Salah satu sudut kota Marrakesh
Ketujuh wali ini merupakan penyebar agama yang sangat ahli di beragam displin ilmu.
Anda yang pernah berkunjung ke Maroko, tentu tak akan asing dengan Kota Marrakesh. Kota tua bersejarah ini memiliki jejak kuat dengan para tokoh dan pejuang Islam sejak didirikan pada 1070 silam.
Di Kota ini terdapat tujuh tokoh sufi yang dianggap keramat dan didaulat sebagai ‘tiang’ penyangga Marrakesh. Masyarakat hingga saat ini mempunyai kepercayaan, bahwa ketujuh wali tersebut mendatangkan keberkahan dan penjagaan, sehingga Marrakesh dan Maroko secara umum, tetap dijaga dan jauh dari huru-hara. Tak seperti negara-negara Arab lainnya.
Dalam kitabnya yang berjudul al-Harakat as-Shufiyah bi Marakesy; Dhahirat 7 Rijal, Hasan Jadzab, menjelaskan ketujuh wali tersebut mempunyai kecenderungan dan profesi bermacam-macam.
Sebagian ada yang bervisi politik, sebagiannya murni fokus pada pendidikan umat, namun tetap tak menanggalkan kesufian dan kewalian mereka.
Secara umum, jika mereka berseberangan dengan para penguasa yang dianggap salah, mereka akan mengambil peran menentang, tetapi jika tak mampu melakukannya, mereka cukup mendoakan. Berikut ini tujuh wali keramat yang dipercaya sebagai penjaga Marrakesh:
Abu Ya’qun Yusuf bin Ali as-Shonhaji. Dia terkenal kesabarannya karena tabah menghadapi ujian. Syekh as-Shanhaji menderita kusta sepanjang hidupnya, tetapi ia tetap sabar dan bersyukur dan tak pernah meninggalkan shalat. Dia kerap menyepi di gua-gua Marrakesh.
Qadhi ‘Iyadh. Dia termasuk ahli fikih Mazhab Maliki yang terkenal di dunia Islam. Keahliannya meliputi fikih, hadis, ushul fikih, bahasa, dan lainnya. Di antara karyanya yang terkenal adalah kitab asy-Syifa. Atas kepakarannya itu dia dikeramatkan.
Abu Al-Abbas as-Sabti. Dia dikenal sebagai dermawan dan memiliki solidaritas tinggi. Dia bahkan kerap menanggung biaya hidup para santrinya yang belajar nahwu dan matematika. Dia sering menghimpun dan mendistribusikan sedekah untuk dhuafa.
Muhammad bin Salman al-Jazuli. Sosok yang satu ini mempunyai ribuan pengikut dari berbagai daerah. Dia terbunuh akibat diracun dan meninggal dalam kondisi sujud, di Sus, selatan Maroko pada 1465 dan dimakamkan di sana. Namun, jenazahnya dipindahkah ke Distrik Riyadh al-‘Arus, Marrakesh 77 tahun setelah kematiannya. Menurut kesaksian, jenazahanya masih utuh seperti saat dimakamkan. Hingga saat ini, makamnya ramai dikunjungi para peziarah.
Abu Firas Abdul Aziz al-Marakasyi. Sosok satu-satunya wali yang lahir dari Marrakes ini, pengikutnya sangat banyak hingga bergelar at-Tubba’. Dia adalah murid Syekh Muhammad al-Jazuli. Syekh Abu Firas berprofesi sebagai petani dan pembuat sutra. Dia mengajarkan wirid-wirid khusus kepada para pengikutnya. Wafat pada 1509, makamnya sekarang berada di Distrik al-Muwasin, yang terkenal kini dengan Distrik Sayyidi Abdul Aziz at-Tubba’.
Abdullah al-Ghazwani. Dia merupakan murid dari Abdul Aziz at-Tubba’. Satu dari sekian pioneer Tarekat Syadziliyah al-Jazuliyah yang mengajarkan kecintaan kepada Rasulullah dan konsistensi berzikir. Dia mengajari para muridnya fokus berzikir.
Abdurrahman as-Suhaily. Dia dilahirkan di Malaga, Andalusia dan belajar di kota itu. Dia mahir ilmu bahasa dan terkenal piawi juga dalam ilmu fikih dan hadis di kawasan barat Islam ketika itu, hingga akhirnya dia memutuskan pindah ke Marrakesh pada masa pemerintahan Yusuf bin Abd al-Mu’min al-Muwahhidi. Dia hidup di Marrakesh selama tiga tahun dan meninggal di kota ini pada 1185. Makamnya berada di Gerbang ar-Rabb, Marrakesh.
No comments:
Post a Comment