Hadapi Covid-19, Tingkatkan Imunitas dengan Shalat Tahajud



Yang rutin menjalankan shalat tahajud secara kontinyu dan ikhlas memiliki kadar hormon kortisol yang relatif rendah.

SAMPAI hari ini para dokter dan ahli farmasi belum menemukan obat untuk mengobati pasien yang terjangkit virus Covid-19.

Bahkan penyakit influenza atau flu yang selama ini biasa menjangkiti masyarakat juga belum ditemukan obatnya.

“Adapun obat influenza yang banyak beredar saat ini hanya untuk meredakan gejalanya, seperti pilek, bersin, batuk, dan demam. Bukan untuk membunuh virus penyebab sakit influenza,” kata dokter E. Nugroho dalam penjelasannya di saluran YouTube.

Maka satu-satunya jalan yang bisa ditempuh saat ini adalah mengandalkan kemampuan tubuh untuk melakukan penyembuhan sendiri (self healing).

Allah Yang Maha Pencipta telah menciptakan makhluk-Nya sekaligus melengkapi ciptaan-Nya itu dengan fungsi fisiologi yang sangat canggih berupa sistem imunitas (kekebalan tubuh)  serta peremajaan sel dan jaringan.

Tengoklah kulit Anda. Sepanjang hidup Anda mungkin telah puluhan, ratusan, atau bahkan telah ribuan kali mengalami luka yang besar maupun yang kecil. Jika sempat, luka itu Anda beri obat hingga sembuh. Tapi mungkin ada saatnya Anda tidak sempat membubuhkan obat pada luka tersebut, kemudian luka tersebut berangsur-angsur kering, dan akhirnya Anda pun sembuh.

Ketika kulit Anda tergores benda tajam, maka ada bagian kulit Anda yang robek. Namun ketika Anda sedang meringis keperihan, jaringan kulit sudah beraksi melakukan langkah-langkah penyembuhan. Pertama, otot polos yang mengelilingi sel endotel pada pembuluh darah berkonstruksi dan mempersempit jalur yang dilalui darah.

Kedua, trombosit dan fibrin melakukan sumbatan terhadap pembuluh darah yang terluka.

Selanjutnya terjadi koagulasi (pembekuan darah) pada bagian luka. Dan seterusnya sampai kondisi kulit menjadi pulih seperti semula.

Namun kemampuan untuk melakukan self healing itu tergantung pada imunitas seseorang. Jika imunitasnya baik, maka dia dapat mengalahkan kuman yg masuk ke tubuhnya. Sebaliknya, jika imunitasnya rendah, dia kalah oleh serbuan kuman yang masuk ke tubuhnya.

“Tidak ada di dunia ini yang lebih hebat (menangkal virus Corona), lebih bagus, kecuali imunitas tubuh kita sendiri,” kata Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, seperti dikutip Kompas (3/3/2020).

Terawan juga menjelaskan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya asupan makanan, istirahat yang cukup, serta menerapkan gerakan hidup sehat.

Tak hanya fisik, kondisi fikiran juga harus positif. Ia meminta masyarakat tak cemas berlebihan, karena kecemasan dapat menurunkan imunitas tubuh.

Kortisol, Hormon Stres

Dalam dunia kedokteran diketahui bahwa pada orang yang merasa stres, terancam, atau cemas, bagian otaknya akan menyalakan alarm tubuh, yang kemudian memicu kelenjar adrenalin mengeluarkan hormon adrenalin dan hormon kortisol.

Hormon adrenalin akan meningkatkan detak jantung, sedangkan hormon kortisol yang dikenal sebagai hormon stres akan meningkatkan gula dalam darah.

Masalahnya, hormon kortisol juga memiliki efek metabolik terhadap beragam jaringan dan organ tubuh, termasuk sistem kardiovaskular, sistem syaraf pusat, sistem renal (ginjal), jaringan tulang, serta sistem imunitas.

Hormon kortisol diketahui memiliki efek mengurangi pergerakan leukosit (sel darah putih) pada area infeksi, sehingga mengurangi kemampuan leukosit untuk mengalahkan kuman yang masuk ke dalam tubuh.

Kortisol juga diketahui menurunkan tingkat proliferasi (perbanyakan) sel imunitas lainnya, seperti mastofit, neutrofil, eosinofil, limfosit (sel T dan sel B), dan fibroblas.

Akibatnya, kemampuan seseorang untuk melumpuhkan musuh yang masuk ke tubuhnya menjadi berkurang, sehingga akhirnya kalah dalam perang melawan kuman.

Terapi Shalat Tahajud

Dr. Moh. Sholeh dalam disertasinya yang berjudul “Pengaruh Shalat Tahajud terhadap Peningkatan Ketahanan Tubuh Imunologik, Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi”, mengungkapkan penemuan ilmiahnya bahwa shalat tahajud dapat menjadi salah satu terapi untuk meningkatkan imunitas tubuh.

Dari penelitian yang dilakukan Dr. Sholeh pada para santri Pesantren Hidayatullah Surabaya, didapat hasil, bahwa santri yang rutin menjalankan shalat tahajud secara kontinyu dan ikhlas memiliki kadar hormon kortisol yang relatif rendah.

Penelitiannya juga menemukan hasil bahwa penurunan hormon kortisol tersebut diikuti dengan peningkatan jumlah sel imun, mencakup limfosit, eosinofil, neutrofil, monosit, dan IgA.

Dengan demikian, “pasukan pertahanan” dalam tubuhnya lebih handal dalam mengalahkan “pasukan musuh” yang masuk ke dalam tubuh.

Hasil penelitian Dr. Sholeh ini selaras dengan Hadits Rasulullah Muhammad Saw, “Hendaklah kalian melakukan qiyamullail  (shalat tahajud), karena  qiyamullail adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, dan sesungguhnya qiyamullail mendekatkan kepada Allah,  menghalangi dari dosa, menghapus kesalahan, dan menghindarkan badan dari penyakit.” (Riwayat Tirmidzi).

Demikian banyak manfaat shalat Tahajud. Salah satunya adalah manfaat kesehatan berupa imunitas terhadap penyakit. Tentunya hal ini berlaku bagi orang yang ikhlas dan kontinyu dalam menjalankan shalat sunnah ini.

Mengingat bulan Ramadhan sudah hampir tiba, mari kita tingkatkan amal ibadah kita, termasuk menjalankan shalat malam (Shalat Tahajud dan Tarawih).

Semoga dengan menjalankannya secara ikhlas, Allah memberikan pahala, kemuliaan, dan kesehatan kepada kita semua.* Saiful Hamiwanto

No comments: