Diplomasi Lenyapkan Kekuasaan Salib di Syam
Diplomasi menutup kesempatan bersatunya kekuatan Kristen Eropa untuk menyerang wilayah Muslim
Pasca berakhirnya Dinasti Ayubiyah yang digantikan oleh kesultanan Mamalik, konflik antara kekuasaan Muslim dengan kekuasaan Salib di Syam terus berlangsung. Setelah Al-Quds direbut umat Islam, pemerintahan Salib yang tersisa adalah Anthakiya dan Tarabulus. Sultan Dhahir Baibars setelah berhasil mengatasi konflik internal di Mesir, segera menjalin hubungan. Ia berdiplomasi dan berkoalisi dengan pihak Eropa yang tidak sejalan dengan pemerintahan Salib. Hal itu bertujuan agar mereka tidak mengirimkan bantuan kepada para penguasa Salib juga tidak mengizinkan pasukan Salib melalui wilayah mereka. Sehingga pemerintahan Salib di Syam terkucil.
Sultan Dhahir Baibars segera mengirim utusan ke Bizantium yang saat itu dipimpin oleh Michael Palailogos untuk membangun koalisi. Dalam koalisi itu, Bizantium bersedia membela Kesultanan Mamalik jika pihak Salib melakukan serangan. Merespon sambutan baik tersebut, Sultan Dhahir Baibars mengirim sejumlah tenaga untuk berkhidmat dalam urusan istana di Bizantium. Juga mengirim seorang dokter mata Ar-Rasyid dan sejumlah uskup yang didampingi oleh Amir Farisuddin Al-Mas’udi.
Bizantium pun memperindah dan memperbarui bangunan masjid jami’ Konstantinopel. Mereka mempersilahkan para utusan Dhahir Baibars untuk mengunjunginya. Dhahir Baibars juga mengirim untuk masjid itu lampu-lampu berlapis emas, tirai dengan ukiran, permadani dan wewangian.
Selain dengan Bizantium, Dhahir Baibars berkoalisi dengan pihak Sisilia yang juga dikenal bermusuhan dengan pemerintahn Salib yang saat itu dipimpin oleh Manfred. Di Sisilia sendiri mayoritas penduduknya Muslim, karena sebelumnya dikuasai oleh Dinasti Aghalibah. Meski penguasanya memeluk ajaran Kristen, di pulau itu syiar-syiar Islam masih bertahan dan didirikan shalat Jumat. Dhahir Baibars mengirim hadiah berupa seekor jerapah dan sejumlah budak Tatar beserta kuda-kuda mereka kepada Manfred.
Karena kecondongan Manfred kepada pihak Muslim, paus mengucilkannya dari gereja. Dan paus juga ikut berperan dalam pembunuhan Manfred.
9 Ulama Sufi dan Jihad Mereka dalam Perang Salib
Hubungan Mamalik dengan Sisilia semakin erat di masa Charles Anjou. Kedua belah pihak telah sepakat melakukan kerja sama dalam bidang perdagangan.
Mamalik juga menjalin hubungan perdagangan dengan Aragon juga Alfonso, selaku pemimpin Sevilla. Dhahir Baibars mengirim utusan ke Sevilla dengan mambawa sejumlah hadiah, dan pihak Sevilla menerima dengan baik, dan menyediakan kapal khusus untuk mengantar utusan kembali ke Mesir melalui Iskandaria.
Direbutnya Anthakiya
Setelah sudah dibangun koalisi dengan sejumlah penguasa Kristen di Eropa, Dhahir Baibars mulai melakukan serangan-serangan ke wilayah Salib di Timur. Dan, kemenangan demi kemenangan pun diraih. Kemanangan paling besar diperoleh dengan dikuasainya Anthakiya.
Langkah Dhahir Baibars dilanjutkan oleh penerusnya Al-Mansur Qalawun. Ia membangun koalisi dengan Bizantium yang saat itu dipimpin oleh Michael Palaiologos. Al-Qalqasandi telah menterjemahkan naskah perjanjian ke bahasa Arab, dimana imperium Bizantium menyampaikan keinginan untuk membangun hubungan persahabatan, “Pemerintahanku tidak akan melakukan penyerangan terhadap kekuasaannya (Qalawun) juga tidak terhadap negerinya serta benteng-bentengnya dan pasukannya selamanya.” (Shubh Al-A’sha, 14/72-75).
Hubungan perdagangan dengan Bizantium juga terjalin. Antara Mamalik dan Bizantium sepakat bahwa kedua belah pihak tidak melakukan aktivitas yang membahayakan para pedagang. Bahkan Bizantium menarwarkan bantuan armada laut jika Mamalik menghadapi musuh bersama. (Shubh Al A’sha, 14/75-78).
Al-Manshur Qalawun beserta putranya Al-Shraf Khalil juga membangun hubungan koalisi dengan Alfonso III, penguasa Aragon. Dalam kesepakatan tertulis bahwa pihak Aragon dan saudara-saudaranya merupakan sahabat bagi pihak manapun yang bersahabat dengan Sultan Qalawun dan putra-putranya, juga musuh bagi siapa saja yang memusuhi Sultan Qalawun, “Termasuk seluruh penguasa Kristen atau yang lainnya.”
Kesepakatan juga berhubungan dengan perdagangan, yakni bahwa pihak Eropa mengizinkan pedagangnya juga padagang lainnya untuk membawa besi dan kayu ke wilayah Muslim. Dan sama-sama melindungi para pedagang Muslim maupun Aragon. (Tasyrif Al-Ayam wa Al-‘Ushur, hal. 157-162).
Direbutnya Tharabulus
Dengan koalisi-koalisi ini, maka para penguasa Kristen tidak memungkinkan untuk bersatu melawan wilayah-wilayah Muslim. Dan para penguasa Salib di Syam pun terkucilkan. Setelah itu, Qalawun melancarkan serangan ke kekuasan Salib di Syam. Kemenangan gemilang yang diwujudkan Qalawun adalah direbutnya Tharabulus dari pemerintahan Salib.
20 Tahun Sebelum Perang Salib Berkobar
Pada masa itu, Akka satu-satunya wilayah kekuasaan Salib yang masih bertahan di Syam. Kecerobohan telah dilakukan oleh sekelompok pasukan yang baru datang dari kota Bunduqiyah Eropa yang hendak mengobarkan peperangan dengan merampok kafilah perdagangan Muslim. Pihak Akka sendiri meminta maaf atas kejadian itu dan berjanji akan menghukum para pelakunya. Namun Qalawun tidak menerima, dan bersiap melakukan serangan terhadap Akka. Tetapi ajal terlebih dahulu menjemput Qalawun sebelum mewujudkan rencananya.
Kemudian jihad dilanjutkan oleh Sultan Al-Asyraf. Putera Qalawun ini segera melakukan pengepungan terhadap Akka selama 44 hari. Hingga akhirnya Akka bisa direbut kembali oleh umat Islam. Dan, dengan jatuhnya Akka, maka kekuasaan Salib di Syam telah berakhir.*
Pasca berakhirnya Dinasti Ayubiyah yang digantikan oleh kesultanan Mamalik, konflik antara kekuasaan Muslim dengan kekuasaan Salib di Syam terus berlangsung. Setelah Al-Quds direbut umat Islam, pemerintahan Salib yang tersisa adalah Anthakiya dan Tarabulus. Sultan Dhahir Baibars setelah berhasil mengatasi konflik internal di Mesir, segera menjalin hubungan. Ia berdiplomasi dan berkoalisi dengan pihak Eropa yang tidak sejalan dengan pemerintahan Salib. Hal itu bertujuan agar mereka tidak mengirimkan bantuan kepada para penguasa Salib juga tidak mengizinkan pasukan Salib melalui wilayah mereka. Sehingga pemerintahan Salib di Syam terkucil.
Sultan Dhahir Baibars segera mengirim utusan ke Bizantium yang saat itu dipimpin oleh Michael Palailogos untuk membangun koalisi. Dalam koalisi itu, Bizantium bersedia membela Kesultanan Mamalik jika pihak Salib melakukan serangan. Merespon sambutan baik tersebut, Sultan Dhahir Baibars mengirim sejumlah tenaga untuk berkhidmat dalam urusan istana di Bizantium. Juga mengirim seorang dokter mata Ar-Rasyid dan sejumlah uskup yang didampingi oleh Amir Farisuddin Al-Mas’udi.
Bizantium pun memperindah dan memperbarui bangunan masjid jami’ Konstantinopel. Mereka mempersilahkan para utusan Dhahir Baibars untuk mengunjunginya. Dhahir Baibars juga mengirim untuk masjid itu lampu-lampu berlapis emas, tirai dengan ukiran, permadani dan wewangian.
Selain dengan Bizantium, Dhahir Baibars berkoalisi dengan pihak Sisilia yang juga dikenal bermusuhan dengan pemerintahn Salib yang saat itu dipimpin oleh Manfred. Di Sisilia sendiri mayoritas penduduknya Muslim, karena sebelumnya dikuasai oleh Dinasti Aghalibah. Meski penguasanya memeluk ajaran Kristen, di pulau itu syiar-syiar Islam masih bertahan dan didirikan shalat Jumat. Dhahir Baibars mengirim hadiah berupa seekor jerapah dan sejumlah budak Tatar beserta kuda-kuda mereka kepada Manfred.
Karena kecondongan Manfred kepada pihak Muslim, paus mengucilkannya dari gereja. Dan paus juga ikut berperan dalam pembunuhan Manfred.
9 Ulama Sufi dan Jihad Mereka dalam Perang Salib
Hubungan Mamalik dengan Sisilia semakin erat di masa Charles Anjou. Kedua belah pihak telah sepakat melakukan kerja sama dalam bidang perdagangan.
Mamalik juga menjalin hubungan perdagangan dengan Aragon juga Alfonso, selaku pemimpin Sevilla. Dhahir Baibars mengirim utusan ke Sevilla dengan mambawa sejumlah hadiah, dan pihak Sevilla menerima dengan baik, dan menyediakan kapal khusus untuk mengantar utusan kembali ke Mesir melalui Iskandaria.
Direbutnya Anthakiya
Setelah sudah dibangun koalisi dengan sejumlah penguasa Kristen di Eropa, Dhahir Baibars mulai melakukan serangan-serangan ke wilayah Salib di Timur. Dan, kemenangan demi kemenangan pun diraih. Kemanangan paling besar diperoleh dengan dikuasainya Anthakiya.
Langkah Dhahir Baibars dilanjutkan oleh penerusnya Al-Mansur Qalawun. Ia membangun koalisi dengan Bizantium yang saat itu dipimpin oleh Michael Palaiologos. Al-Qalqasandi telah menterjemahkan naskah perjanjian ke bahasa Arab, dimana imperium Bizantium menyampaikan keinginan untuk membangun hubungan persahabatan, “Pemerintahanku tidak akan melakukan penyerangan terhadap kekuasaannya (Qalawun) juga tidak terhadap negerinya serta benteng-bentengnya dan pasukannya selamanya.” (Shubh Al-A’sha, 14/72-75).
Hubungan perdagangan dengan Bizantium juga terjalin. Antara Mamalik dan Bizantium sepakat bahwa kedua belah pihak tidak melakukan aktivitas yang membahayakan para pedagang. Bahkan Bizantium menarwarkan bantuan armada laut jika Mamalik menghadapi musuh bersama. (Shubh Al A’sha, 14/75-78).
Al-Manshur Qalawun beserta putranya Al-Shraf Khalil juga membangun hubungan koalisi dengan Alfonso III, penguasa Aragon. Dalam kesepakatan tertulis bahwa pihak Aragon dan saudara-saudaranya merupakan sahabat bagi pihak manapun yang bersahabat dengan Sultan Qalawun dan putra-putranya, juga musuh bagi siapa saja yang memusuhi Sultan Qalawun, “Termasuk seluruh penguasa Kristen atau yang lainnya.”
Kesepakatan juga berhubungan dengan perdagangan, yakni bahwa pihak Eropa mengizinkan pedagangnya juga padagang lainnya untuk membawa besi dan kayu ke wilayah Muslim. Dan sama-sama melindungi para pedagang Muslim maupun Aragon. (Tasyrif Al-Ayam wa Al-‘Ushur, hal. 157-162).
Direbutnya Tharabulus
Dengan koalisi-koalisi ini, maka para penguasa Kristen tidak memungkinkan untuk bersatu melawan wilayah-wilayah Muslim. Dan para penguasa Salib di Syam pun terkucilkan. Setelah itu, Qalawun melancarkan serangan ke kekuasan Salib di Syam. Kemenangan gemilang yang diwujudkan Qalawun adalah direbutnya Tharabulus dari pemerintahan Salib.
20 Tahun Sebelum Perang Salib Berkobar
Pada masa itu, Akka satu-satunya wilayah kekuasaan Salib yang masih bertahan di Syam. Kecerobohan telah dilakukan oleh sekelompok pasukan yang baru datang dari kota Bunduqiyah Eropa yang hendak mengobarkan peperangan dengan merampok kafilah perdagangan Muslim. Pihak Akka sendiri meminta maaf atas kejadian itu dan berjanji akan menghukum para pelakunya. Namun Qalawun tidak menerima, dan bersiap melakukan serangan terhadap Akka. Tetapi ajal terlebih dahulu menjemput Qalawun sebelum mewujudkan rencananya.
Kemudian jihad dilanjutkan oleh Sultan Al-Asyraf. Putera Qalawun ini segera melakukan pengepungan terhadap Akka selama 44 hari. Hingga akhirnya Akka bisa direbut kembali oleh umat Islam. Dan, dengan jatuhnya Akka, maka kekuasaan Salib di Syam telah berakhir.*
Label: Sejarah
No comments:
Post a Comment