Kebiasaan Bergengsi Warga Kordoba Semasa Kejayaan Islam

Istana Kordoba di Spanyol.
Istana Kordoba di Spanyol.
Penduduk Kordoba merupakan orang-orang yang paling menggemari perpustakaan.

Ibnu Said, sejarawan dari abad ke-13, memuji tingginya peradaban Kordoba: “Kaum Muslim Spanyol adalah orang yang paling bersih di seluruh penjuru bumi. Perilaku mereka, cara berpakaiannya, perabotan rumah-rumah mereka, begitu bersih.” 


Fasilitas umum juga terawat amat baik. Kota dihiasi lampu-lampu jalan yang dinyalakan oleh para petugas khusus setiap menjelang maghrib. Air mancur mudah ditemukan di tiap sudut kota—fasilitas yang sudah disediakan sejak zaman Khalifah Abdurrahman I. 


Kordoba merupakan kota kosmopolitan, pusat peradaban, yang sejajar dengan Baghdad. Itu terjadi ketika wilayah-wilayah Eropa lainnya, utamanya yang berada dalam kekuasaan Kristen, masih tenggelam dalam abad jahiliyah (Medieval Ages).   


Penguasa Kordoba lainnya, Khalifah al-Hakam II juga merupakan seorang penggiat sejarah. Dia mengundang para guru besar dari wilayah timur Dunia Islam untuk mengajar di Masjid Raya Kordoba.


Sang khalifah menggaji mereka beserta fasilitas yang lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan intelektual mereka. Sebagai wujud dukungan penuh terhadap pendidikan, Khalifah al-Hakam II membangun 27 unit sekolah bermutu dan gratis untuk anak-anak Andalusia, baik Muslim maupun non-Muslim. 


Di Alcazar, sang khalifah membangun sebuah perpustakaan dengan koleksi 400 ribu buku. Ada sejumlah buku yang dikomentari oleh tulisan tangan al-Hakam II sendiri.


Belakangan, Ibnu Hazm menjadi pengelola perpustakaan di Alcazar tersebut. Tentang geliat literasi ini, Ibnu Said menyebutkan: “Kordoba memiliki koleksi buku yang paling banyak di seantero Andalusia. 


Penduduk Kordoba merupakan orang-orang yang paling menggemari perpustakaan dibandingkan warga kota lainnya. Beberapa koleksi di perpustakaan-perpustakaan menandakan status elite dan tingkat sosial yang terhormat. 


Ada kebiasaan orang-orang di sini untuk perpustakaan pribadi di rumah masing-masing. Mereka begitu selektif dalam mendapatkan buku-buku. Mereka begitu mengincar salinan dalam tulisan tangan atau karya seni kaligrafi tertentu.


”Oleh karena pencapaian-pencapaian itu, tidak mengherankan bila seorang sarjana Muslim, al-Idrisi menggelari Kordoba sebagai “mutiara terindah di seantero Andalusia.” Demikian dikutip dari The Legacy of Muslim Spain (1994).

No comments: