Bilal bertemu dengan Nabi Muhammad SAW dan mengumandangkan azan. Rasulullah SAW (ilustrasi)
Kalau kita buka lembaran sejarah dan kita telusuri kembali rangkaian kisah generasi pertama dari kalangan sahabat Rasulullah SAW dan para pengikutnya, niscaya akan kita jumpai contoh-contoh manusiawi yang mengagumkan tentang gelora cintanya kepada Allah SWT dan mereguk manisnya iman.
Dalam buku DR Abdullah Nashih ‘Ulwan yang berjudul Saat Mu'min Merasakan Kelezatan Iman, beliau menjelaskan beberapa kisah sahabat Rasulullah yang mengagumkan tentang bagaimana mereka merasakan gelora cintanya kepada Allah dan mereguk manisnya iman.
Dari sebuah sanad yang jayid, Ibnu 'Asakir bercerita tentang Bilal bin Rabah RA setelah Rasulullah wafat. Ketika Bilal singgah di Badariah, nama tempat dekat wilayah Suriah, dalam tidurnya dia bermimpi melihat Rasulullah.
Beliau bersabda kepadanya, "Apakah arti ketidakramahan ini hai Bilal. Tidakkah engkau hendak mengunjungi aku sekarang?"
Setelah itu Bilal terbangun dari tidurnya dalam keadaan sedih dan cemas. Ialu, dia berkemas kemudian naik ke atas kendaraannya menuju Madinah.
Dikunjunginya makam Rasulullah, Bilal pun menangis dan mengguling-gulingkan mukanya di atas pusara Rasulullah SAW karena rindu dan haru.
Tak lama kemudian datanglah Hasan dan Husain, dua cucu Rasulullah yang menghampirinya. Bilal menyambut dengan merangkul dan menciumi Hasan dan Husain.
Kepada Bilal, kedua cucu Rasulullah itu mengutarakan maksudnya, "Kami ingin selalu mendengar azanmu lagi seperti dulu azanmu untuk Rasulullah di Masjid.”
Hasan dan Husain lalu meminta Bilal ke menara masjid. Kini Bilal telah tegak berdiri di tempatnya yaitu tempat yang dulu, semasa hidup Rasulullah, biasa dipergunakannya untuk mengumandangkan azan.
Ketika Bilal mengumandangkan takbir Allahu Akbar, Allahu Akbar (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar), kota Madinah dibuatnya tersentak, seluruh penduduknya bagaikan baru mendengar laungan kebesaran Allah.
Madinah kian gempar ketika Bilal menggemakan Asyhadu allaa ilaha ilatlah (aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah), mereka seakan dibawa ke alam tauhid yang tinggi.
Dan manakala asyhadu anna Muhammadan Rasulullah (aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah) berkumandang, para wanita pun berduyun-duyun keluar dari masing-masing tempat tinggalnya sambil bertanya-tanya. "Apakah Rasulullah kembali dibangkitkan? Apakah Rasulullah kembali dibangkitkan?"
Saat itu begitu banyak orang, laki-laki dan perempuan yang meratap, menangis tersedu sedan, karena rindu mereka yang mendendam kepada Rasulullah. Inilah peristiwa paling akbar dari ratapan dari umat Islam karena rindu mereka yang membara pada Rasul-Nya.
Begitulah umat-umat Islam saat itu merasakan hangatnya iman dalam jiwanya. Mereka begitu merindukan sosok Rasulullah Saw dan merasakan bagaimana gelora cintanya kepada Allah SWT.
No comments:
Post a Comment