‘Aisyah, Al-Ifkul Akbar dan Fitnah Keji Syiah
Berbeda dengan mereka ada sebuah kaum yang bukan sekadar menuduh dan memfitnah ‘Aisyah – radhiyallahu ‘anha – , tapi juga mencela, melaknat dan mencaci makinya.
KAUM Muslimin dan Mukminin mencintai, mengistimewakan, mendoakan (dengan ucapan radhiyallahu ‘anha yang berarti semoga Allah meridhoinya), menghormati dan memuliakan ibunda mereka, ‘Aisyah – radhiyallahu ‘anha -. Mereka memperlakukan beliau dengan sangat baik salah satu sebabnya adalah karena mereka yakin akan dan telah merasakan keberkahan beliau.
Berbeda dengan mereka ada sebuah kaum yang bukan sekadar menuduh dan memfitnah ‘Aisyah – radhiyallahu ‘anha – , tapi juga mencela, melaknat dan mencaci makinya.
Berikut sebagian bukti tindakan dan ucapan negatif yang ditujukan kepada beliau – radhiyallahu ‘anha – berdasarkan kitab-kitab mereka:
Aisyah – radhiyallahu ‘anha – adalah seorang perempuan yang (maaf) lemah iman dan lemah akal (Kitab ‘Bihar al Anwar’ karangan Muhammad bin Bagir Al Majlisi).
‘Aisyah dan Hafshah – radhiyallahu ‘anhuma – adalah (maaf) perempuan kafir seperti istri Nabi Nuh as dan istri Nabi Luth as (Kitab ‘Hadits al Ifk’ karangan Pendeta Syi’ah yang menulis banyak kitab pelecehan Rasulullah ﷺ bernama Abu Ja’far Al Kulaini).
Tidak sempurna iman seseorang sebelum ia membenci para sahabat nabi, terutama Abu Bakar, Umar, Utsman, Mu’awiyah, ‘Aisyah, Hafsah, Hindun, dan Ummul Hakam – radhiyallahu ‘anhum -, serta orang-orang yang mengikuti mereka. (Kitab ‘Haqqul Yaqin’ karangan seorang tokoh Syiah Muhammad Bagir Al Majlisi)
Kalimat-kalimat laknat atas Abu Bakar dan Umar, ‘Aisyah dan Hafshah – radhiyallahu ‘anhum – (Kitab ‘Miftahul Jinan’, buku panduan wirid umat Syi’ah).
Rasulullah meninggal dunia karena (maaf) telah diracun oleh ‘Aisyah dan Hafshah – radhiyallahu ‘anhuma – (Tafsir al ‘Ayasyi karangan tokoh Syiah bernama Muhammad Al ‘Ayasyi)
‘Aisyah – radhiyallahu ‘anha – setelah menjadi janda (maaf) berselingkuh dengan seorang sahabat bernama Thalhah – radhiyallahu ‘anhu – dalam perjalanan ke Basrah menjelang terjadinya Perang Jamal (Tafsir al Quumi karangan Ali bin Ibrahim al Quumi).
Para wanita dari kalangan ahlul bait (keluarga Rasulullah ﷺ setara derajatnya dengan wanita Majusi dan (maaf) wanita pelacur (‘Tahdzibul Ahkam’ karangan seorang tokoh Syi’ah bernama Ja’far Ash Shadiq)
Pandangan negatif yang dimiliki dan ucapan negatif yang dilontarkan kaum tersebut merupakan peristiwa dan berita “Al-Ifkul Akbar”, lebih besar daripada peristiwa dan berita Al-Ifk yang terjadi pada masa hidup Rasulullah ﷺ. Lebih besar karena tuduhan dan fitnahnya lebih banyak ragamnya dan ditujukan kepada banyak shohabah Rasulullah, disebarluaskan secara masif melalui berbagai media seperti kitab, buku, bahkan di zaman modern ini dengan video dan internet. Selain itu juga dilakukan secara masif dan oleh para pengikutnya secara turun temurun di seluruh dunia yang jumlahnya tidak sedikit.
Sikap Yang Harus Kaum Mukminin Ambil Kepada ‘Aisyah – radhiyallahu ‘anha –
Allah – Subhanallahu wa ta’ala – telah meridhoi, memuliakan, mengistimewakan, memberkahi dan membela ‘Aisyah – radhiyallahu ‘anha -, membersihkan dirinya dari tuduhan keji sehingga berakhirlah peristiwa Al-Ifk dan terjaga kehormatan Rasul-Nya, namun kaum tersebut tega dengan sengaja menciptakan Al-Ifk jilid baru, bahkan jauh lebih besar.
Sungguh celaka mereka yang tergolong Ahlu atau Ashhabu (orang-orang yang terlibat di dalam) Al-Ifkul Akbar ini, jika mereka tidak mendapatkan hukuman di dunia karena ulah mereka, maka sesungguhnya mereka pasti akan merasakan hukuman yang sangat pedih di akhirat kelak.
Lain halnya dengan mereka yang beriman. Mereka selama-selamanya tidak akan menuduh, mencela, memfitnah, mencacimaki dan melaknat ibunda mereka, ‘Aisyah – radhiyallahu ‘anha -, karena mereka meyakini kebenaran dan mengamalkan Al-Qur’an, khususnya dalam hal ini ayat ke 17 dari surah An-Nuur.
يَعِظُكُمَ اللَّهُ أَنْ تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman.”
Demikian pula mereka tidak akan melakukan hal yang serupa kepada para shohabah dan istri Rasulullah ﷺ lainnya, serta kepada orang-orang beriman lainnya.
Mereka paham bahwa mendzolimi dan menyakiti saudaranya seiman sejatinya sama saja dengan mendzolimi dan menyakiti diri sendiri. Mereka yakin kebenaran dan mengamalkan sabda Nabi ﷺ bahwa kaum Muslimin dan Mukminin dalam saling mencintai, menyayangi dan mengasihi ibarat satu badan, jika salah satu anggota badan merasakan sakit maka seluruh anggota badan pasti akan ikut merasakan sakit, sulit tidur dan demam. (HR. Bukhori, Muslim dan Ahmad)
Maka, kita yang mengaku sebagai orang beriman janganlah ikut-ikutan membenarkan sebuah aliran yang mempunyai ajaran dimana para pengikutnya diajari dan diajak untuk berbuat dan berkata keji kepada para shohabah dan istri Rasulullah yang mulia serta diridhoi, dimuliakan dan dicintai Allah. Serta janganlah ikut-ikutan mendukung “dakwah” dan “syi’ar” aliran tersebut, terutama di bulan Muharrom ini kaum yang bersangkutan ini merayakan satu hari besar mereka.*
Penulis adalah anggota Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Jatim. Tulisan ini pernah dimuat di www.hidayatullah.com Jumat, 20 Oktober 2015 berjudul “‘Aisyah, Wanita Yang Diberkahi dan Al-Ifkul Akbar [3]”. Dimuat ulang untuk kepentingan aktualitas.
No comments:
Post a Comment