Rasulullah mengajarkan agar umat Islam saling menutupi aib. Foto kaligrafi Nama Nabi Muhammad (ilustrasi)
Rasulullah mengajarkan agar umat Islam saling menutupi aib.
Ketidakpercayaan bisa saja muncul di antara hubungan bermasyarakat, entah itu bersama keluarga, sahabat, atau rekan kerja. Hal itulah yang menyebabkan kita akan berprasangka kepada mereka yang tidak kita percayai.
Sikap tersebut akan melahirkan tindakan berprasangka baik ataupun buruk. Setelah berprasangka yang aneh-aneh, tentu kita akan mencari tahu lebih jauh lagi tentang persangkaan kita tersebut dengan memata-matai.
Padahal, prasangka yang menimbulkan dosa ialah prasangka yang buruk. Islam pun membangun masyarakatnya di atas kebersihan lahir batin. Oleh karenanya, Islam melarang memata-matai seseorang dan melarang berprasangka buruk.
Dirangkum dari buku Tuntas Memahami Halal Haram karya Prof Dr Yusuf al-Qaradhawi, dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan, “Hati-hatilah kalian terhadap prasangka. Sebab prasangka adalah seburuk-buruknya pernyataan. Janganlah kalian mencari-cari dan memata-matai kesalahan orang lain.”
Abu al-Haitsam meriwayatkan dari Dakhin menuturkan yang merupakan sekretaris ‘Uqbah ib Amir. Dakhin menuturkan, “Aku pernah berkata kepada ‘Uqbah, ‘Kami memiliki sejumlah tetangga yang biasa meminum khamer. Karenanya aku akan memanggil petugas keamanan untuk menangkap mereka’.”
‘Uqbah berkomentar, “Jangan kau lakukan itu. Justru nasihatilah mereka dan peringatkanlah mereka.”
Perawi menceritakan bahwa Dakhin pun melakukan apa yang disarankan ‘Uqbah. Namun, mereka pun tidak menghentikan minum khamernya.
Akhirnya, Dakhin datang lagi kepada ‘Uqbah. Di hadapan ‘Uqbah, Dakhin menyampaikan, “Aku sudah melarang mereka, tetapi mereka tidak mau berhenti. Sekarang, aku akan panggil petugas keamanan untuk menciduk mereka.”
Kemudian, ‘Uqbah kembali menjawab, “Celaka. Janganlah engkau lakukan itu. Sebab aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Siapa saja yang menutupi aib seorang mukmim, maka seakan-akan dia menghidupkan anak perempuan yang dikubur hidup-hidup dari kuburannya.” (HR Ahmad dan Abu Dawud).
Dari cerita tersebut, Rasulullah menjelaskan bahwa mengungkap aib dan kekurangan orang lain sebagai kebiasaan orang-orang munafik, yakni orang yang menyatakan iman dengan lisannya namun hatinya tidak beriman. Kelak, orang-orang seperti itu akan dibebani dengan dosa yang berat dibandingkan dengan manusia yang lain.
No comments:
Post a Comment