Bahtera Nabi Nuh tak Mengangkut Keluarganya yang Ingkar
Nabi Nuh merupakan nabi ketiga setelah Adam dan Idris. Jika adam kuat melalui cerita peristiwa hukum memakan buah khaldi dan pembunuhan Qabil terhadap Habil. Maka Nabi Nuh kuat ceritanya peristiwa banjir bandang, bahternya dan istri anaknya yang ingkar.
Dalam Bibel kitab Perjanjian Lama Nabi Nuh dikenal dengan nama Noah ini dipercaya hidup pada awal lahirnya peradaban manusia. Alquran Saffat ayat 126 menyebut Nabi Adam, Idris dan Nuh merupakan nenek moyang terdahulu dan Kitab Kejadian di Perjanjian Lama mereka sebagai Patriach yang artinya" bapak-bapak yang terdahulu."
Di dalam kitab Tafsir Ilmi Mengenal Ayat-Ayat Sains dalam Alquran menyebutkan Alquran tidak secara spesifik menjelaskan letak pemukiman kaum Nabi Nuh. Namun, beberapa ulama meyakini mereka hidup di kawasan yang saat ini dikenal sebagai Kufah dan Irak. Alquran Surat Hud ayat 44, hanya menyebut lokasi mendaratnya bahtera Nabi Nuh yaitu di Gunung Judi.
"Dan firmankan. "Wahai bumi! telanlah airmu dan wahai langit (hujan) berhentilah" Dan air pun disurutkan dan perintah pun diselesaikan dan kapal itu pun berlabuh di atas gunung Judi dan dikatakan binasalah orang-orang zalim."
Maulana Yusuf Ali dalam Tafsir Alquran menyatakan, bahwa gunung atau bukit Judi berada di suatu wilayah yang meliputi distrik Bohtan di Turki dekat perbatasan negara- negara Turki, Irak dan Suriah sekarang ini. Dataran tinggi dari rangkaian pegunungan ararat yang besar mendominasi wilayah ini.
Kisah Nabi Nuh secara runtut dapat dicermati dalam Surat Hud ayat 25 sampai 49. Alquran juga tidak menceritakan secara detil bahtera Nabi Nuh, baik bentuk ukuran, maupun lama pembuatan bahtera itu. Dalam surat Hud ayat 37 Allah berfirman "Buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang zalim sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan,"
Ayat ini menjelaskan bahwa pembuatan batera itu dilakukan di bawah pengawasan dan petunjuk Allah langsung. Meski ukuran dan bentuk batera itu tidak disebutkan, namun dapat dipastikan bahwa bahtera itu ukurannya besar, sehingga dapat memuat Nabi Nuh, keluarga dan kaumnya yang beriman serta sepasang binatang dari berbagai jenis seperti diabadikan surat Hud ayat 40.
"Hingga apa apabila perintah kami datang dan tanur (dapur) telah memancarkan air, Kami berfirman. Buatkanlah ke dalamnya kapal itu dari masing-masing hewan sepasang jantan dan betina dan juga keluargamu kecuali orang yang telah terkena ketetapan terdahulu dan menguatkan pula orang yang beriman," Dikisahkan ternyata orang-orang beriman yang bersama dengan Nuh hanya sedikit.
Banjir besar dalam riwayat Nabi Nuh ini tentu bukanlah banjir biasa. Alquran menyatakan gelombang banjir besar itu menggunung dan mampu mengangkat bahtera itu sampai ke puncak Gunung Judi yang tingginya sekitar 2000 meter di atas permukaan laut seperti diabadikan dalam Surat Hud ayat 42.
"Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung."
Sementara dalam surat Al-Qamar ayat 13 dijelaskan bahwa bahtera Nuh itu terbuat dari papan kayu dan pasak. "Dan kami angkut di anu ke atas kapal yang terbuat dari papan dan pasak,".
Namun ukuran detail bahtera Nuh dapat ditemukan dalam kitab Torah Kitab Kejadian atau Genesis dalam Perjanjian Lama. "Buatlah oleh kamu sebuah baterai dari kayu gofer. Jadikan beberapa ruangan di dalamnya, dan tutuplah di dalam dan di luar dengan pitc. Demikianlah kamu harus membuatnya. Panjang baterai itu harus 300 cubits lebarnya 50 cubits dan tingginya 30 cubits. Buatlah ah dan de la untuk masuknya cahaya siang dalam baterai itu dan selesaikan Batara itu dengan satu cubit di atasnya. Buatlah pintu masuk ke dalam bahtera dan buat pula dek bawah, dek kedua, dan ketiga. Aku pada giliranku akan membawa banjir ke bumi itu untuk memusnahkan atau menghancurkan makhluk bernafas di mana pun juga setiap yang ada di muka bumi akan musnah,"
Balsiger dan Sellier memperkirakan 1 cubits sama dengan sekitar 1,5 feet. Jadi ukuran bahtera Nabi Nuh itu menurut perjanjian lama di atas adalah panjang 450 kaki atau 150 meter, lebar 75 kaki atau 25 meter dan tinggi 45 kaki atau 15 meter.
Asal Air Banjir Besar
Pertanyaannya dengan bahtera sebesar itu, dari mana air banjir besar itu berasal? Asal air banjir besar Nabi Nuh dapat dicermati dalam dua firman Allah di dalam surat Hud ayat 40 "Hingga apabila perintah kami datang dan tanur telah memancarkan air". Dan surat Qamar ayat 11-12 "Lalu Kami bukakan pintu pintu langit dengan menurunkan air yang tercurah, dan Kami jadikan bumi menyemburkan mata-mata air maka bertemulah air-air itu sehingga meluap menimbulkan keadaan bencana yang telah ditetapkan."
Gabungan dua ayat di atas ini menjelaskan bahwa air bah itu berasal dari langit yaitu hujan yang sangat lebat dan deras maupun memancar dari bumi. Pada surat Al Qamar ayat 12 disebutkan bahwa air itu berasal dari pintu-pintu langit yang dibuka oleh Allah.
Setelah membicarakan besarnya bahtera Nabi Nuh dan asal air banjir maka siapakah penumpang bahtera Nabi Nuh? Surat Hud ayat 40 merupakan jawabannya. Allah berfirman. "Sehingga apabila perintah Kami datang dan tanur telah memancarkan air Kami berfirman. Buatkanlah ke dalamnya kapal itu dari masing-masing hewan dan sepasang jantan dan betina, dan juga keluargamu kecuali orang yang telah terkena ketetapan terdahulu dan buatkan lah pula orang yang beriman ternyata orang-orang beriman yang bersama denganmu hanya sedikit."
Lalu siapakah anggota keluarga Nabi Nuh yang tidak ikut naik bahtera atau dalam bahasa Alquran orang yang telah terkena ketetapan terdahulu itu? Ada dua orang dari keluarga Nuh yang diinformasikan Alquran tidak ikut masuk bahtera. Pertama adalah putranya yang ingkar terhadap ajakan Nabi Nuh. Surat Hud ayat 42-43 menyampaikan.
"Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung dan memanggil anaknya ketika anak itu berada di tempat yang jauh terpencil. "Wahai anakku naiklah ke kapal bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir." Anaknya menjawab, "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah." Nuh berkata tidak ada yang melindungi dari siksa Allah pada hari ini selain Allah yang Maha Penyayang" dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya maka dia anak itu termasuk orang yang ditenggelamkan."
Yang kedua yang tidak ikut bersama kapal Nabi Nuh adalah istrinya. Allah Menyebut istrinya Nabi Nuh bersama-sama dengan istri Nabi Luth sebagai istri istri yang kafir terhadap ajakan iman yang disampaikan oleh suami mereka seperti diabadikan surat At-Tahrim ayat 10.
Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada dibawah pengawasan dua orang hamba yang saling di antara hamba-hamba kami. Lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikitpun dari siksa Allah, dan dikatakan kepada dua istri itu masuk lah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk neraka."ROL
No comments:
Post a Comment