Bulan Februari, Dikenang sebagai Bulan Pahlawan ‘Pejuang Patani’
Dinamika perjuangan Patani dimulai Sultan Abdul Kadir Kamaruddin (Sultan), hingga Tuan Guru Haji Sulong, yang akhirnya dibunuh pihak berkuasa Siam Thailand<
br />
Bagi umat Islam Indonesia, nama Patani dikenal sebagai salah satu provinsi Thailand selatan yang bergolak. Sayangnya, hanya sedikit orang yang tahu sejarah wilayah yang dihuni mayoritas Muslim ini.
Perjuangan orang Patani bermula setelah negerinya ditakluk Kerajaan Siam tahun 1785, adalah perjuangan dipimpin para elite keraton atau kesultanan dan ulama, yang bangkit melawan Kerajaan Siam dalam mempertahankan agama Islam dan kemerdekaan negerinya yang dijajah.
Patani (Pattani) merupakan bekas Negeri Melayu di Utara Semenanjung Asia Tenggara, telah berdirinya diawali Kerajaan bernama Langkasuka sejak abad pertama yang kemudian berubah kepada Kesultanan Melayu Patani.
Sebelum Kesultanan Patani dibentuk adalah masa transisi Kerajaan Langkasuka pernah di bawah naungan Kerajaan Sri Wilajaya dari Sumatera Palembang, Indonesia dan kembali semula kekuasaan kepada Kerajaan Langkasuka sekitar tahun 700-1300 Masehi.
Sejak tahun 1457-1785 masa pemerintah Kesultanan Melayu Patani mengalami kemajuan pesat dan negeri ini juga terkenal “Serambi Mekah” dan “Tanah Subur”. Selain itu, banyak telah melahirkan para-para ilmuan, ulama yang banyak berperan dalam kaca mata dunia terutama di Tanah Arab, Kepulauan Melayu dan masyarakat bangsa Patani khususnya.
Baca: Pertemuan Aktivis untuk ‘Hari Kemanusiaan Patani’
Pada tahun 1816, sebuah negeri Kesultanan Melayu Patani ditadbir wilayah-wilayah dan sebagian wilayah yang telah ditadbir Kerajaan Siam dengan mengirim raja-raja yang orang Siam/Buddha untuk memerintah rakyat Patani yang Muslim-Melayu. Pada tahun 1902 pula, Kesultanan Melayu telah dihapuskan oleh Kerajaan Siam, Raja Patani pada masa itu Sultan Abdul Kadir Kamaruddin Syah.
Selain itu, dengan termeterainya diresmikan dalam Perjanjian Anglo Siam-British di Bangkok pada tahun 1909, Patani telah diakui oleh British sebagai bagian daripada jajahan Siam meskipun tanpa kerelaan orang-orang Melayu Patani.
Kejadian setelah itu membuat mereka orang Patani mengalami kegelisahan panjang karena hidup yang sengsara, keadaan generasi mereka tidak keselamatan.
Apalagi Kerajaan yang terakhir, Sultan Abdul Kadir Kamaruddin Syah pula telah dipaksa melarikan diri karena buronan Kerajaan Siam atas tuduhan bangkit melawan kuasa otoritas, negeri ini telah kehilangan pemimpin atau seorang raja. Dan akhirnya, dikabarkan Kerajaannya pula telah meninggal pada tahun 1933 di Negeri Kelantan, Malaysia.
Tetapi juga ada kabar baiknya bagi orang Patani masa itu, setelah Rajanya Sultan Abdul Kadir Kamaruddin Syah meninggal. Namun perjuangan Patani diteruskan oleh putranya yang tinggal di Negeri Kelantan, Malaysia menyadari tentang nasib negeri Patani yang pernah diperintah Ayahandanya, beliau Tengku Mahmood Mahyideen Bin Sultan Abdul Kadir Kamruddin Syah, putra bekas Raja Melayu Patani juga seorang pegawai berpangkat Mayor dalam pasukan Force 136, dia telah mengemukakan rayuan kepada pihak berkuasa British di India supaya mengambil alih Patani dan Wilayah sekitarnya serta digabungkan dengan tanah Melayu.
Selain itu, masa penglibatan Siam dalam Perang Dunia Kedua, pihak Jepan telah memberikan harapan kepada orang-orang Patani untuk membebaskan tanah air mereka daripada penjajahan Siam. Catatan Wikipedia, Siam (Thai: สยาม) adalah negara yang paling kuat di Indocina dan negara lama Thailand terbesar termasuk negara-negara pengikutnya yaitu Kamboja, Lanna, Laos, Pegu & bagian Malaysia. Kerajaan ini dibentuk oleh Dinasti Phra Raung dan berlangsung hingga 1932.
Baca: Derita Orang Patani, Kegelisahan Tak Berkunjung Usai
Dengan harapan tersebutlah semakin tingginya apabila kuasa-kuasa berikat, dalam Deklarasi San Francisco pada bulan April 1945, menerima prinsip hak menentu nasib sendiri (Self-Determination) sebagai usaha membebaskan tanah jajahan daripada belenggu penjajahan.
Atas semangat itu, beberapa tokoh lainnya terlibat memperjuangkan untuk membebaskan tanah air Patani, seperti Tengku Abdul Jalal, Tuan Guru Haji Sulong dan pemimpin-pemimpin lainnya. Disamping itu, terjadinya revolusi Siam tahun 1932, perubahan nama Siam kepada Thailand dan cara pemerintahan yang demokrasi (monarki) di bawah kepala negara oleh seorang Raja dan pemerintahan Perdana Menteri.
Tuan Guru Haji Sulong, dalam perjuangannya sampai kemuncak telah mengadakan pertemuan dengan ahli-ahli Majlis Agama Islam, Ulama dan orang terkemuka seluruh Patani untuk merumuskan apa-apa hasrat dan cadangan dari pihak masyarakat Melayu Islam Patani kepada pihak berkuasa Siam. Haji Sulong telah membuat keputusan dan mengemukakan dalam tuntutan tersebut dan dikenal dengan “Tujuh Tuntutan Kepada Pemerintah Siam Thailand” bulan April 1947.
Dengan mengadakan tuntutan tersebut kepada pihak berkuasa Siam Thailand masyarakat Patani ingin memerintah wilayahnya sendiri atau daerah otonomi khusus. Tetapi semuanya malah ditolok oleh pemerintah Siam Thailand.
Baca: Tuan Guru Haji Syafi Meninggal
Beberapa tahun sebelumnya peran Tuan Guru Haji Sulong dalam masyarakat Patani dianggap sebagai penumbuh semangat generasi muda Patani pengaruhnya hingga masa ini. Tetapi tidak lama akhirnya, Tuan Guru Haji Sulong telah dihilangkan oleh berkuasa Siam di Songkhla pada 13 Agustus 1954. Sampai sekarang keluarga, kerabat dan masyarakat Patani tidak bertemu bahkan mayat beliau.
Sehingga sekarang ini konflik terjadi antara pemerintah dan rakyat Patani kembali meningkat, pemerintah dengan rakyat memangnya. Krisis dialami orang Patani adalah krisis kemanusiaan yang melanggar hak-hak, penindasan, ketidakadilan, kebebasan.
Pada tahun 2004, kembalinya aktif pergerakan rakyat Patani adalah percetusan era baru perjuangan revolusi rakyat Patani. Perjuangan Patani sekarang ini merupakan perjuangan rakyat yang melawan penindasan dan diskrimanisasi dilanggar hak asasi mereka dan perjuangan menuntut hak pertuanan bangsanya.
Sekitar sejak tahun 1960-an, dengan lahirnya pergerakan-pergerakan baru, dan merupakan perlawanan para generasi baru yang ingin kembalinya kemerdekaan tanah air daripada belenggu penjajahan Siam Thailand.
Dinamika perjuangan Patani hingga saat ini, dimula Sultan Abdul Kadir Kamaruddin (Sultan), Tengku Mahmood Mahyiddeen, Haji Sulong dan para pejuang lainnya. Tuan Guru Haji Sulong sendiri juga akhirnya dibunuh pihak berkuasa Siam Thailand.
Kondisi masyarakat Patani sekarang ini, mereka di tengah gejala masyarakat yang sedang menderita dan tekanan keras pemerintah berkuasa otoriter. Hal ini, telah membuat mereka tidak mendapat perlindungan hak individu maupun masyarakat.
Sekiranya perjuangan mereka sampai generasi mana pun kemerdekaan adalah cita-citanya. Jika ini, tidak bisa ditolak belakangnya, dan salah satu diantara kenikmatan dalam hidup berbangsa adalah nikmat kemerdekaan.
Maka itu, bertepatan pada 13 Februari 2017 ini, merupakan setiap tahun dan seterusnya adalah Hari Pahlawan Patani, sama-sama untuk memperingati “Hari Pahlawan Nasional Patani”, sebagai mengenangkan jiwa semangat dan generasi kita ini untuk terus perjuangan penuh diingat jasa-jasa para pahlawan yang telah mengorbankan nyawa untuk bangsanya.
Hari Pahlawan ini diperingati, dengan peristiwa yang sangat perwira telah terjadinya pada tanggal 13 Februari 2013, dimana kumpulan bersenjata militan 16 syahid pejuang pembebasan Patani (Mad Rasul Bin Ibrahim atau Maroso Chantrawathee) bersama sahabat lainnya dalam operasi mengepung markas tentara laut di daerah Bachok, Narathiwat. Dan selain peristiwa itu, juga mengenangkan para pejuang pembebasan Patani lain sebelumnya merupakan pahlawan Patani yang telah berjuang untuk cita-cita membebaskan bangsa ini daripada belenggu penjajahan.
Generasi Patani
Belum lama ini Tuan Guru Haji Syafi-i Bin Haji Abdulrahman Basa, begitu beliau dipanggi, adalah seorang yang banyak berjasa kepada masyarakat Melayu Patani yang juga patut diteladani oleh generasi Patani saat ini.
Dengan lain halnya, dalam pandangan pihak berkuasa Thailand memandang kepada orang Patani umumnya. Bahwa orang Patani dituduh kaum separatisme/pemberontak. Namun sebaliknya bagi masyarakat Patani tetap dikenangkan sebagai para pahlawan yang telah berjasa kepada masyarakat, bangsa adalah pahlawan bagi orang Patani hari ini dan selamanya.
Dan percayalah masih lagi, generasi-generasi yang saat ini sedang telah berusaha mengorbankan nyawa, jiwa, raga dan pikirannya untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara Patani masa depannya.*/Abu M Fathon, mahasiswa kelahiran Patani
Bagi umat Islam Indonesia, nama Patani dikenal sebagai salah satu provinsi Thailand selatan yang bergolak. Sayangnya, hanya sedikit orang yang tahu sejarah wilayah yang dihuni mayoritas Muslim ini.
Perjuangan orang Patani bermula setelah negerinya ditakluk Kerajaan Siam tahun 1785, adalah perjuangan dipimpin para elite keraton atau kesultanan dan ulama, yang bangkit melawan Kerajaan Siam dalam mempertahankan agama Islam dan kemerdekaan negerinya yang dijajah.
Patani (Pattani) merupakan bekas Negeri Melayu di Utara Semenanjung Asia Tenggara, telah berdirinya diawali Kerajaan bernama Langkasuka sejak abad pertama yang kemudian berubah kepada Kesultanan Melayu Patani.
Sebelum Kesultanan Patani dibentuk adalah masa transisi Kerajaan Langkasuka pernah di bawah naungan Kerajaan Sri Wilajaya dari Sumatera Palembang, Indonesia dan kembali semula kekuasaan kepada Kerajaan Langkasuka sekitar tahun 700-1300 Masehi.
Sejak tahun 1457-1785 masa pemerintah Kesultanan Melayu Patani mengalami kemajuan pesat dan negeri ini juga terkenal “Serambi Mekah” dan “Tanah Subur”. Selain itu, banyak telah melahirkan para-para ilmuan, ulama yang banyak berperan dalam kaca mata dunia terutama di Tanah Arab, Kepulauan Melayu dan masyarakat bangsa Patani khususnya.
Baca: Pertemuan Aktivis untuk ‘Hari Kemanusiaan Patani’
Pada tahun 1816, sebuah negeri Kesultanan Melayu Patani ditadbir wilayah-wilayah dan sebagian wilayah yang telah ditadbir Kerajaan Siam dengan mengirim raja-raja yang orang Siam/Buddha untuk memerintah rakyat Patani yang Muslim-Melayu. Pada tahun 1902 pula, Kesultanan Melayu telah dihapuskan oleh Kerajaan Siam, Raja Patani pada masa itu Sultan Abdul Kadir Kamaruddin Syah.
Selain itu, dengan termeterainya diresmikan dalam Perjanjian Anglo Siam-British di Bangkok pada tahun 1909, Patani telah diakui oleh British sebagai bagian daripada jajahan Siam meskipun tanpa kerelaan orang-orang Melayu Patani.
Kejadian setelah itu membuat mereka orang Patani mengalami kegelisahan panjang karena hidup yang sengsara, keadaan generasi mereka tidak keselamatan.
Apalagi Kerajaan yang terakhir, Sultan Abdul Kadir Kamaruddin Syah pula telah dipaksa melarikan diri karena buronan Kerajaan Siam atas tuduhan bangkit melawan kuasa otoritas, negeri ini telah kehilangan pemimpin atau seorang raja. Dan akhirnya, dikabarkan Kerajaannya pula telah meninggal pada tahun 1933 di Negeri Kelantan, Malaysia.
Tetapi juga ada kabar baiknya bagi orang Patani masa itu, setelah Rajanya Sultan Abdul Kadir Kamaruddin Syah meninggal. Namun perjuangan Patani diteruskan oleh putranya yang tinggal di Negeri Kelantan, Malaysia menyadari tentang nasib negeri Patani yang pernah diperintah Ayahandanya, beliau Tengku Mahmood Mahyideen Bin Sultan Abdul Kadir Kamruddin Syah, putra bekas Raja Melayu Patani juga seorang pegawai berpangkat Mayor dalam pasukan Force 136, dia telah mengemukakan rayuan kepada pihak berkuasa British di India supaya mengambil alih Patani dan Wilayah sekitarnya serta digabungkan dengan tanah Melayu.
Selain itu, masa penglibatan Siam dalam Perang Dunia Kedua, pihak Jepan telah memberikan harapan kepada orang-orang Patani untuk membebaskan tanah air mereka daripada penjajahan Siam. Catatan Wikipedia, Siam (Thai: สยาม) adalah negara yang paling kuat di Indocina dan negara lama Thailand terbesar termasuk negara-negara pengikutnya yaitu Kamboja, Lanna, Laos, Pegu & bagian Malaysia. Kerajaan ini dibentuk oleh Dinasti Phra Raung dan berlangsung hingga 1932.
Baca: Derita Orang Patani, Kegelisahan Tak Berkunjung Usai
Dengan harapan tersebutlah semakin tingginya apabila kuasa-kuasa berikat, dalam Deklarasi San Francisco pada bulan April 1945, menerima prinsip hak menentu nasib sendiri (Self-Determination) sebagai usaha membebaskan tanah jajahan daripada belenggu penjajahan.
Atas semangat itu, beberapa tokoh lainnya terlibat memperjuangkan untuk membebaskan tanah air Patani, seperti Tengku Abdul Jalal, Tuan Guru Haji Sulong dan pemimpin-pemimpin lainnya. Disamping itu, terjadinya revolusi Siam tahun 1932, perubahan nama Siam kepada Thailand dan cara pemerintahan yang demokrasi (monarki) di bawah kepala negara oleh seorang Raja dan pemerintahan Perdana Menteri.
Tuan Guru Haji Sulong, dalam perjuangannya sampai kemuncak telah mengadakan pertemuan dengan ahli-ahli Majlis Agama Islam, Ulama dan orang terkemuka seluruh Patani untuk merumuskan apa-apa hasrat dan cadangan dari pihak masyarakat Melayu Islam Patani kepada pihak berkuasa Siam. Haji Sulong telah membuat keputusan dan mengemukakan dalam tuntutan tersebut dan dikenal dengan “Tujuh Tuntutan Kepada Pemerintah Siam Thailand” bulan April 1947.
Dengan mengadakan tuntutan tersebut kepada pihak berkuasa Siam Thailand masyarakat Patani ingin memerintah wilayahnya sendiri atau daerah otonomi khusus. Tetapi semuanya malah ditolok oleh pemerintah Siam Thailand.
Baca: Tuan Guru Haji Syafi Meninggal
Beberapa tahun sebelumnya peran Tuan Guru Haji Sulong dalam masyarakat Patani dianggap sebagai penumbuh semangat generasi muda Patani pengaruhnya hingga masa ini. Tetapi tidak lama akhirnya, Tuan Guru Haji Sulong telah dihilangkan oleh berkuasa Siam di Songkhla pada 13 Agustus 1954. Sampai sekarang keluarga, kerabat dan masyarakat Patani tidak bertemu bahkan mayat beliau.
Sehingga sekarang ini konflik terjadi antara pemerintah dan rakyat Patani kembali meningkat, pemerintah dengan rakyat memangnya. Krisis dialami orang Patani adalah krisis kemanusiaan yang melanggar hak-hak, penindasan, ketidakadilan, kebebasan.
Pada tahun 2004, kembalinya aktif pergerakan rakyat Patani adalah percetusan era baru perjuangan revolusi rakyat Patani. Perjuangan Patani sekarang ini merupakan perjuangan rakyat yang melawan penindasan dan diskrimanisasi dilanggar hak asasi mereka dan perjuangan menuntut hak pertuanan bangsanya.
Sekitar sejak tahun 1960-an, dengan lahirnya pergerakan-pergerakan baru, dan merupakan perlawanan para generasi baru yang ingin kembalinya kemerdekaan tanah air daripada belenggu penjajahan Siam Thailand.
Dinamika perjuangan Patani hingga saat ini, dimula Sultan Abdul Kadir Kamaruddin (Sultan), Tengku Mahmood Mahyiddeen, Haji Sulong dan para pejuang lainnya. Tuan Guru Haji Sulong sendiri juga akhirnya dibunuh pihak berkuasa Siam Thailand.
Kondisi masyarakat Patani sekarang ini, mereka di tengah gejala masyarakat yang sedang menderita dan tekanan keras pemerintah berkuasa otoriter. Hal ini, telah membuat mereka tidak mendapat perlindungan hak individu maupun masyarakat.
Sekiranya perjuangan mereka sampai generasi mana pun kemerdekaan adalah cita-citanya. Jika ini, tidak bisa ditolak belakangnya, dan salah satu diantara kenikmatan dalam hidup berbangsa adalah nikmat kemerdekaan.
Maka itu, bertepatan pada 13 Februari 2017 ini, merupakan setiap tahun dan seterusnya adalah Hari Pahlawan Patani, sama-sama untuk memperingati “Hari Pahlawan Nasional Patani”, sebagai mengenangkan jiwa semangat dan generasi kita ini untuk terus perjuangan penuh diingat jasa-jasa para pahlawan yang telah mengorbankan nyawa untuk bangsanya.
Hari Pahlawan ini diperingati, dengan peristiwa yang sangat perwira telah terjadinya pada tanggal 13 Februari 2013, dimana kumpulan bersenjata militan 16 syahid pejuang pembebasan Patani (Mad Rasul Bin Ibrahim atau Maroso Chantrawathee) bersama sahabat lainnya dalam operasi mengepung markas tentara laut di daerah Bachok, Narathiwat. Dan selain peristiwa itu, juga mengenangkan para pejuang pembebasan Patani lain sebelumnya merupakan pahlawan Patani yang telah berjuang untuk cita-cita membebaskan bangsa ini daripada belenggu penjajahan.
Generasi Patani
Belum lama ini Tuan Guru Haji Syafi-i Bin Haji Abdulrahman Basa, begitu beliau dipanggi, adalah seorang yang banyak berjasa kepada masyarakat Melayu Patani yang juga patut diteladani oleh generasi Patani saat ini.
Dengan lain halnya, dalam pandangan pihak berkuasa Thailand memandang kepada orang Patani umumnya. Bahwa orang Patani dituduh kaum separatisme/pemberontak. Namun sebaliknya bagi masyarakat Patani tetap dikenangkan sebagai para pahlawan yang telah berjasa kepada masyarakat, bangsa adalah pahlawan bagi orang Patani hari ini dan selamanya.
Dan percayalah masih lagi, generasi-generasi yang saat ini sedang telah berusaha mengorbankan nyawa, jiwa, raga dan pikirannya untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara Patani masa depannya.*/Abu M Fathon, mahasiswa kelahiran Patani
Label: Sejarah
No comments:
Post a Comment