Dari Kehidupan Malam ke Terang Cahaya Islam


Setelah itu, ia menyadari bahwa masyarakat Muslim hidup dengan kedisiplinan dan tujuan

Nicole Queen tumbuh besar di pesisir Lousiana, Amerika Serikat hingga berumur 8 tahun. Kemudian, ia dan keluarganya pindah ke sebuah kota kecil di bagian selatan Dallas, Texas. Keluarganya adalah jemaat sebuah gereja baptis fundamental. Kedua kakek-neneknya adalah jemaat yang taat, sehingga membentuk Nicole menjadi pribadi dengan basis agama yang kuat. Sedangkan kedua orangtuanya, sebagaimana kebanyakan orang Amerika, menyebut diri mereka sebagai ‘berpikiran bebas’.

Tak lama kemudian, Nicole menjadi seorang fotografer acara di Dallas. Spesialisasinya adalah memotret di klub-klub malam. Mirip halnya ‘paparazzi’, ia memotret dan menangkap momen para selebriti, artis, dan orang-orang terkenal lainya di pesta-pesta klub malam. Itu adalah kehidupan yang gila, yang mengharuskanya menghabiskan malam di pesta dan menggunakan hampir seluruh waktu siangnya untuk tidur. Bukan sebuah kehidupan yang damai sama sekali.

Nicole merasakan kekosongan pada hidupnya yang dikelilingi oleh orang-orang serakah. Ia merasa perlu mencari kedamaian, sebuah tujuan. Banyak yang mengatakan, ia memiliki kehidupan yang menakjubkan. Tapi ia sama sekali tidak merasa demikian. Orang-orang di sekitarnya tak pernah memikirkan hal yang benar-benar penting. Mereka hidup dalam gelembung sendiri tanpa pernah menengok ke luar. Selama masa kerjanya sebagai seorang fotografer acara itulah, ia menyadari kebutuhannya atas tuhan dalam dirinya.

Nicole berusaha mencari gambaran akan apa yang ia cari. Ia mengalami mimpi buruk di mana ia mencari sesuatu yang tak dapat ia temukan. Di waktu itu, ia telah mengenal beberapa Muslim yang tak benar-benar menjalankan agamanya. Hingga kemudian ia bertemu dengan beberapa teman Muslim yang tidak minum dan tampak berbeda. Saat itulah secara benar, ia mulai berkenalan dengan Islam. Ia menanyai mereka kenapa mereka tak bisa mendatangi tempat tertentu, melakukan hal tertentu, tidak melakukan hal tertentu lainnya. Mereka hanya menjawab, karena mereka adalah Muslim.

Kemudian, setelah sebuah sesi foto, Nicole bertemu dengan Hassan, suaminya di masa mendatang. Hassan kala itu, sama sepertinya, sedang dalam pencarian jiwa. Mereka kemudian segera terikat karena kesamaan tersebut. Hassan dilahirkan dalam Islam, dan tumbuh tanpa benar-benar menjalankan agamanya. Hassan kemudian menyarankan kepada Nicole untuk mempelajari Islam. Setelah itu, ia menyadari bahwa masyarakat Muslim hidup dengan kedisiplinan dan tujuan. Mereka berada di tengah orang-orang dan mengatakan, “Kalian minum, berpesta, dan berpakaian seperti ini, tapi tidak dengan kami”.

Setelah mulai mempelajari Islam, Nicole menjadi kecanduan akannya. Ia bisa begadang semalaman menonton berbagai video Youtube, khususnya milik Yusuf Estes. Semakin ia mempelajari Islam, semakin yakin pula ia bahwa inilah yang ia butuhkan. Ia membutuhkan sesuatu yang kuat untuk menyatakan padanya, “Kau harus menghentikan kehidupan gila ini jika menginginkan sebuah tujuan yang lebih’. Setelah itu, ia memeluk Islam. Masa itu terasa seperti transisi yang panjang bagaikan rollercoaster. Banyak hal yang berlangsung tiba-tiba dan terasa bagai keburaman yang besar baginya.

Sekarang, ketika ia melihat ke belakang, Nicole yakin telah mengambil langkah-langkah dan perubahan yang baik. Satu langkah yang ia butuhkan kala itu adalah mengetahui tentang pondasi, pilar-pilar, dan sistem keimanan dasar. Yang meyakinkanya hal-hal tersebut adalah hal yang bisa ia percayai. Pada April 2007, ia secara resmi menerima Islam dan mengucapkan syahadat. Sejak itu, ia bertransformasi dan mulai mengenakan hijab. Saat ini, Nicole bersama suaminya, Hassan, hidup dalam kesibukan kerja di jantung kota Dallas sebagai sebuah keluarga Muslim.* Fida’ Ahmad S

No comments: