Hubungan Puasa dengan Imunitas Tubuh

Jelaslah bahwa puasa secara umum sangat berpengaruh pada kesehatan manusia Hubungan Puasa dengan Imunitas Tubuh

Mahmud Budi Setiawan

Ibadah puasa mengandung banyak faedah. Ini dikuatkan dengan firman Allah Ta’ala:
وَأَن تَصُومُواْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 5)
Kata lebih baik di sini, kalau penulis tadabburi, bukan saja menunjukkan puasa lebih baik daripada tidak puasa. Lebih dari itu, mengandung kebaikan-kebaikan yang banyak termasuk di dalamnya masalah kesehatan.
Dalam hadits riwayat Abu Hurairah disebutkan:
صُوْمُوْا تَصِحُّوْا
“Berpuasalah kalian, niscaya anak sehat.” (HR. Abi Nu’aim, Thabrany). Meski hadits ini lemah karena ada rawi yang bernama Zuhair, namun secara makna tidak terbantahkan bahwa puasa bisa menyehatkan badan.
Termasuk dengan masalah kesehatan, puasa bisa membantu memperkuat imunitas tubuh. Pada tahun 2003, Dr. Ahmad Zainuri, dr., Sp.P, selama bulan puasa mengadakan penelitian dalam di Sekolah Tinggi Agama Islam Lukmanul Hakim (STAIL) Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya.
Saat itu, responden penelitiannya adalah mahasiswa. Dari hasil penelitiannya, terbukti bahwa puasa bisa meningkankan potensi responsivitas limfosit, yaitu sel yang berfungsi mengatur irama sistem imunitas (kekebaln tubuh).
Dengan kata lain, orang yang berpuasa –dalam kondisi normal, bukan orang yang sedang sakit– tidak akan mudah terkena penyakit. Dari hasil penelitian itu, terbukti bahwa pada akhir puasa mahasiswa yang diteliti limfosit (sel darah putih) mereka meningkat. Artinya kekebalan tubuh mereka meningkat (Gayatri, 99 Fakta Menakjubkan Al-Qur`an, 190).
Pada situs berbahasa Arab ABBCew, diungkap penelitan senada. Penelitan terbaru di Amerika menunjukkan bahwa puasa selama 8 hari bisa membantu memperbaruo sel-sel kekebalan tubuh. Rupanya ini juga didukung oleh penemuan modern yang menyatakan bahwa puasa bisa berpengaruh besar dalam imunitas tubuh.
Penilitan lain juga pernah dilakukan oleh Dr. Ahmad al-Qadhi bersama Dr. Riyadh al-Bibabi melakukan penelitian di laboratorium Amerika terhadap sukarelawan yang berpuasa selama bulan Ramadhan.
Mereka menjalani pemeriksaan rutin sebelum, selama dan sesudah berpuasa. Yang diperiksa meliputi, tingkat protein lemak (lipoproteins), peforma sistem kekebalan tubuh dan jumlah zat antibodi dalam darah.
Ternyata hasilnya cukup signifikan bagi sistem kekebalan tubuh. Indikator sel-sele getah(lymphocytes) membaik sepuluh kali lipat. (Dr. Abdul Jawwad ash-Shawi, Terapi Puasa, 83, 84)
Penelitian-penelitian itu menunjukkan bahwa puasa memiliki faidah yang sangat besar dalam kesehatan. Sekarang kita akan urai kaitan puasa dengan prinsip-prinsip kesehatannya.
Pertama, orang berpuasa adalah mengendalikan diri. Ini sesuai dengan prinsip kesehatan dalam Islam yang melarang makan dan minum secara berlebihan. Allah berfirman:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Dan makan dan minumlah kalin, dan janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf [7]: 31)
Banyak sekali penyakit yang timbul akibat ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan diri dalam urusan makan dan minuman. Ketika orang berpuasa, maka keseimbangan ini akan tetap terjaga, dan dalam waktu yang sama telah melakukan prinsip-prinsip kesehatan.
Kedua, ketika orang berpuasa, berarti mengistirahatkan sementara peran-peran dalam tubuh seperti pencernaan dan semacamnya. Hal ini berguna bagi kesehatan. Karena itulah, Nabi pernah bersabda:
مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ. بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
“Manusia tidak memenuhi wadah yang buruk melebihi perut, cukup bagi manusia beberapa suapan yang menegakkan tulang punggungnya, bila tidak bisa maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya dan sepertiga untuk nafasnya.” (HR. Tirmidzi)
Hadits ini sangat selaras dengan prinsip puasa. Kata kuncinya adalah pengendalian diri. Tidak semua makanan dan minuman yang lezat itu harus dimasukkan seketika, karena itu justru berbahaya bagi perut. Bukankah, banyak sekali penyakit akibat pencernaan kurang bagus? Di sini Rasulullah ﷺ mengisyaratkan prinsip kesehatan dan itu terkandung dalam syariat puasa.
Ketiga, puasa mengajarkan agar dalam makan atau mengkonsumsi sesuatu harus pada titik seimbangnya. Ini sesuai dengan riwayat:
نَحْنُ قَوْمٌ لاَ نَأْكُلُ حَتَّى نَجُوْعَ، وَإِذَا أَكَلْنَا لاَ نَشْبَع
“Kami adalah kaum yang tidak makan sampai lapar, dan apabila kami makan, tidak sampai kenyang.” Hadits ini menurut catatan Syekh bin Baz terkati tentang utusan yang dikirim kepada Nabi.
Meski haditsnya lemah, tapi secara makna shahih (benar). Maksud hadits ini adalah seimbang dan pertengahan dalam urusan makan. Lebih lengkapnya bisa dibaca dalam kitab Zaadul Ma’aad karya Ibnu Qayyim dan al-Bidaayah wa an-Nihayah karya Ibnu Katsir.
Keempat, puasa sebagai perisai atau tameng bagi ruh dan badan. Nabi bersabda:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ
“Puasa adalah perisa (tameng).” (HR. Bukhari) Yang dimaksud dengan perisai di sini adalah puasa bisa menjadi pelindung atau proteksi dari berbagai penyakit baik itu hati maupun badan. Puasa juga sangat besar pengaruhnya dalam menjaga kesehatan para pelakunya. (Yusri Sayyid Muhammad, Jaami’u al-Fiqh: III/86)
Dari beberapa keterangan tadi, jelaslah bahwa puasa secara umum sangat berpengaruh pada kesehatan manusia. Demikian juga masuk di dalamnya imunitas tubuh. Dengan berpuasa, insya Allah imunitas tubuh akan bertambah kuat dan terproteksi dari berbagai penyakit. Wallahu a’lam.*

No comments: