, dan sangat mudah menerima pesan-pesan yang ditempatkan dalam keadaan trauma. Saya tentu saja tahu. Saya juga adalah sebuah “subjek” di Institute saat kanak-kanak pada tahun 1960-an dan awal 1970-an, dan kemudian saat dewasa dianggap sebagai seorang “konsultan”.
Ini adalah deep level programming yang dijalankan di bawah keadaan ekstrim, dan tingkat ketakutan korban saat mengingat trauma bisa sangat ekstrim. Saya harap bisa melupakannya, dan katakanlah bahwa ini tidaklah jelek, tapi kenyataannya justru sebaliknya. Saya tahu bahwa ini mungkin menegangkan keyakinan beberapa orang, tapi tipe programming ini benar-benar terjadi (sejalan dengan tipe metode-metode mindcontrol canggih lainnya). “Near death programming” memiliki banyak variasi, dan saya baru menyinggung 2 tipe (masih ada bentuk-bentuk lain juga).
Programming dijalankan ketika dalam keadaan mendekati kematian yang mencapai level inti, karena tingkat kemampuan bertahan hidup pada tahap itu akan menyentuh inti seseorang, tidak masalah seberapa hebat orang tersebut dilindungi. Orang-orang yang mengalami ini mungkin yakin bahwa jika mereka mencoba untuk mengakhiri proses tersebut, mereka akan mati. Mereka akan memasuki keadaan mendekati kematian. Jantung mereka akan berhenti. Saya pernah mengalami semua ketakutan ini, bahkan sering, saat menjalani tipe programming ini, dan hingga kini saya masih berjuang melawan rasa takut yang tertinggal. Ketika anak-anak berada di level inti, kebohongan-kebohongan yang ditawarkan kepada mereka saat mengalami keadaan hampir tak sadarkan diri ini harus sangat dipercayai, karena anak-anak yang sedang mengalaminya yakin bahwa orang-orang dewasalah yang menggenggam kekuatan kehidupan dan kematian mereka. Anak-anak sudah dirusak oleh trauma yang terencana dan mengerikan, dan akan menganggap pesan-pesan yang mereka terima -saat memasuki inti terdalam- sebagai kebenaran.
Inilah alasan mengapa pada level ini pesan dan keyakinan inti sangat sulit untuk dihapus. Ini membutuhkan dukungan baik, lingkungan aman, serta pengetahuan dan ketajaman spiritual, karena pada tahap ini benteng satanik akan terasa sangat kuat. Pertolongan dari ahli terapi yang memiliki pengetahuan tentang programming, juga pertolongan spiritual dari ahli-ahli yang memahami pelepasan, merupakan bagian penting dari proses terapi. Para korban yang mengalami level programming ini akan menjangkau level inti. Para korban yang pernah mengalaminya, sangat mempertahankan dan meyakini programming, dan hampir tidak mungkin untuk mencapai level ketersadaran, dan dibutuhkan adanya kerjasama sistem, keamanan, dan kepercayaan dari ahli-ahli yang memberi pertolongan dan terapi kepada mereka. Ini adalah level di mana keyakinan kepada Tuhan, dan kemampuan-Nya dalam menyembuhkan SEGALA HAL -termasuk trauma fisik, emosional, dan spiritual yang terberat sekalipun-, akan sangat membantu.
Terapi terhadap korban dari tipe programming ini mungkin perlu dijalankan dalam setting yang aman, atau disertai keamanan ekstrim secara eksternal, karena rasa ketakutan bisa menyebabkan kepanikan dan trauma saat terapi tersebut dimulai. Orientasi realitas mungkin sedikit hilang disebabkan rangkaian programming dari luar, dan memerlukan kekuatan seluruh sistem untuk membantu memperlambat ingatan-ingatan dan membuatnya teratur. Pengobatan juga kemungkinan akan diperlukan, untuk meredakan perasaan depresi, kehilangan, perasaan ditinggalkan/dibuang, dan pengkhianatan yang disebabkan oleh programming. Keputus-asaan akan timbul, dan pemikiran/pertimbangan mengenai apakah korban bisa mempertahankan ingatannya akan muncul. Sikap penuh harapan, dukungan, pengasuhan, dan dorongan akan sangat membantu. Ayat-ayat Injil yang mengingatkan seseorang tentang cinta Tuhan dan kemampuan-Nya untuk menyembuhkan, perhatian-Nya, serta janji pengampunan dan perlindungan-Nya, akan sangat berguna.
Menghentikan pengaruh programming tipe ini akan sangat melelahkan dan memerlukan waktu yang lama, dan makanan yang bernutrisi sangatlah penting. Ini BUKAN waktunya untuk merasa stres. Mengizinkan korban untuk melepaskan ketakutan mereka, menenangkan mereka, berdoa bersama mereka, dan merawat mereka akan menjadi tali penolong. Mendengarkan kemarahan mereka terhadap apa yang dialami dan mendiskusikan tentang, “siapa bajingan yang melakukan hal ini terhadap saya?”, akan sangat membantu penyembuhan, dan jangan mendesak mereka ke arah pengampunan yang palsu dan belum waktunya. Para korban harus menatap dan menerima trauma dan kerusakan yang mereka alami, dan kemudian menemukan harapan bahwa mereka akan bertahan mengingat trauma utama. Memperkenalkan orang-orang baik, mendapat pengalaman-pengalaman baik yang tidak membebani misalnya permainan-permainan, menggambar, atau perjalanan di alam terbuka, dapat membantu menyembuhkan mereka. Saling terbuka, misalnya menulis buku harian, dan menceritakan apa yang mereka rasakan, akan sangat penting dalam menyembuhkan korban programming.
Saya telah menggambarkan beberapa “traumatic programming” terkejam yang dapat terjadi terhadap anak-anak atau remaja dalam kelompok ini. Masih sempat bagi kita untuk mengatasinya, secara perlahan, disertai dukungan perhatian dan waktu serta doa. Harapan saya dengan mendiskusikan hal ini bukan untuk mengarang cerita yang berlumuran darah dan sangat nyata, tapi untuk membantu orang lain memahami bahwa tipe programming ini benar-benar terjadi, dan mungkin pernah dijalani oleh korban penyimpangan mistik/ritual.(TAMAT)
No comments:
Post a Comment