Abdul Shamad Al Falimbani: Seruan Jihad kepada Raja Jawa (3)

Raja Pakubuwono X ketika berkunjung ke Masjid Luar Batang 1920
Raja Pakubuwono X ketika berkunjung ke Masjid Luar Batang 1920
Foto: Gahetna.nil
Pada awal abad 18 Syekh Al Falimbani mengirimkan surat seruan jihad kepada raja Jawa.
Oleh Muhammad Daud, Aktivis lembaga Kajian Naskah Melayu dan mahasiswa pascasarjana UIN Jakarta Konsentrasi Filologi
Menjelang abad 18 M, Syekh Abdul Shamad Al-Falimbani mengeluarkan seruan untuk berjihad. Dia memang pengikut tarikat, tapi kini tarikat yang diikuti lebih bersikap progresif. Tak lagi berkutat pada sisi pribadi, tapi sudah menyerukan perlawanan kepada kaum kolonial yang kala itu menguasai 'negeri-negeri Islam'.

Naskah seruan perlawanan terhadap kolonial dari Al Falimbani itu sampai saat ini masih tersimpan dan merupakan karya terawal yang membahas jihad yang ditunjukkan langsung kepada masyarakat Muslim di nusantara. Di kemudian hari menjadikan inpirasi dalam menggelorakan untuk melakukan jihad di nusantara. 

Salah satu naskah juga yang terinspirasi dari seruan Al-Falimbani adalah Hikayat Perang Sabil di Aceh. Di samping menuliskan dalam bentuk naskah, Al-Falimbani mengirimkan surat kepada raja-raja nusantara untuk menggelorakan semangat jihad fisabilillah terhadap kolonial.

Memang ada beberapa kekeliruan para peneliti terhadap naskah jihad di nusantara. Mereka mengira bahwa selama ini naskah Nasihat al-Muslimin (yang ditulis dalam bahasa arab) ditafsirkan oleh para peneliti sebagai respons atas kolonialisme di Nusantara, padahal secara spesifik al-Falimbani tidak pernah menyebut “negeri jawi”.
Sebagaimana pengakuan peneliti naskah seruan jihad Al Falimbani menjadi ukuran tentang bagaimana kualitas hadis tentang jihad yang terdapat naskah Nasihat al-Muslimin. Dalam karyanya ia menuliskan bahwa dalam naskah tersebut ada hadis-hadis tentang jihad yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, al-Bukhari, al-Nasa’i, Abu Dawud, dan al-Turmuzi. Namun, tidak ditemukan kata kunci yang merujuk kepada nasehat jihad bagi Muslim nusantara.
Raja Pakubuwono X ketika berkunjung ke Masjid Luar Batang 1920
Foto:
Pada awal abad 18 Syekh Al Falimbani mengirimkan surat seruan jihad kepada raja Jawa.

Berbeda dengan naskah Nasihat Jihad Al-Falimbani versi Arab, naskah Nashihat li al-Muslimin wa Tadzkirat li al- Mu’minin fi Fadl al-Mujahidin fi Sabil Allah Rabb al-Alamin, ditulis oleh Al-Falimbani dengan menggunakan bahasa Jawi-Melayu. Dalam naskah ini Al-Falimbani secara terang-terangan menyerukan jihad untuk orang-orang Jawi/Melayu. Dan naskah ini diakui sebagai sebuah karya risalah ringkas, tapi sangat penting mengenai isinya. Naskah bercerita tentang seruan-seruan untuk berjihad di nusantara, strategi perang, dan beberapa hal yang berkaitan dengan jihad.
Ada beberapa kajian mengenai naskah Nasihat Muslimin, yaitu dilakukan oleh Snouck Hurgonje. Ia mencatat bahwa naskah ini adalah sumber utama tentang jihad dari berbagai karya mengenai Perang Aceh ketika melawan penjajah kafir Belanda. Naskah ini menjadi model dan naratif induk versi Aceh tentang imbauan dalam berjuang melawan penjajah kafir, yang dikenal secara kolektif sebagai Perang Sabil (HPS). Alfian dalam disertasinya mengungkapkan bahwa ia menemukan bahwa Hikayat Perang Sabil selalu dibaca di meunasah-meunasah, dayah-dayah, di rumah-rumah, dan berbagai tempat lainnya, sebelum para mujahid pergi ke medan pertempuran.
Seruan jihad kepada para kaum Muslim Melayu yang ditulis Al-Falimbani tidak hanya terbatas dalam naskah saja. Ia juga tercatat menulis beberapa buah surat kepada para penguasa di nusantara, berisi desakan untuk melakukan perang suci melawan penjajah kafir yang ditujukan kepada para penguasa dan pangeran Jawa.
Surat-suratnya ditulis menggunakan bahasa Arab, di kemudian hari diterjemahkan ke dalam bahsa Jawa dan ada yang diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda. Dalam suratnya, penulis menamakan dirinya Muhammad. Namun, dalam teks dari terjemahan bahasa Jawa diketahui bahwa penulis adalah dikenal sebagai ulama Palembang di Makkah dan Drewes menyakini serta menyimpulkan bahwa orang itu adalah Al-Falimbani.
Surat pertama, yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda pada 22 Mei 1772 di Semarang. Surat itu ditujukan untuk Hamengkubuwana I, yaitu Sultan Mataram yang sebelumnya dikenal dengan Pangeran Mangkubumi.

Di bagian akhir surat Al-Falimbani merekomendasikan dua orang haji untuk menduduki jabatan keagamaan di Mataram, dan membawa sejumlah air zamzam untuk Sultan yang dibawa bersama mereka.  Dalam surat kedua, isi dan alamatnya hampir sama dengan surat pertama, sedangkan surat ketiga yang dikirimkan kepada Pangeran Pakunegara atau Mangkunegara, isinya disertai dengan panji-panji Islam yang bertuliskan Ar-Rahman, Ar Rahim, dan Muhammad Rasullallah. Diawali dengan puji-pujian kepada Allah dan Nabi, surat dilanjutkan dengan beberapa pesan:

Maka, jika kita mempelajari surat-surat ini, maka jelaslah bahwa Al-Falimbani sangat menganjurkan jihad (perang suci). Ia berupaya mendesak para pemimpin Jawa untuk melakukan jihad karena negeranya sedang dikuasai oleh kolonialisme. Para ulama Jawi di Haramayn mendapat informasi yang cukup mengenai kondisi dan perkembangan umat di nusantara khususnya dengan kaitan penetrasi terus menerus oleh kekuatan yang datang dari Barat.

Hal tersebut terjadi karena komunikasi dan kontak antara negeri-negeri asal mereka dan komunitas Jawi dipertahankan dengan baik. Al-Falimbani, dalam hal ini memberikan respons dengan tulisan dan melibatkan diri dalam perjuangan Jihad. Ungkapan dalam bentuk tulisan dituangkan dalam sebuah karya yang berjudul Nasihat Muslimin versi Jawi, di bagian akhir ia menuliskan keperihatinan sebagai berikut:
“dan akan wasiat daripada faqir ila Allah Ta’ala lagi haqir, yaitu Abdus-Samad al-Jawi Palimbani tilmidz quthb al-zaman Sayyidi al-Syaikh Muhamma al-Samman waluu Allah yang ‘irfan, dari negeri Makkah yang musyarrafah, kepada segala saudara di negeri jawi .... karena adalah faqir ila Allah Ta’ala tatkala mendengar akan kesakitan sanak saudara Muslimin di negeri Jawi, yang disakitinya oleh orang kafir, dan dihinakan akan dia oleh orang kafir itu, dan binasakan oleh orang kafir yang di bawah angin itu, maka sangatlah faqir duka cita di dalam hati sampai kepada anggota ....
dan adalah sekalian yang tersebut di dalam risalah ini nasihat faqir ila Allah Ta’ala umum kepada sekalian Muslimin, dan khusus kepada saudara hamba yang ‘alim-‘alim dan orang shalih-shalih dan orang yang haji-haji yang dibawah angin, maka seyogyanya bagi mereka itu memberi nasihat bagi raja-raja dan juga bagi orang yang besar-besar dan bagi orang yang kaya-kaya itu supaya mendirikan mereka itu akan ibadat, dan setengah daripada ibadat yang lebih afdhal mendirikan akan perang sabilillah, dan seyogyanya bagi saudara hamba yang Muslimin itu mendirikan segala ibadat dan mendirikan pula ibadat perang sabilillah itu seperti mendirikan ibadat yang lain daripada perang sabilillah itu Raja Pakubuwono X ketika berkunjung ke Masjid Luar Batang 1920
Foto:
Pada awal abad 18 Syekh Al Falimbani mengirimkan surat seruan jihad kepada raja Jawa.

Dalam kajian ilmu filologi naskah Nashihat li al-Muslimin wa Tadzkirat li al- Mu’minin fi Fad}l al-Mujahidin fi Sabil Allah Rabb al-Alamin, termasuk ke dalam naskah Melayu. Hal ini karena huruf yang dipergunakan ialah huruf Arab Melayu yang disebut juga huruf Jawi. Dalam jumlah naskah Melayu tersebar di dunai belum ada kesepakatan  dari para ahli, ada beberapa pendapat, yakni Ismail Husain mengatakan ada 5.000, Chamber-Loir 4.000 dan Russell Jones sampai 10.000 naskah.
Sementara, dalam penyebarannya naskah Melayu hampir di seluruh dunia, seperti Afrika Selatan, Amerika, Australia, Austria, Australia, belanda, Belgia, Brunei Darussalam, Ceko Slovakia, Denmark, Hongaria, India, Indonesia, Inggris, Irlandia, Italia, Jerman, Malaysia, Mesir, Norwegia, Polandia, Prancis, Rusia, Singapura, Spanyol, Sri Lanka, Swedia, Swiss, Thailand, Filipina, Jepang, Khmer, Portugis, Selandia Baru, dan Taiwan.
Berikut isi surat Al Falimbani kepada raja di Jawa:
 .....   “Tuhan akan mengampuni dosa-dosa orang saleh seperti Pangeran Mangkunegara, yang telah diciptakan-Nya untuk memperoleh nama harum di dunia ini, dan juga karena Yang Mulia adalah seorang keturunan Kerajaan mataram yang kepadanya. Tuhan telah melimpahkan karunia-Nya di samping Muhammad sang Nabi, mengingat bahwa rasa keadilan Yang Mulia sudah umum dikenal. Selanjutnya Yang Mulia sudah umum dikenal.
Selanjutnya Yang Mulia hendaknya selalu ingat akan ayat Al-Qur’an bahwa sekelompok kecil akan mampu mencapai kemenangan melawan kekuatan besar. Hendaklah Yang Mulia juga selalu ingat bahwa dalam Al-Qur’an dikatakan” janganlah mengira bahwa mereka yang gugur dalam perang suci itu mati” (QS al-Baqarah: 154. QS Ali ‘Imran:169). Tuhan telah menyatakan bahwa jiwa orang-orang yang gugur itu akan masuk dalam tubuh seekor merpati besar dan naik panggung menuju surga. Ini merupakan suatu hal yang pasti diyakini semua orang yang beriman dalam hati mereka, dan terutama beginilah akan jadinya dengan Yang Mulia, yang dapat ditamsilkan dengan sekuntum bunga yang menyebarkan wewangiannya sejak matahari terbit hingga tenggelam, sehingga seluruh Makkah dan Madinah serta negeri-negeri Melayu akan bertanya tanya tentang keharuman ini, dan memohon kepada Tuhan agar Yang Mulia akan menang melawan semua musuh. Hendaklah diingat kata-kata (Nabi) Muhammad yang berucap “Bunuhlah orang-orang yang tidak berkeyakinan Islam seluruhnya kecuali jika mereka berpindah agamamu”
....... Yakinlah akan nasib baik yang abadi dan berusahalah sekuatmu karena takut akan tuhanmu, jangan takut akan nasib buruk dan elaklah segala kejahatan. Orang yang melakukan hal itu akan melihat langit tanpa awan (mendung) dan bumi tanpa noda. Tumbuhkanlah ketenangan hati dari ayat-ayat dalam Al-Qur’an berikut ini: “Barangsiapa beriman dan melakukan pekerjaan yang baik, akan mendpatkan karunia Tuhan (disurga)” (QS al-Baqarah:225), sebab Nabi Muhammad telah bersabda: “Jika manusia dapat hidup selamanya di dunia ini, dia pun akan hidup selamanya dan menikmati kebahagiaan abadi di akhirat.”Ini adalah untuk memberitahu Ynag mulia bahwa saya diperintahkan .... untuk mengirimkan kepada Yang mulia jimat (dalam bentuk panji-panji) yang kekuatannya akan terasa bila digunakan oleh Yang Mulia .... ketika berhadapan dengan musuh Anda ..... (dengan rahmat Tuhan, Yang Mulia) akan selalu meraih kemenangan, yang akan memungkinkan terlindungi iman kaum Muslim dan terbasminya semua musuh yang dengki.
Alasan panji-panji ini dikirimkan kepada Anda adalah bahwa kami di Makkah telah mendengar bahwa Yang Mulia, sebagai seorang pemimpin raja yang sejati, sangat ditakuti dan di medan perang. Hargailah dan manfaatkanlah, insyallah untuk menumpas musuh-musuh anda dengan semua orang kafir.
Do’a selamat dikirimkan kepada Yang mulia atas nama orang-orang yang taqwa kepada-Nya di Mekkah dan Madinah: Ibrahim, Imam Syafi’i, Imam Hanafi, Imam Maliki dan imam Hambali, dan slanjutnya atas nama semua orang lain di sini, yang keinginannya tiada lain adalah agar berkah dari Nabi dan keempat sahabat beliau, Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali, terlimpah pada yang mulia.

No comments: