Selama mengandung Rasulullah, ibunda Aminah tidak pernah merasakan susah.
Saat fatrah (terputus pengiriman) rasul-rasul selama 600 tahun, banyak penyimpangan yang terjadi dalam beribadah kepada Allah. Termasuk penyembah berhala di Kota Mekkah. Dan kelahiran Nabi Muhammad shalallahu alahi wassalam sebagai nabi dan rasul terakhir sudah diramalkan sejumlah pendeta usai mendapatkan kabar dari kitab suci mereka.
Dalam buku The Life of Prophet Muhammad (Kehidupan Nabi Muhammad) karya Abdul Waheed Khan menyebut ada sejumlah besar peramal yang meramalkan segera datang seorang nabi yang agamanya menguasai agama lain. Dalam massa itu, lahirlah Nabi Muhammad.
Dalam bukunya, Khan menulis Rasulullah lahir dari pernikahan Abdullah bin Abu Muthalib dan Aminah. Nabi lahir pada 12 Rabiul Awwal atau 20 April 570 Era Umum (CE) /Masehi pada Senin, di Makkah.
Dalam kitab An-ni’matul Kubraa’alal Aalam riwayat Imam Shihabuddin Ahmad bin Hajar Al-Haitami Asy-syafi’i menyebut saat kelahiran Nabi Muhamad semakin dekat, melimpahlah berbagai anugerah pada Aminah, ibunda Rasulullah. Pada malam pertama sebelum 12 Rabiul Awwal, Allah melimpahkan kedamaian dan ketentraman luar biasa pada Aminah. Belum pernah Aminah merasakan kesejukan hati seperti itu. Pada malam kedua, datang seruan berita gembira bahwa Aminah akan mendapat anugerah luar biasa dari Allah.
Pada malam ketiga, ada seruan, "Wahai Aminah, sudah dekat saat engkau melahirkan Nabi SAW yang agung dan mulia, Muhammad Rasulullah shalallahu alahi wassalam yang senantiasa memuji dan bersyukur pada Allah". Pada malam keempat, Aminah mendengar beragam tasbih dari malaikat secara nyata dan jelas.
Pada malam kelima, Aminah bermimpi bertemu Nabi Ibrahim AS. Pada malam keenam, Aminah melihat cahaya putranya memenuhi alam semesta.
Pada malam ketujuh, Aminah melihat malaikat bergantian datang ke kediamannya sembari membawa kabar gembira. Pada malam kedelapan, Aminah mendengar seruan yang mengumandangkan, “Bahagialah wahai seluruh penghuni alam semesta, telah dekat kelahiran Nabi agung.
Pada malam kesembilan, Allah mencurahkan rahmat belas kasih sayang pada Aminah. Sehingga, tak sedikit pun diliputi rasa sedih, susah, sakit. Pada malam ke-10, Aminah melihat Thoif dan Mina ikut bergembira menyambut kelahiran Nabi Muhammad.
Pada malam ke-11, Aminah melihat seluruh penghuni langit dan bumi bersuka cita menyambut kelahiran putranya. Di malam ke-12, saat kelahiran Rasulullah, langit dalam keadaan cerah.
Muhammad menjadi yatim saat lahir. Sebab, ayahnya meninggal saat Rasulullah masih dalam kandungan atau tujuh bulan setelah menikah dengan Aminah.
Profesor sejarah Islam dari Universitas Kairo, Mesir, Syeh Muhammad el-Khidhri Buck mengatakan dalam bukunya, Noor-ul Yaqeen fi Seeret Sayyed al-Mursaleen (1953), Muhammad lahir di rumah pamannya, Abu Thalib. Aminah lahir dibantu ibu dari Abdur Rahman bin Auf, Syifa’. Kemudian, Aminah mengabarkan kelahiran putranya pada kakeknya, Abu Muthalib. Ayah mertuanya itu datang dan menggendong cucunya, lalu memberi nama Muhammad.
Muhammad diasuh ibu susuan bernama Halimah Sadiyah hingga usia empat tahun. Kemudian, dia kembali pada pangkuan Aminah. Ketika Muhammad berusia enam tahun, Aminah meninggal karena sakit. Aminah dimakamkan di Desa Abwa, Jalan Makkah Madinah. Kemudian, Muhammad diasuh oleh kakeknya, Abu Muthalib.
Dalam perhatian pria itu, Muhammad belajar dasar-dasar kenegaraan. Makkah adalah pusat ibadah terpenting di Arab. Pun Abdul Muthalib adalah pemimpin paling dihormati. Namun, saat Muhammad berusia delapan tahun, kakeknya meninggal dunia. Kemudian, Muhammad diasuh oleh paman dari pihak ayah, Abu Thalib yang menjaganya sampai dewasa, menikah dan menjadi rasul.
No comments:
Post a Comment