Derita Muslim Uighur: Cadangan Migas dan Penindasan Beijing
Kawasan Xinjiang, dalam sejarah diperintah berbagai kerajaan. Pemerintahan tersebut dimulai dari Tocharians, Yuezhi, Kekaisaran Xiongnu, Negara Xianbei, Kekaisaran Kushan, Khagan Rouran, Kekaisaran Han, Liang, Qin, Liang Barat, Dinasti Tang, Kekaisaran Tibet, Khagan Uyghur, Khan KaraKhitan, Kekaisaran Mongol, Dinasti Yuan, Khan Chagatai, Moghulistan, Qara Del, Yuan Selatan, Khan Yarkent, Dinasti Qing, Republik Cina, dan terakhir Republik Rakyat Cina (RRC).
Dinasti Qing masuk ke Xinjiang setelah Muslim Uyghur dan Muslim lain di Asia Tengah, meminta bantuan untuk menghadapi orang-orang Dzungar-Mongol, yang selalu mengganggu. Setelah orang-orang Mongol-Buddha ditumpas, Dinasti Qing mendatangkan orang-orang Han dan Hui untuk menempati kawasan utara (Dzugar Basin). Tapi, mereka tidak diperbolehkan memperdagangkan babi dan minuman keras ke kawasan selatan yang dihuni Muslim.
Kawasan Tarim Basin disebut juga sebagai Huiland atau tanah Hui yang terjemahan bebasnnya adalah Tanah Muslim.
Sekadar catatan, Hui awalnya bukan nama etnik. Dulu, istilah Hui disematkan kepada penganut Islam, Kristen, bahkan Yahudi. Tapi, lama kelamaan istilah ini menyempit untuk menyebut Muslim. Jenghis Khan, misalnya, kerap menyebut Muslim dengan istilah “Hui-hui.” Belakangan, istilah Hui menyempit lagi, khusus untuk orang Cina Muslim berkulit kuning. Orang Hui dan Han saat ini sebenarnya secara etnis tak ada bedanya.
Pada pertengahan abad ke-19, Dinasti Qing melemah akibat perang dan pemberontakan. Mulai Perang Candu dengan Inggris pada 1839 hingga 1860, pemberontakan Taiping atau perang sipil di selatan Cina (1850-1864), dan pemberontakan Muslim Hui dan Uighur di Xinjiang pada 1864 yang terimbas pemberontakan Cina Muslim di Gansu dan Shaanxi, dua provinsi di sebelah timur Xinjiang (lihat peta).
Pada 1864 orang-orang Han dan Hui terlibat bentrok parah yang dikenal dengan Revolusi Dungan atau Revolusi Hui Muslim. Revolusi ini awalnya bertujuan memberi pelajaran kepada pemerintahan-pemerintahan korup dan para pejabat penindas rakyat. Karena itu, tak terdengar istilah jihad atau pendirian negara Islam. Tapi, kemudian orang-orang Han (Prajurit Taiping) mendatangi kawasan Muslim, seperti Shaanxi atas dukungan Dinasti Qing dan membentuk milisi Yong Ying. Orang-orang Hui pun merespons dengan membentuk milisi.
Kondisi chaos saat itu berlanjut saat Khan Kokand dari kawasan yang kini merupakan Kirgiztan bersama pasukan Turko-Muslim-nya memasuki Xinjiang dari Kasghar. Ironisnya, pasukan yang dipimpin Yaqub Beg ini menjalin aliansi dengan milisi Han dan mengepung pasukan Muslim di Urumqi. Yaqub memerintah di sana enam tahun. Rusia pun ikut ambil bagian dan pada 1871 mengepung kawasan Lembah Ili yang kaya, termasuk Gulja di utara Xinjiang.
Belasan tahun kemudian, barulah Dinasti Qing siuman. Mereka mengirim pasukan untuk menumbangkan Yaqub Beg dan mengambil Gulja dari Rusia. Selanjutnya, Diansti Qing menggabungkan kawasan utara Tianshan (Dzungar Basin) dengan kawasan selatan (Tarim Basin) yang didiami Muslim dan pada 1884 menamainya Xinjiang yang berarti batas baru. Xinjiang menjadi sebuah provinsi.
Namun, karena orang-orang Han dan Hui di Xinjiang utara hampir punah akibat perang sipil, orang-orang Uighur di selatan pun akhirnya menyebar ke utara. Maka, jadilah seantero Xinjiang didiami mayoritas Muslim Uighur. Selain menjadi rumah orang Uighur, Xinjiang juga ditinggali orang Kazakh, Tajik, Kirgiz, Hui, Han, dan Mongol.
No comments:
Post a Comment