Sejarah yang Hilang Muslim Awal Amerika
Islam dianggap seperti agama baru yang datang di benua Amerika. Hari ini, ketika orang mengatakan 'Muslim Amerika' yang tergambar dibenaknya adalah para imigran baru yang datang dari Timur Tengah dan Asia Selatan.
Namun, sebuah makalah dari Michael A Gomes pada 1994 menjelaskan, umat Islam di Amerika sebenarnya telah menjadi bagian dari negara Paman Sam itu jauh sejak zaman kolonial Inggris. Muslim pertama dibawa dari Afrika Barat ke dunia baru sebagai budak.
Gomes menulis, sejak abad ke 16, beberapa daerah yang ditargetkan oleh pedagang budak memiliki populasi Muslim yang signifikan. Dia menawarkan, bukti dari sejarah Afrika untuk menunjukkan bahwa minoritas yang signifikan dari mereka ditangkap oleh perdagangan budak transatlantik, dan mereka sebagian besar adalah Muslim.
"Muslim yang dikorbankan menjadi budak telah berkontribusi awal pada revolusi Islam di Futa Toro, di Sungai Senegal, pada 1760-an," kata Gomes dilansir ulang dari Jstor Daily.
Salah satu cara untuk melacak Islam di kalangan budak di Amerika Utara adalah melalui iklan untuk budak yang melarikan diri. Di South Carolina, Georgia, dan Louisiana, iklan tersebut secara teratur muncul termasuk dengan menyebutkan versi nama Muslim, seperti Bullaly, Mustapha, Sambo, dan Bocarrey.
Sedikit tentang kehidupan budak-budak muslim-Amerika yang tercatat. Tapi Gomez mengumpulkan, beberapa cerita dari orang terkemuka untuk menyelidiki pengaruh Islam pada abad ke 18 dan ke 19 di benua Amerika.
Misalnya, satu orang bernama Salih Bilali, yang tiba di Amerika Utara pada tahun 1800, dan akhirnya menjadi manajer perkebunan di Georgia. Ia mengenakan pakaian tradisional Fez dan kaftan, shalat lima kali sehari, dan menjalankan hari Ramadhan. Beberapa pengamat kulit putih juga menulis, para budak itu berbicara dan menulis bahasa Arab, berdoa dengan cara Islam, dan memberikan nama-nama Muslim untuk anak-anak mereka.
Sejumlah mantan budak dan anak-anak dari budak dari pesisir Georgia yang diwawancarai oleh Pekerjaan Progress Administration (WPA) di tahun 1930-an, menegaskan, bahwa keluarga mereka telah menjalankan praktik agama Islam. Mereka menggambarkan anggota keluarga dan orang terdekat menjalankan salat Jumat, menggunakan jilbab, tasbih, dan menghindari makanan yang dilarang oleh agama mereka.
Gomez menulis, bahwa praktik Islam di kalangan budak di Amerika, tampaknya telah menurun pada tahun-tahun sebelum terjadi pecahnya Perang Saudara. Pada awal abad ke-19, perdagangan budak dari Afrika membawa lebih sedikit dari daerah mayoritas Muslim di Afrika.
Sementara itu, ketidakstabilan kehidupan di bawah sistem perbudakan, telah membuatnya sulit mempertahankan tradisi dan agama mereka secara turun-temurun. Namun beberapa Muslim juga mungkin telah menyamar.
Gomez menyatakan, bahwa warisan dari para budak yang keturunan Muslim tersebut mungkin telah mempengaruhi pendiri Nation of Islam Elijah Muhammad. Dan komunitas Muslim Afro Amerika saat ini.
Amri Amrullah
Namun, sebuah makalah dari Michael A Gomes pada 1994 menjelaskan, umat Islam di Amerika sebenarnya telah menjadi bagian dari negara Paman Sam itu jauh sejak zaman kolonial Inggris. Muslim pertama dibawa dari Afrika Barat ke dunia baru sebagai budak.
Gomes menulis, sejak abad ke 16, beberapa daerah yang ditargetkan oleh pedagang budak memiliki populasi Muslim yang signifikan. Dia menawarkan, bukti dari sejarah Afrika untuk menunjukkan bahwa minoritas yang signifikan dari mereka ditangkap oleh perdagangan budak transatlantik, dan mereka sebagian besar adalah Muslim.
"Muslim yang dikorbankan menjadi budak telah berkontribusi awal pada revolusi Islam di Futa Toro, di Sungai Senegal, pada 1760-an," kata Gomes dilansir ulang dari Jstor Daily.
Salah satu cara untuk melacak Islam di kalangan budak di Amerika Utara adalah melalui iklan untuk budak yang melarikan diri. Di South Carolina, Georgia, dan Louisiana, iklan tersebut secara teratur muncul termasuk dengan menyebutkan versi nama Muslim, seperti Bullaly, Mustapha, Sambo, dan Bocarrey.
Sedikit tentang kehidupan budak-budak muslim-Amerika yang tercatat. Tapi Gomez mengumpulkan, beberapa cerita dari orang terkemuka untuk menyelidiki pengaruh Islam pada abad ke 18 dan ke 19 di benua Amerika.
Misalnya, satu orang bernama Salih Bilali, yang tiba di Amerika Utara pada tahun 1800, dan akhirnya menjadi manajer perkebunan di Georgia. Ia mengenakan pakaian tradisional Fez dan kaftan, shalat lima kali sehari, dan menjalankan hari Ramadhan. Beberapa pengamat kulit putih juga menulis, para budak itu berbicara dan menulis bahasa Arab, berdoa dengan cara Islam, dan memberikan nama-nama Muslim untuk anak-anak mereka.
Sejumlah mantan budak dan anak-anak dari budak dari pesisir Georgia yang diwawancarai oleh Pekerjaan Progress Administration (WPA) di tahun 1930-an, menegaskan, bahwa keluarga mereka telah menjalankan praktik agama Islam. Mereka menggambarkan anggota keluarga dan orang terdekat menjalankan salat Jumat, menggunakan jilbab, tasbih, dan menghindari makanan yang dilarang oleh agama mereka.
Gomez menulis, bahwa praktik Islam di kalangan budak di Amerika, tampaknya telah menurun pada tahun-tahun sebelum terjadi pecahnya Perang Saudara. Pada awal abad ke-19, perdagangan budak dari Afrika membawa lebih sedikit dari daerah mayoritas Muslim di Afrika.
Sementara itu, ketidakstabilan kehidupan di bawah sistem perbudakan, telah membuatnya sulit mempertahankan tradisi dan agama mereka secara turun-temurun. Namun beberapa Muslim juga mungkin telah menyamar.
Gomez menyatakan, bahwa warisan dari para budak yang keturunan Muslim tersebut mungkin telah mempengaruhi pendiri Nation of Islam Elijah Muhammad. Dan komunitas Muslim Afro Amerika saat ini.
Amri Amrullah
No comments:
Post a Comment