Asal Usul Kabah dan Awal Munculnya Penyimpangan Akidah


Sebagaimana dicatat hikayat yang didokumentasikan Alquran, bahwa Ka'bah yang berbentuk segi empat yang menjadi fokus spiritual umat Islam untuk mendulang kekayaan pengalaman religius itu, bermula dibangun Ibrahim as dan anaknya Ismail.

''Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan (membangun) dasar-dasar (pondasi) Baitullah beserta puteranya Ismail (seraya berdoa), 'Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amal perbuatan kami), sesungguhnya Engkau Mahamendengar lagi Mahamengetahui'.'' (QS 2: 127). 

Dalam riwayat lain, konon Ka'bah dibangun ketika Adam terusir dari surga. Adam teramat nestapa dan puncak kenestapaannya ditelantarankannya dia sehingga tidak bisa lagi melakukan laku spiritual mengikuti langkah ibadah bersama para malaikat mengitari Arsy (singgasana Tuhan). Maka, Tuhan pun menghiburnya dengan diperbolehkannya membuat Ka'bah sebagai tiruan dari Arsy.

Adam pun lalu diperintahkan Tuhan mengelilingi Ka'bah (thawaf): sebentuk cara beribadah menirukan malaikat berputar mengelilingi Arsy. Sudah barangtentu, dalam perjalanan waktu, Ka'bah yang dibangun Ibrahim (atau Adam) itu sebelum terwariskan kepada umat Muhammad SAW mengalami pemugaran dan renovasi beberapa kali. Bahkan juga pernah terjadi penyelewengan fungsi berbanding terbalik secara diametral dengan tujuannya yang hakiki.

Seperti dielaborasi sejarawan terkemuka Abdul Quddus Al Anshari dalam At Tarikhul Mufashshal Li Ka'batil Musyarrafah Qablal Islam (1986), pembangunan Ka'bah kedua dan ketiga yang bersifat penyempurnaan dilakukan kaum Amlaqiah dan Bani Jurhum, dua kabilah berasal dari Yaman yang bermukim di Makkah. Kemudian Ka'bah jatuh dalam genggaman penguasaan Bani Khuza'ah yang berkuasa dalam waktu yang amat panjang (selama 300 tahun). 

Ka'bah terus dirawat, direnovasi dan dijaga. Pada zaman Khuza'ah inilah terjadi penyimpangan akidah itu dari keyakinan tauhid menjadi syirik dengan pelopornya seorang bangsawan Makkah 'Amr ibn Luhaiy al-Azdiy yang telah melakukan perjalanan sampai ke negeri Syam dan di sana menemukan penduduk setempat menyembah berhala.

Penemuan inilah yang dengan gigih didakwahkan kepada masyarakat Makkah, di samping keinginan tersembunyi dengan membawa 'agama' barunya itu hendak memupuk. 

No comments: