Hoax di Zaman Rasulullah
Yang membedakan hoax sekarang dengan zaman Rasulullah hanya terlihat dari konten. Hoax zaman sekarang lebih “kreatif” dibandingkan dengan zaman Rasulullah
Riki Nasrullah
BARU-BARU ini kita semua diramaikan dengan maraknya pemberitaan yang dipenuhi unsur fitnah, dusta, dan tak bermanfaat sama sekali. Dengan mudahnya kita dapatkan informasi-informasi yang penuh dengan hoax. Istilah hoax artinya tipuan, menipu, berita bohong, berita palsu, atau kabar burung.
Dapat dikatakan pula bahwa hoax adalah kata yang menyimpan makna ketidakbenaran suatu informasi. Berita penuh dusta, kebohongan, dan palsu menjadi santapan rutin kita sehari-hari. Tampaknya kita akan semakian sulit untuk membedakan mana berita yang asli dan mana berita yang palsu.
Di satu sisi akan memudahkan mendapatkan informasi yang dibutuhkan, di sisi lainnya akan menikam jika kita tak berhati-hati dalam mengonsumsi informasi yang kian ramai dan tak terbendung tadi. Parahnya, informasi yang berbau dusta itu justru ada kesan sengaja diprouksi untuk menunjang kepentingan-kepentingan tertentu, oleh kelompok dan golongan tertentu.
Fenomena semacam ini sejatinya bukan hal baru secara fakta. Pada zaman Rasulullah pun yang namanya berita hoax sudah sering terjadi. Dan yang gencar memproduksi berita hoax adalah orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Orang-orang munafik ini memang dari dulu sampai sekarang menampakkan wajah yang berbahaya.
Dewasa ini semakin menjamur orang-orang munafik yang terus memproduksi dan menyebarkan berita-berita dusta untuk menikam Islam dan umatnya. Yang membedakan hoax zaman sekarang dengan zaman Rasulullah hanya terlihat dari konten yang diutarakan. Sepertinya, hoax zaman sekarang lebih “kreatif” dibandingkan dengan zaman Rasulullah dari segi kontennya.
Maka tidak heran jika di zaman sekarang yang namanya hoax semakin menjamur dengan begitu kreatifnya. Namun tetap, orang yang menyebarkan berita-berita dusta, dari dulu sampai sekarang tetaplah sama, yakni orang-orang kafir dan munafik.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam pernah mengalami fitnah berita hoax. Pada saat itu, Rasulullah menjadi buah bibir di kalangan Makkah dan Madinah akibat dakwah Islam. Beberapa pemuka dan tokoh masyarakat yang eksistensinya hingga akhirnya, mencari seribu satu cara agar eksistensinya tidak luntur di tengah masyarakat dengan berusaha menjatuhkan Rasulullah.
Begitu kejinya orang munafik, rela melakukan berbagai cara untuk menjatuhkan kemuliaan Rasulullah. Akan tetapi, karena beliau dijaga oleh Allah, bagaimanapun usaha orang-orang munafik untuk menghinakannya, tidak akan pernah berhasil sampai kapanpun.
Kisah Ummul Mukminin
Salah satu hoax/fitnah yang menimpa Rasulullah dan keluarganya bisa kita lihat dari kisah fitnah yang menimpa Ummul Mukminin Aisyah RA.
Disebutkan, dalam sebuah perjalanan pulang saat kembali dari peperangan, rombongan kaum muslimin berhenti di suatu tempat di dekat Kota Madinah. Saat itulah Siti Aisyah menyadari bahwa kalungnya telah putus dan hilang. Maka, Siti Aisyah yang biasanya ditandu, segera kembali ke tendanya untuk mencari kalung yang hilang tersebut. Sementara, orang-orang yang membawa tandu Aisyah tidak menyadari bahwa beliau tidak berada di dalamnya.
Setelah sekian lama ia mencari kalung tersebut, kalung itu tetap tak ditemukannya. Karena itulah Siti Aisyah kembali menuju tandunya. Namun, ketika sampai, ia telah ditinggalkan rombongannya. Maka, Siti Aisyah hanya bisa pasrah. Ia berharap ada rombongan kaum muslimin yang kembali. Terlalu lama menungu, akhirnya Siti Aisyah terserang kantuk hingga akhirnya tertidur.
Tanpa diduga, di saat itu muncullah salah seorang anggota rombongan yang bernama Shafwan bin Mu’athal as-Sulami adz-Dzakwani lewat.
Shafwan yang bertugas sebagai anggota pasukan paling belakang melihat ada orang yang tertinggal dan mendatanginya. Namun, setelah mengetahui yang tertinggal itu adalah Ummul Mukminin, Siti Aisyah ra, Shafwan pun berkata, “Innalillahi Wa inna Ilaihi Roji’un” dengan terkejut.
Shafwan segera memberikan tunggangan untanya kepada Siti Aisyah ra. sedangkan Shafwan sendiri berjalan kaki sambil menuntun unta yang ditunggangi oleh Siti Aisyah ra. Mereka berdua kahirnya berhasil menyusul rombongan kaum muslimin yang sedang beristirahat.
Orang-orang yang menyaksikan kedatangan Ummul Mukminin bersama Shafwan, muncullah desas-desus terhadap hubungan keduanya
Founder @dakwahislamID
No comments:
Post a Comment