Syaikh Siti Jenar menjadi 2 (dua) ?
Syaikh Siti Jenar, adalah salah seorang tokoh misteri di Nusantara, asal usulnya, ajarannya dan kematiannya penuh kontroversi serta memunculkan banyak versi.
Sejarawan KH. Agus Sunyoto, di dalam tulisannya “Suluk Malang Sungsang: Konflik dan Penyimpangan Ajaran Syaikh Siti Jenar”, mencoba untuk memecahkan misteri ini. Melalui karyanya tersebut, Agus Sunyoto membedakan 2 (dua) orang sosok Syekh Siti Jenar.
1. Syaikh Siti Jenar I (Syaikh Datuk Abdul Jalil)
Syaikh Datuk Abdul Jalil adalah putera dari Syaikh Datuk Sholeh. Ia dilahirkan di Cirebon (Caruban), dikarenakan sejak bayi sudah menjadi yatim piatu, ia diangkat anak oleh Ki Danusela (Kuwu Caruban).
Datuk Abdul Jalil merupakan mursyid Tarekat Syatariyyah, Kubrawiyyah dan Akmaliyyah, pengikutnya membangun komunitas dalam bentuk dukuh-dukuh, dengan nama Lemah Abang, Siti Jenar, Lemah Ireng, Lemah Putih, Tanah Merah, Batu Merah, Batu Putih, Kamuning dan Kajenar.
Berdasarkan riwayat para ulama yang terpercaya, mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar (Datuk Abdul Jalil) meninggal dalam kondisi sedang bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon. Setelah sholat Tahajjud. Dan para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh
2. Syaikh Siti Jenar II (San Ali Anshar)
San Ali Anshar at-Tabrizi dilahirkan di Persia, keluarganya dikenal sebagai pendukung perjuangan kaum Safawy. Ia merupakan pengikut setia Abdul Malik al-Baghdady (mertua Syaikh Datuk Abdul Jalil).
Ketika Datuk Abdul Jalil mulai mengurangi kegiatannya, San Ali Anshar mendirikan dukuh-dukuh yang ia namai dukuh-dukuh Lemah Abang, Siti Jenar, Kajenar, dan Kamuning tidak jauh dari dukuh-dukuh yang pernah didirikan oleh Syaikh Datuk Abdul Jalil.
WaLlahu a’lamu bishshawab
Sejarawan KH. Agus Sunyoto, di dalam tulisannya “Suluk Malang Sungsang: Konflik dan Penyimpangan Ajaran Syaikh Siti Jenar”, mencoba untuk memecahkan misteri ini. Melalui karyanya tersebut, Agus Sunyoto membedakan 2 (dua) orang sosok Syekh Siti Jenar.
1. Syaikh Siti Jenar I (Syaikh Datuk Abdul Jalil)
Syaikh Datuk Abdul Jalil adalah putera dari Syaikh Datuk Sholeh. Ia dilahirkan di Cirebon (Caruban), dikarenakan sejak bayi sudah menjadi yatim piatu, ia diangkat anak oleh Ki Danusela (Kuwu Caruban).
Datuk Abdul Jalil merupakan mursyid Tarekat Syatariyyah, Kubrawiyyah dan Akmaliyyah, pengikutnya membangun komunitas dalam bentuk dukuh-dukuh, dengan nama Lemah Abang, Siti Jenar, Lemah Ireng, Lemah Putih, Tanah Merah, Batu Merah, Batu Putih, Kamuning dan Kajenar.
Ajaran yang disampaikan oleh Datuk Abdul Jalil, selain bersifat ruhani juga mengajarkan kesamaan derajat antara rakyat (kawula) dengan kaum bangsawan (gusti).Datuk Abdul Jalil tercatat memiliki 3 orang anak, dari isterinya bernama Fatimah binti Abdul Malik al-Baghdady, ia memiliki seorang puteri bernama Zainab (Ratu Arafah) yang kelak menjadi istri Sunan Kalijaga. Sementara dari istrinya bernama Shafa binti Adamji Muhammad, ia memiliki 2 orang putera yang bernama Datuk Bardud dan Datuk Fardun.
Ajaran kesetaraan kawula-gusti inilah yang membuat Syaikh Abdul Jalil bersama pengikutnya harus berhadapan dengan penguasa pada masa itu
Berdasarkan riwayat para ulama yang terpercaya, mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar (Datuk Abdul Jalil) meninggal dalam kondisi sedang bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon. Setelah sholat Tahajjud. Dan para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh
2. Syaikh Siti Jenar II (San Ali Anshar)
San Ali Anshar at-Tabrizi dilahirkan di Persia, keluarganya dikenal sebagai pendukung perjuangan kaum Safawy. Ia merupakan pengikut setia Abdul Malik al-Baghdady (mertua Syaikh Datuk Abdul Jalil).
Ketika Datuk Abdul Jalil mulai mengurangi kegiatannya, San Ali Anshar mendirikan dukuh-dukuh yang ia namai dukuh-dukuh Lemah Abang, Siti Jenar, Kajenar, dan Kamuning tidak jauh dari dukuh-dukuh yang pernah didirikan oleh Syaikh Datuk Abdul Jalil.
Karena San Ali Anshar at-Tabrizi, secara sengaja telah menggunakan nama orang lain, yaitu Syaikh Siti Jenar (Datuk Abdul Jalil), serta dinilai terdapat penyimpangan dalam ajarannya dan telah tercampur aduk dengan ilmu mistik, kanuragan dan ketabiban, maka Ali Anshar mendapat hukuman dari Raden Sahid (Sunan Kalijaga).Ali Anshar memiliki murid yang bernama Hasan Ali (Raden Anggaraksa), Sang Murid memperoleh hukuman dari Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Kisah dihukumnya Ali Anshar dan Hasan Ali inilah, yang kemudian berkembang menjadi kisah dihukumnya Syaikh Siti Jenar oleh Wali Songo.
WaLlahu a’lamu bishshawab
No comments:
Post a Comment