Pemimpin yang Dijamin Masuk Surga
MENJADI seorang pemimpin tentulah tidak mudah. Ia harus bekerja, berusaha dan memikirkan kesejahteraan, bukan hanya untuk dirinya tetapi juga orang lain. Ia harus melakukan hal yang terbaik bagi orang lain. Segala permasalahan yang membawa keburukan di lingkungan masyarakat, ia berperan penting untuk mengatasinya. Dan hal terberat ialah kepemimpinannya akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
Seperti itulah tugas seorang pemimpin. Terlihat mudah, tapi nyatanya butuh pengorbanan besar dan kesabaran yang tinggi. Dan hanya dengan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala-lah amanah itu akan terasa lebih mudah. Selain itu, dapat menjadikan dirinya, sebagai sosok pemimpin yang selalu dirindukan surga.
Tahukah Anda, bahwa ada salah seorang pemimpin yang ternyata sudah dijamin masuk surga. Siapakah dia?
Adalah Salman Al-Farisi, seorang pemimpin yang tidak ingin digaji meskipun jabatannya tinggi di Madinah. Untuk memenuhi kebutuhannya, maka ia menjual keranjang yang dianyam dari daun kurma. Dari penghasilannya, ia hanya menerima 3 dirham per harinya. Dimana satu dirham dipergunakannya sebagai modal untuk besok, satu dirham untuk keluarganya dan satu dirham ia sedekahkan. Bahkan, meski telah menjadi seorang Amir atau pemimpin, Salman tidak malu menganyam daun kurma untuk dijadikan bakul atau keranjang. Setelah siap, bakul tersebut lalu dijualnya.
Suatu ketika seorang sahabatnya menanyakan tentang kegiatannya yang sederhana itu, padahal Salman adalah seorang pemimpim yang tentunya bisa saja ia menerima upah yang tinggi dan berkecukupan. Namun, dengan santainya Salman pun berkata, “Seandainya Umar bin Khaththab pun melarangku berbuat demikian, aku tidak akan menghentikannya.”
Suatu hari saat Salman sedang berjalan di tengah keramaian, lalu ia didatangi oleh lelaki Syiria yang membawa sepikul buah tin dan kumra. Rupanya orang itu merasa lelah karena terus menerus memikul beban tersebut. Sehingga, ketika ia melihat ada orang biasa yang berasal dari golongan tidak mampu, maka orang Syiria itu bermaksud untuk menyuruhnya mengangkat buah-buahan tersebut dan kemudian diberikan imbalan atas jerih payahnya.
Maka ketika melihat Salman, orang Syiria itu memberi isyarat agar Salman mendatanginya dan memintanya untuk membawakan barang-barangnya. Tanpa banyak bicara, Salman pun langsung mengangkat barang itu, lalu mereka berjalan bersama di tengah keramaian.
Di tengah perjalanan, mereka pun berpapasan dengan sekelompok orang. Lali Salman pun memberi salam kepada mereka, Sehingga orang-orang itu berhenti dan menjawab salamnya. “Wa’alaikumsalam wahai Amir,” ucap orang-orang itu.
Sehingga orang Syiria itu menjadi heran, siapa yang dipanggil dengan Amir oleh orang-orang tersebut. Dan rasa heran itu pun semakin bertambah saat mereka berpapasan lagi dengan kelompok lainnya. Orang-orang itu pun mendekati Salman dan menawarkan bantuan kepada Salman.
“Berikan kepada kami, wahai Amir,” ucap salah seorang dari mereka. Sehingga akhirnya orang Syiria itupun mengerti bahwa ternyata orang yang disuruhnya mengangkat barang itu adalah Amir kota Madinah. Maka dengan gugupnya, orang Syiria itu meminta maaf kepada Salman. Lalu dengan sigapnya, orang Syiria itu mengambil barang yang dibawa Amir ke Madinah. Namun Salman pun menolaknya dengan halus. Ia berkata bahwa, “Tidak, biarkan aku antarkan sampai tujuannya.”
Dan itulah Salman Al-Farisi, seorang pemimpin dan sahabat Nabi yang kehidupannya sangat bersahaja. Bahkan tidak lebih dari satu dirham setiap harinya yang diperolehnya dari jerih payahnya sendiri. Padahal sebagai seorang Amir ia berhak mendapatkan penghasilan yang layak. Namun Salman menolaknya, ia lebih senang mencari nafkah sendiri dengan cara yang halal dari hasil kedua tangannya. Sehingga karena begitu jujur dan adilnya ia dalam melaksanakan amanah, maka akhirnya Salman Al-Farisi menjadi salah satu sahabat Nabi yang dijamin masuk surga.
Seperti itulah tugas seorang pemimpin. Terlihat mudah, tapi nyatanya butuh pengorbanan besar dan kesabaran yang tinggi. Dan hanya dengan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala-lah amanah itu akan terasa lebih mudah. Selain itu, dapat menjadikan dirinya, sebagai sosok pemimpin yang selalu dirindukan surga.
Tahukah Anda, bahwa ada salah seorang pemimpin yang ternyata sudah dijamin masuk surga. Siapakah dia?
Adalah Salman Al-Farisi, seorang pemimpin yang tidak ingin digaji meskipun jabatannya tinggi di Madinah. Untuk memenuhi kebutuhannya, maka ia menjual keranjang yang dianyam dari daun kurma. Dari penghasilannya, ia hanya menerima 3 dirham per harinya. Dimana satu dirham dipergunakannya sebagai modal untuk besok, satu dirham untuk keluarganya dan satu dirham ia sedekahkan. Bahkan, meski telah menjadi seorang Amir atau pemimpin, Salman tidak malu menganyam daun kurma untuk dijadikan bakul atau keranjang. Setelah siap, bakul tersebut lalu dijualnya.
Suatu ketika seorang sahabatnya menanyakan tentang kegiatannya yang sederhana itu, padahal Salman adalah seorang pemimpim yang tentunya bisa saja ia menerima upah yang tinggi dan berkecukupan. Namun, dengan santainya Salman pun berkata, “Seandainya Umar bin Khaththab pun melarangku berbuat demikian, aku tidak akan menghentikannya.”
Suatu hari saat Salman sedang berjalan di tengah keramaian, lalu ia didatangi oleh lelaki Syiria yang membawa sepikul buah tin dan kumra. Rupanya orang itu merasa lelah karena terus menerus memikul beban tersebut. Sehingga, ketika ia melihat ada orang biasa yang berasal dari golongan tidak mampu, maka orang Syiria itu bermaksud untuk menyuruhnya mengangkat buah-buahan tersebut dan kemudian diberikan imbalan atas jerih payahnya.
Maka ketika melihat Salman, orang Syiria itu memberi isyarat agar Salman mendatanginya dan memintanya untuk membawakan barang-barangnya. Tanpa banyak bicara, Salman pun langsung mengangkat barang itu, lalu mereka berjalan bersama di tengah keramaian.
Di tengah perjalanan, mereka pun berpapasan dengan sekelompok orang. Lali Salman pun memberi salam kepada mereka, Sehingga orang-orang itu berhenti dan menjawab salamnya. “Wa’alaikumsalam wahai Amir,” ucap orang-orang itu.
Sehingga orang Syiria itu menjadi heran, siapa yang dipanggil dengan Amir oleh orang-orang tersebut. Dan rasa heran itu pun semakin bertambah saat mereka berpapasan lagi dengan kelompok lainnya. Orang-orang itu pun mendekati Salman dan menawarkan bantuan kepada Salman.
“Berikan kepada kami, wahai Amir,” ucap salah seorang dari mereka. Sehingga akhirnya orang Syiria itupun mengerti bahwa ternyata orang yang disuruhnya mengangkat barang itu adalah Amir kota Madinah. Maka dengan gugupnya, orang Syiria itu meminta maaf kepada Salman. Lalu dengan sigapnya, orang Syiria itu mengambil barang yang dibawa Amir ke Madinah. Namun Salman pun menolaknya dengan halus. Ia berkata bahwa, “Tidak, biarkan aku antarkan sampai tujuannya.”
Dan itulah Salman Al-Farisi, seorang pemimpin dan sahabat Nabi yang kehidupannya sangat bersahaja. Bahkan tidak lebih dari satu dirham setiap harinya yang diperolehnya dari jerih payahnya sendiri. Padahal sebagai seorang Amir ia berhak mendapatkan penghasilan yang layak. Namun Salman menolaknya, ia lebih senang mencari nafkah sendiri dengan cara yang halal dari hasil kedua tangannya. Sehingga karena begitu jujur dan adilnya ia dalam melaksanakan amanah, maka akhirnya Salman Al-Farisi menjadi salah satu sahabat Nabi yang dijamin masuk surga.
No comments:
Post a Comment