Al Aqsha adalah Kemuliaan Umat Islam
Rongrongan Teodore Hertzl untuk mendapatkan izin pendirian pemukiman Yahudi di Palestina pun dimentahkan secara jantan oleh Sultan Abdul Hamid II.
Surat pengantar Hertzl dibalas dengan perkataan tegasnya. “Bagaimana mungkin aku menyerahkan sebagian tanah-tanah itu, karena daerah itu bukan milikku. Tanah itu adalah milik kaum Muslim. Tanah itu diperoleh dan dipertahankan oleh mereka dengan cucuran keringat, darah, dan air mata ribuan prajurit. Selama aku masih hidup, jangan harap kalian bisa menguasai tanah Palestina”.
Seiring pengkhianatan para penguasa negeri-negeri muslim dan keberhasilan Mustapha Kemal Attaturkmeruntuhkan Khilafah Islam dan mengusir Sultan Abdul Hamid Il serta keluarganya pada tanggal 3 Maret 1924 dari wilayah Turki, hingga tegaknya negara Israel atas bantuan Inggris, seolah mulai hilang kemuliaan umat Islam dan mudahnya zionis mengangkangi Masjid Al Aqsha.
Apa yang terjadi berikutnya adalah ketidakmampuan para penguasa negeri muslim untuk mencegah aksi-aksi brutal penjajah Israel, apalagi menyingkirkan mereka dengan taring tajamnya.
Baca: Tiga Alasan Mengapa Umat Islam harus Memerdekakan Masjid Al-Aqsha [1]Mereka hanya mampu menyandarkan penyelesaian konflik dengan bantuan PBB dan negara asing, yang bahkan tidak memahami, apa itu kemuliaan umat Islam dan Masjid Al Aqsha, karena mereka hanya berpikir kepentingan teritorial semata, tidak lebih.
Lalu, dimana penjaga Al Aqsha?
Umat Islam, tak pernah lepas dari kemuliaannya, selama berpegang teguh pada Al Quran dan sunah RasulNya.
Zionis menemukan tempat ‘kedigdayaannya’ karena memiliki entitas negara yang berbentuk Israel, memiliki pengaruh kuat bahkan dengan negara-negara superpower dijamannya, seperti Inggris dan AS. Disisi lain, umat Islam kehilangan ‘pegangan’ karena lepasnya ikatan simpul persatuan, sebuah negara ‘adidaya’ yang berlandaskan akidah Islam, seperti yang dicontohkan Rasul dan para sahabat, yang saat ini simpul itu terpecah menjadi puluhan negeri muslim.
Al-Quran dan hadits telah memberikan tanda-tanda kemulian tempat ini dan Allah Subhanahu Wata’ala pasti akan mengambilnya dari tangan-tangan kotor penjajah.
Masjid Al-Aqsa juga memiliki keistimewaan lain. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda;
لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِي هَذَا وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَ
“Tidaklah diadakan perjalanan dengan sengaja, kecuali ke tida masjid; masjidku ini (di Madinah), Masjidil Haram (di Makkah), dan Masjidil Aqsha.” (HR. Bukhari dan Muslim).
يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الأَرْضَ المُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللّهُ لَكُمْ وَلاَ تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنقَلِبُوا خَاسِرِينَ
“Wahai kaumku ! Masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut pada musuh), nanti kamu menjadi orang yang rugi.” (QS. Al-Maidah : 21)
Itulah janji Allah dan Rasulnya. Rugilah mereka yang tidak memami ayat-ayat ini.
Tidak perlu kita perdebatkan apa dampak perpecahan, karena puluhan fakta telah terjadi di depan mata, adu domba, penjajahan, hingga kehilangan fokus untuk bangkit dan merebut apapun yang pernah hilang dari tangan kaum muslimin.
Al Aqsha dan Palestina sedang menanti hadirnya singa Allah berikutnya, pemimpin dan pejuang layaknya Umar bin Khaththab, Shalahuddin al Ayubi, Muhammad Al Fatih dan Sultan Abdul Hamid II, membebaskan Palestina seutuhnya, mengusir Israel seluruhnya, dan menjaga Al Aqsha dengan penjagaan yang sesungguhnya.
Mereka, akan muncul saat umat terbangun dari tidur panjangnya, bangkit dan berjuang untuk menegakkan kembali izzul Islam wal muslimin, merangkai kembali simpul persatuan umat, menyadari dengan sepenuh hati musuh yang sebenarnya, dan terus berdakwah dengan menapaki jejak kemuliaan Rasulullah dan para sahabat, hingga tegaknya kepemimpinan nubuwwah ada di genggaman. InsyaAllah.
Masalahnya, apa kelak kita termasuk dari bagian yang disebut Allah dan Rasulnya untuk ikut ambil bagian ini?*
Tari Admojo
Penulis pernah kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Institut Pertanian Bogor
No comments:
Post a Comment