The Preparedness Check
Negeri yang aman dari dajjal adalah Makkah dan Madinah, negeri yang menjadi tempat pasukan-pasukan Allah terbaik adalah Negeri Syam, bukan tempat kita
Sejak peristiwa The Great Depression tahun 1930 di berbagai belahan dunia muncul sekelompok kecil manusia yang menyebut dirinya the preppers, preppy, the survivalist dlsb. Intinya adalah sekelompok manusia yang menyiapkan diri bila sesuatu yang terburuk terjadi di dunia karena satu dan lain sebab. Karena tanpa petunjuk yang jelas untuk mengantisipasi sesuatu yang belum pernah terjadi, maka cara yang mereka lakukan juga aneh-aneh sehingga malah sering menjadi ejekan. Ironinya adalah umat Islam sebenarnya diberi petunjuk yang sangat jelas untuk mengantisipasi berbagai kejadian yang menuju pada peristiwa akhir jaman ini, tetapi sangat sedikit dari kita yang siap – mari kita lihat buktinya bersama!
Yang menjadi trigger peristiwa yang luar biasa yang belum pernah terjadi sebelumnya itu bisa berbagai macam, dan dari waktu ke waktu muncul kembali semangat untuk menjadi the preppers ini karena adanya sesuat yang diduga akan mentrigger peristiwa akhir jaman ini.
Misalnya kalau tahun 1930-an munculnya the preppers dipicu oleh the Great Depression – krisis ekonomi yang meluluh lantakkan ekonomi dunia saat itu, sehingga masyarakat saat itu harus berjuang dengan sangat keras untuk sekedar bisa bertahan hidup.
Tahun 1940-an di era Perang Dunia ke II, yang mentrigger adalah perang dasyat itu sendiri ditambah dengan mulai digunakannya senjata pemusnah massal yaitu bom atom. Daerah-daerah yang terkena dampak dari bom atom ini perlu puluhan tahun untuk bisa merecover kehidupan normalnya, bisa dibayangkan bila bom atom atau yang sekarang disebut bom nuklir tersebut diledakkan dalam skala yang luas.
Pada decade 2000-an yang mentrigger bangkitnya the preppers adalah peristiwa WTC 9/11 ketika dunia terhentak dengan serangan yang tidak terbayangkan sebelumnya di pusat ekonomi dunia. Bahkan juga peristiwa tsunami di Aceh tahun 2004, mengilhami kaum the preppers untuk menyiapkan diri.
Lagi-lagi karena mereka tdak memiliki petunjuk, persiapan mereka juga ngawur dan menjadi olok-olok manusia lain. Misalnya ketika sekelompok the preppers ini mulai membeli apa saja yang ada di super market, bahkan ada produk khusus yang dibuat untuk itu – seperti sarden yang konon bertahan sampai 16 tahun – apa yang terjadi ketika waktu berlalu dan dunia tetap berjalan normal ? Maka mereka mulai menjuali atau melelang barang-barang yang mereka kumpulkan.
Persiapan yang dilakukan secara massif , sangat professional oleh para konglomerat dunia juga ada. Sebut saja gudang benih di bagian Norwegia yang mendekati kutub utara misalnya. Di tempat yang disebut Svalbard Global Seed Fault dan didukung oleh yayasannya Bill Gates ini hingga kini terkumpul kurang lebih 4,000 species tanaman yang konon disimpan di tempat yang akan lolos dari perang nuklir sekalipun.
Lagi-lagi karena juga dilakukan tanpa petunjuk, upaya yang luar biasa itu-pun belum tentu efektif – karena banyak faktor lain yang mungkin tidak terperhitungkan, karena umat manusia belum pernah mengalaminya.
Sekarang bagaimana umat Islam menyikapi hal ini? Sudah sejak lebih dari 1400 tahun lalu kita diingatkan akan datangnya peristiwa akhir jaman ini. Pastinya terus mendekat, bukannya menjauh. Petunjuk ke kita juga amat sangat lengkap, yaitu Al-Qur’an itu sendiri dan sejumlah hadits-hadits yang mengabarkan urutan detil tentang peristiwa yang menuju akhir jaman.
Di Al-Qur’an sendiri selain ada surat yang diberi nama khusus Al-Qiyamah, juga ada sejumlah surat yang diawali dengan mengingatkan peristiwa akhir jaman ini. Misalnya ada di surat An Nahl ayat 1, surat Al-Anbiya ayat 1, dan surat Al-Qamar juga di ayat 1.
Lantas dengan sejumlah petunjuk tersebut, bagaimana umat ini seharusnya menyiapkan diri untuk menghadapi peristiwa dahsyat yang menjadi rentetean peristiwa akhir jaman itu? Yang jelas tentu berbeda dengan kaum the preppers dan Bill Gates sekalipun yang cenderung mengumpulkan bekal fisik untuk menghadapi akhir jaman.
Bekal kita yang utama adalah iman kita, sehingga iman kepada hari akhir itu sering kali disebut yang kedua setelah iman kepada Allah. Setelah iman tentu kita juga perlu beramal shaleh mengamalkan petunjuk itu untuk perbagai peristiwa yang akan kita hadapi.
Untuk persiapan ini saya bagi dua periode saja untuk memudahkan – dan ini juga berdasarkan petunjuk Al-Qur’an. Periode pertama adalah ketika dunia masih relative normal, teknologi maju mendominasi peradaban demikian pula dengan perdagangan. Era ini sebut saja era ketika perdagangan dan persahabatan masih berlaku.
Mengapa kita sebut demikian, karena ternyata akan ada jaman ketika tidak lagi berlaku perdagangan dan persahabatan. Jaman ini disebutkan misalnya di Surat Ibrahim ayat 31 “…sebelum datang hari, ketika tidak ada lagi jual-beli dan persahabatan”.
Kita saat ini hidup di jaman dimana perdagangan atau jual beli dan persahabatan masih berlaku, maka kita harus sangat menguasai jual-beli ini dan membangun sebanyak mungkin persahabatan – mengapa ini perlu kita lakukan sebelum peristiwa dimana jual-beli dan persahabatan tidak lagi berlaku?
Saat ini umat Islam hidup berserakan di sejumlah negeri yang jauh dari aman untuk menghadapi berbagai peristiwa akhir jaman seperti munculnya Dajjal , munculnya Imam Mahdi, turunnya Isa ‘Alaihi Salam dlsb. Bahkan juga berjuta umat ini hidup di negeri-negeri yang sangat membenci umat ini.
Apa yang membuat mereka bertahan di negeri-negeri tersebut? Karena pekerjaannya, karena keluarganya dlsb. Mereka juga ingin berhijrah ke negeri-negeri yang lebih kondusif untuk umat Islam, tetapi tidak tahu bagaimana caranya – tidak tahu bagaimana hidup di negeri yang baru dlsb.
Maka itulah contoh yang sangat konkrit dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama para sahabatnya, bekal berhijrah itu selain iman adalah keahlian berjual beli dan persahabatan. Kalau kita pandai berjual beli, dan banyak sahabat di negeri tujuan hijrah kita – kita akan siap berhijrah kapan saja.
Setelah tidak lagi berlaku jual beli dan persahabatan, diharapkan kita sudah berada di tempat yang paling baik untuk menghadapi peristiwa akhir jaman ini – yang jelas center of gravity peristwa tersebut nampaknya bukan di negeri tempat kita tinggal saat ini. Negeri yang aman dari Dajjal adalah Makkah dan Madinah, negeri yang menjadi tempat pasukan-pasukan Allah terbaik adalah Negeri Syam.* (BERSAMBUNG)
Penulis adalah Direktur Gerai Dinar
Sejak peristiwa The Great Depression tahun 1930 di berbagai belahan dunia muncul sekelompok kecil manusia yang menyebut dirinya the preppers, preppy, the survivalist dlsb. Intinya adalah sekelompok manusia yang menyiapkan diri bila sesuatu yang terburuk terjadi di dunia karena satu dan lain sebab. Karena tanpa petunjuk yang jelas untuk mengantisipasi sesuatu yang belum pernah terjadi, maka cara yang mereka lakukan juga aneh-aneh sehingga malah sering menjadi ejekan. Ironinya adalah umat Islam sebenarnya diberi petunjuk yang sangat jelas untuk mengantisipasi berbagai kejadian yang menuju pada peristiwa akhir jaman ini, tetapi sangat sedikit dari kita yang siap – mari kita lihat buktinya bersama!
Yang menjadi trigger peristiwa yang luar biasa yang belum pernah terjadi sebelumnya itu bisa berbagai macam, dan dari waktu ke waktu muncul kembali semangat untuk menjadi the preppers ini karena adanya sesuat yang diduga akan mentrigger peristiwa akhir jaman ini.
Misalnya kalau tahun 1930-an munculnya the preppers dipicu oleh the Great Depression – krisis ekonomi yang meluluh lantakkan ekonomi dunia saat itu, sehingga masyarakat saat itu harus berjuang dengan sangat keras untuk sekedar bisa bertahan hidup.
Tahun 1940-an di era Perang Dunia ke II, yang mentrigger adalah perang dasyat itu sendiri ditambah dengan mulai digunakannya senjata pemusnah massal yaitu bom atom. Daerah-daerah yang terkena dampak dari bom atom ini perlu puluhan tahun untuk bisa merecover kehidupan normalnya, bisa dibayangkan bila bom atom atau yang sekarang disebut bom nuklir tersebut diledakkan dalam skala yang luas.
Pada decade 2000-an yang mentrigger bangkitnya the preppers adalah peristiwa WTC 9/11 ketika dunia terhentak dengan serangan yang tidak terbayangkan sebelumnya di pusat ekonomi dunia. Bahkan juga peristiwa tsunami di Aceh tahun 2004, mengilhami kaum the preppers untuk menyiapkan diri.
Lagi-lagi karena mereka tdak memiliki petunjuk, persiapan mereka juga ngawur dan menjadi olok-olok manusia lain. Misalnya ketika sekelompok the preppers ini mulai membeli apa saja yang ada di super market, bahkan ada produk khusus yang dibuat untuk itu – seperti sarden yang konon bertahan sampai 16 tahun – apa yang terjadi ketika waktu berlalu dan dunia tetap berjalan normal ? Maka mereka mulai menjuali atau melelang barang-barang yang mereka kumpulkan.
Persiapan yang dilakukan secara massif , sangat professional oleh para konglomerat dunia juga ada. Sebut saja gudang benih di bagian Norwegia yang mendekati kutub utara misalnya. Di tempat yang disebut Svalbard Global Seed Fault dan didukung oleh yayasannya Bill Gates ini hingga kini terkumpul kurang lebih 4,000 species tanaman yang konon disimpan di tempat yang akan lolos dari perang nuklir sekalipun.
Lagi-lagi karena juga dilakukan tanpa petunjuk, upaya yang luar biasa itu-pun belum tentu efektif – karena banyak faktor lain yang mungkin tidak terperhitungkan, karena umat manusia belum pernah mengalaminya.
Sekarang bagaimana umat Islam menyikapi hal ini? Sudah sejak lebih dari 1400 tahun lalu kita diingatkan akan datangnya peristiwa akhir jaman ini. Pastinya terus mendekat, bukannya menjauh. Petunjuk ke kita juga amat sangat lengkap, yaitu Al-Qur’an itu sendiri dan sejumlah hadits-hadits yang mengabarkan urutan detil tentang peristiwa yang menuju akhir jaman.
Di Al-Qur’an sendiri selain ada surat yang diberi nama khusus Al-Qiyamah, juga ada sejumlah surat yang diawali dengan mengingatkan peristiwa akhir jaman ini. Misalnya ada di surat An Nahl ayat 1, surat Al-Anbiya ayat 1, dan surat Al-Qamar juga di ayat 1.
Lantas dengan sejumlah petunjuk tersebut, bagaimana umat ini seharusnya menyiapkan diri untuk menghadapi peristiwa dahsyat yang menjadi rentetean peristiwa akhir jaman itu? Yang jelas tentu berbeda dengan kaum the preppers dan Bill Gates sekalipun yang cenderung mengumpulkan bekal fisik untuk menghadapi akhir jaman.
Bekal kita yang utama adalah iman kita, sehingga iman kepada hari akhir itu sering kali disebut yang kedua setelah iman kepada Allah. Setelah iman tentu kita juga perlu beramal shaleh mengamalkan petunjuk itu untuk perbagai peristiwa yang akan kita hadapi.
Untuk persiapan ini saya bagi dua periode saja untuk memudahkan – dan ini juga berdasarkan petunjuk Al-Qur’an. Periode pertama adalah ketika dunia masih relative normal, teknologi maju mendominasi peradaban demikian pula dengan perdagangan. Era ini sebut saja era ketika perdagangan dan persahabatan masih berlaku.
Mengapa kita sebut demikian, karena ternyata akan ada jaman ketika tidak lagi berlaku perdagangan dan persahabatan. Jaman ini disebutkan misalnya di Surat Ibrahim ayat 31 “…sebelum datang hari, ketika tidak ada lagi jual-beli dan persahabatan”.
Kita saat ini hidup di jaman dimana perdagangan atau jual beli dan persahabatan masih berlaku, maka kita harus sangat menguasai jual-beli ini dan membangun sebanyak mungkin persahabatan – mengapa ini perlu kita lakukan sebelum peristiwa dimana jual-beli dan persahabatan tidak lagi berlaku?
Saat ini umat Islam hidup berserakan di sejumlah negeri yang jauh dari aman untuk menghadapi berbagai peristiwa akhir jaman seperti munculnya Dajjal , munculnya Imam Mahdi, turunnya Isa ‘Alaihi Salam dlsb. Bahkan juga berjuta umat ini hidup di negeri-negeri yang sangat membenci umat ini.
Apa yang membuat mereka bertahan di negeri-negeri tersebut? Karena pekerjaannya, karena keluarganya dlsb. Mereka juga ingin berhijrah ke negeri-negeri yang lebih kondusif untuk umat Islam, tetapi tidak tahu bagaimana caranya – tidak tahu bagaimana hidup di negeri yang baru dlsb.
Maka itulah contoh yang sangat konkrit dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama para sahabatnya, bekal berhijrah itu selain iman adalah keahlian berjual beli dan persahabatan. Kalau kita pandai berjual beli, dan banyak sahabat di negeri tujuan hijrah kita – kita akan siap berhijrah kapan saja.
Setelah tidak lagi berlaku jual beli dan persahabatan, diharapkan kita sudah berada di tempat yang paling baik untuk menghadapi peristiwa akhir jaman ini – yang jelas center of gravity peristwa tersebut nampaknya bukan di negeri tempat kita tinggal saat ini. Negeri yang aman dari Dajjal adalah Makkah dan Madinah, negeri yang menjadi tempat pasukan-pasukan Allah terbaik adalah Negeri Syam.* (BERSAMBUNG)
Penulis adalah Direktur Gerai Dinar
No comments:
Post a Comment