Kisah Penderitaan Khabab bin Al Arat
Maulana Zakariyya Al Khandahlawi dalam kitab Fadhilah Amal menuliskan, Khabab bin Al-Arat RA. adalah seorang sahabat yang tubuhnya telah dipenuhi keberkahan, karena ia telah mengalami berbagai ujian dan penderitaan di jalan Allah. Pada masa awal Islam, ia telah masuk Islam ketika baru lima hingga enam orang yang telah menerima Islam.
Karena itulah, cukup lama ia bergelut dalam penderitaan. la pernah dipakaikan baju besi, lalu dibaringkan di bawah terik matahari yang sangat panas. Keringat bercucuran dari tubuhnya. Begitu lama ia disiksa di bawah terik matahari, hingga daging di punggung mengelupas karena panasnya.
Khabab bin Al-Arat adalah budak milik seorang wanita. Ketika tuannya mengetahui bahwa ia sering menjumpai Nabi Muhammad, maka ia menghukumnya dengan menusukkan batang besi panas kepunggung Khabab.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab RA, beliau meminta Khabbab menceritakan kembali, bagaimanapenderitaannya dahulu pada permulaan masuk Islam. Jawabnya, “Lihatlah punggungku ini!”
Umar pun melihat punggungnya. Begitu melihat, beliau berkata, “Saya belum pernah melihat punggung seperti ini.”
Khabbab ra. meneruskan, “Saya telah diseret di atas timbunan bara api yang menyala, sampai lemak dan darah yang mengalir dari punggungku telah memadamkan api tersebut.” Setelah Islam jaya dan pintu-pintu kemenangan telah banyak diraih, Khabab berkata, “Tampaknya Allah SWT telah membalas penderitaan kita. Saya khawatir ini hanya di dunia dan di akhirat nanti, kita tidak mendapatkan balasan apapun.”
Khabbab meriwayatkan, “Suatu ketika Rasulullah SAW mengerjakan shalat lama sekali, tidak seperti biasanya. Lalu ada seorang sahabat bertanya kepada beliau tentang shalatnya itu.
Jawab Nabi saw., “Ini adalah shalat yang penuh dengan harap dan takut. Aku telah mengajukan tiga permintaan kepada Allah SWT. Dua di antaranya telah dikabulkan, dan satunya ditolak. Aku memohon, agar umatku tidak dimusnahkan karena kelaparan, doa ini dikabulkan. Yang kedua, aku meminta agar umatku tidak dihancurkan oleh musuh, dan doa ini pun telah dikabulkan-Nya. Sedangkan yang ketiga, aku meminta agar jangan terjadi perpecahan di antara umatku, tetapi doa ini tidak dikabulkan-Nya.”
Khabbab wafat pada usia 37 tahun. la adalah sahabat yang pertama kali dikuburkan di Kuffah. Setelah wafatnya, Ali RA pernah melewati kuburnya, dan ia berkata, “Ya Allah, rahmatilah Khabbab. Dengan semangatnya ia telah memeluk Islam, dan ia rela menghabiskan waktunya untuk berhijrah, berjihad, dan menerima segala penderitaan serta musibah. Penuh berkahlah, orang yang selalu mengingat hari Kiamat, dan selalu bersiap-siap menerima kitab amalnya pada hari hisab, dan ia jalani kehidupan ini dengan menerima apa adanya, dan ia sangat ridha kepada Tuhannya.”
Maulana Zakariyya menjelaskan soal kisah ini. Menurutnya, sebenarnya, hanya ridha Ilahi-lah yang menjadi tujuan utama para sahabat RA. "Segala sesuatunya dilakukan semata-mata untuk mendapat keridhaan-Nya.
No comments:
Post a Comment