Melihat Makam Penyebar Islam di Nusantara (1)

Makam Fatimah binti Maimun (wafat 1028 M) di Leran, Gresik, Provinsi  Jawa Timur.(Abdul Hadi WM)
Makam Fatimah binti Maimun (wafat 1028 M) di Leran, Gresik, Provinsi Jawa Timur.(Abdul Hadi WM)
Foto: Abdul Hadi WM
Makam penyebar Islam di Nusantara masih bisa ditemukan.

Berwisata tak harus ke pantai, pegunungan yang berhawa sejuk, kebun binatang, atau tempat hiburan lainnya. Berwisata juga bisa dilakukan dengan mengunjungi makam para tokoh dan ulama. Di Indonesia, makam para ulama selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah dan wisatawan.

Di makam tersebut, mereka berdoa dan mengenang perjuangan para tokoh dalam menyebarkan Islam di nusantara. Perjuangan yang panjang dan penuh pengorbanan.

Di Indonesia, banyak terdapat makam-makam tua para penyebar Islam. Berkat merekalah kita bisa mengenal dan memeluk Islam saat ini. Dari mereka pula kita bisa belajar dan meniru semangat dan pengorbanan dalam berdakwah. Tidak ada jalan yang mudah untuk meraih tujuan dan cita-cita besar. Tapi, keteguhan sikap dan pantang menyerah seperti yang diperlihatkan oleh para tokoh dan ulama tersebut akan membuat kita mampu mencapai tujuan yang ingin dicapai. N

Siti Fatimah Binti Maimun


Makam seorang tokoh besar bernama Siti Fatimah binti Maimun berada di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Masjid Malik Ibrahim yang sangat terkenal di Gresik. Di sekeliling makam Siti Fatimah, terdapat sejumlah makam tua lainnya.

Makam ini dikenal sebagai makam Islam yang paling tua di Asia Tenggara. Dia adalah tokoh penyebar Islam di wilayah Giri (Gresik) sebelum kedatangan Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik. Siti Fatimah juga dikenal sebagai Putri Dewi Retno Swari atau Dewi Swara. Ayahnya bernama Maimun yang berasal dari Iran. Sedangkan, ibunya berdarah Aceh bernama Dewi Aminah. Dia diperkirakan lahir pada 1064.

Makam Siti Fatimah cukup unik karena cungkupnya terbuat dari batu putih. Di sekelilingnya terdapat tembok setinggi satu meter. Gapuranya berukuran cukup rendah, sehingga peziarah yang ingin masuk harus menundukkan kepalanya.

No comments: