Sri Maharaja Diraja, Raja Muslim Leluhur Masyarakat Minangkabau ?
Berdasarkan Tambo Alam Minangkabau, semasa pemerintahan Datuk Suri Diraja di Nagari Pariangan, datanglah Rusa Emas dari Lautan, rusa itu kemudian dapat dijerat oleh datuk.
Cerita ini sejatinya adalah kiasan dari datangnya seorang raja bermahkota dari Wangsa Syailendra, yang menyingkir ke Gunung Marapi. Di Pariangan sang bangsawan ini dikawinkan dengan adik Datuk Suri Diraja dan kemudian dirajakan dengan gelar Sri Maharaja Diraja (sumber : Asal Muasal Pagaruyung).
Sri Maharaja Diraja, cucu Maharaja Sulan Bukit Siguntang Palembang
Dalam Hikayat Palembang, selepas Kedatuan Sriwijaya tepecah akibat serangan Kerajaan Chola tahun 1025 M, muncul Kerajaan Bukit Siguntang di wilayah Palimbang. Penguasa Bukit Siguntang dikenal dengan nama Maharaja Sulan (Raja Segentar Alam).
Maharaja Sulan diperkirakan memerintah pada sekitar tahun 1070an Masehi, dikemudian hari memeluk Islam atas upaya dakwah Puyang Sungai Ogan “Wali Putih”, sang Raja kemudian juga dikenali dengan nama Iskandar Zulqarnain Syah Alam
Maharaja Sulan memiliki 2 orang anak, bernama Raja Alim dan Raja Mufti. Sepeninggal Maharaja Sulan, putera beliau Raja Alim menggantikannya. Setelah beberapa lama memerintah, Raja Alim wafat, kerabat Istana kemudian mengangkat puteranya Raja Alim II sebagai penguasa.
Pengangkatan Raja Alim II ini mendapat protes dari pamannya Raja Mufti, karena dianggap tanpa melalui kesepakatan dalam musyawarah. Dalam upaya menghindari perang saudara Raja Alim II, bersama para pendukungnya hijrah ke pedalaman.
Keberadaan Raja Alim II inilah kemudian dicatat dalam Tambo Alam Minangkabau, sebagai Bangsawan dari Wangsa Syailendra, yang kemudian menurunkan para penguasa di negeri Minang.
Sri Maharaja Diraja, Leluhur Lareh Suku Piliang
Berdasarkan Ranji Tambo Alam Minangkabau, yang dibuat oleh Drs. Mid Jamal, Sri Maharaja Diraja memerintah Kerajaan Pariangan pada masa 1119-1149. Ia tercatat memiliki 3 orang istri, yaitu : Puti Indo Jelita, Puti Cinto Dunie dan Puti Sidayu.
Dari istrinya Puti Indo Jelito, Sri Maharaja Diraja memiliki putera Sutan Paduko (Datuk Ketumanggungan), yang kelak menurunkan 8 Suku dalam Lareh Suku Piliang (sumber : Tambo Alam Minangkabau).
Berdasarkan Leiden University Library Cod.Or. 1745, hal. ii & iii, ditemukan stempel Datuk Ketumanggungan, yang menggunakan aksara arab-melayu (sumber : stempel minang). Disinyalir Datuk Ketumanggungan dan ayahnya Sri Maharaja Diraja telah beragama Islam, dan hal ini sangat wajar, mengingat kakek mereka Raja Sulan adalah seorang muslim dengan gelar “Iskandar Zulqarnain Syah Alam”.
WaLlahu a’lamu bishshawab
Sri Maharaja Diraja, cucu Maharaja Sulan Bukit Siguntang Palembang
Dalam Hikayat Palembang, selepas Kedatuan Sriwijaya tepecah akibat serangan Kerajaan Chola tahun 1025 M, muncul Kerajaan Bukit Siguntang di wilayah Palimbang. Penguasa Bukit Siguntang dikenal dengan nama Maharaja Sulan (Raja Segentar Alam).
Maharaja Sulan diperkirakan memerintah pada sekitar tahun 1070an Masehi, dikemudian hari memeluk Islam atas upaya dakwah Puyang Sungai Ogan “Wali Putih”, sang Raja kemudian juga dikenali dengan nama Iskandar Zulqarnain Syah Alam
Maharaja Sulan memiliki 2 orang anak, bernama Raja Alim dan Raja Mufti. Sepeninggal Maharaja Sulan, putera beliau Raja Alim menggantikannya. Setelah beberapa lama memerintah, Raja Alim wafat, kerabat Istana kemudian mengangkat puteranya Raja Alim II sebagai penguasa.
Pengangkatan Raja Alim II ini mendapat protes dari pamannya Raja Mufti, karena dianggap tanpa melalui kesepakatan dalam musyawarah. Dalam upaya menghindari perang saudara Raja Alim II, bersama para pendukungnya hijrah ke pedalaman.
Keberadaan Raja Alim II inilah kemudian dicatat dalam Tambo Alam Minangkabau, sebagai Bangsawan dari Wangsa Syailendra, yang kemudian menurunkan para penguasa di negeri Minang.
Sri Maharaja Diraja, Leluhur Lareh Suku Piliang
Berdasarkan Ranji Tambo Alam Minangkabau, yang dibuat oleh Drs. Mid Jamal, Sri Maharaja Diraja memerintah Kerajaan Pariangan pada masa 1119-1149. Ia tercatat memiliki 3 orang istri, yaitu : Puti Indo Jelita, Puti Cinto Dunie dan Puti Sidayu.
Dari istrinya Puti Indo Jelito, Sri Maharaja Diraja memiliki putera Sutan Paduko (Datuk Ketumanggungan), yang kelak menurunkan 8 Suku dalam Lareh Suku Piliang (sumber : Tambo Alam Minangkabau).
Berdasarkan Leiden University Library Cod.Or. 1745, hal. ii & iii, ditemukan stempel Datuk Ketumanggungan, yang menggunakan aksara arab-melayu (sumber : stempel minang). Disinyalir Datuk Ketumanggungan dan ayahnya Sri Maharaja Diraja telah beragama Islam, dan hal ini sangat wajar, mengingat kakek mereka Raja Sulan adalah seorang muslim dengan gelar “Iskandar Zulqarnain Syah Alam”.
No comments:
Post a Comment