Islamisasi Nusantara tak Lepas dari Seni, Rebana Medianya
Kesuksesan penyebaran ajaran agama Islam tak terlepas dari peran para ulama yang menggunakan kesenian sebagai media dakwah.
Di dalam kesenian tersebut banyak terdapat alat-alat musik bernuansa Islam, salah satunya, yaitu rebana. Alat perkusi inilah yang akan digali lebih dalam dalam tulisan ini. Rebana atau yang dikenal juga dengan tamborin ini merupakan alat musik yang sudah tidak asing lagi di Indonesia, khususnya bagi masyarakat yang beragama Islam.
Menurut Ensiklopedi Islam Jilid 3, secara bahasa, rebana berasal dari kata Arab, yaitu rabbana yang berarti "Tuhan kami." Pengertian tersebut menunjukkan bahwa alat ini biasa digunakan untuk menyerukan nama Allah SWT dalam bentuk doa-doa dan pujian yang dilantunkan. Tidak hanya itu, rebana juga juga digunakan untuk menyerukan nama Rasulullah SAW.
Secara istilah, rebana adalah sejenis alat kesenian tradisional yang terbuat dari kayu, dibuat dalam bentuk lingkaran dan di tengah-tengahnya dilubangi. Kemudian di tempat yang dilubangi itu ditempeli kulit binatang, biasanya kulit kambing yang telah dibersihkan bulu-bulunya.
Biasanya rebana sering digunakan dalam kegiatan-kegiatan yang bernapaskan Islam dan banyak dipengaruhi budaya Timur Tengah. Selain itu, rebana juga mempunyai sebutan berbeda-beda di setiap negara. Seperti di Mesir, Irak, Suriah, dan di negara-negara Arab lainnya, rebana disebut dengan riq. Di Rusia, Ukrania, Slovia, Cekoslovakia dan Polandia alat musik perkusi ini disebut dengan istilah buben.
Di Balkan, Persia, dan di negara-negara Asia Tengah rebana juga disebut dengan dajre. Kemudian, masyarakat India Selatan menyebut rebana dengan sebutan kanjira. Tetapi, walaupun berbeda-beda, semua istilah tersebut sama-sama diterima sebagai instrumen perkusi, yang memiliki fungsi utama menjaga ritme dalam suatu karya musik.
Pukulan tangan pada alat musik rebana akan dapat menimbulkan bunyi yang enak didengar. Alat musik ini digunakan dengan cara memukul tubuh kulitnya atau mengguncangkan lempengan-lempengan logamnya atau memukul bagian dari tubuh kulitnya sambil mengguncangkan untuk mendapatkan keduanya secara simultan.
Namun, perlu ditegaskan kembali bahwa untuk menggunakan alat ini barangkali harus sesuai dengan fungsi pertama kalinya, yaitu sebagai instrumen dalam menyanyikan lagu-lagu keagamaan berupa pujian terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya, shalawat, syair-syair Arab, dan lain-lain.
Dalam sejarahnya, rebana pertama kali muncul pada abad ke-6 Mesehi saat Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah. Saat itu, mereka menyambut Rasulullah SAW dengan rebana sambil bersyair. Salah satu syair yang dilantunkan saat itu adalah syair yang artinya, "Purnama telah terbit di atas kami, dari arah Tsaniyatul Wada'. Kita wajib mengucap syukur, dengan doa kepada Allah semata."
Hingga saat ini, para pencinta Nabi Muhammad SAW semakin hari semakin bertambah rasa dan cinta mereka kepada beliau. Dengan menggunakan rebana dan syair, mereka semakin mengenal sosok manusia yang paling dimuliakan Allah SWT tersebut.
Di Indonesia, rebana pertama kali diperkenalkan oleh Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi pada abad ke-13 Masehi. Pada awal masuknya Islam ke Indonesia tersebut, Habib Ali menggunakan rebana dalam rangka misi dakwah menyebarkan agama Islam. Ia memperkenalkan rebana dan kasidah dengan cara mendirikan majelis shalawat sebagai sarana kecintaan terhadap Rasulullah SAW.
Majelis tersebut kemudian banyak yang menyebar ke daerah Kalimantan dan Jawa. Dalam menyebarkan agama Islam, Habib Ali juga mengarang sebuah buku berjudul Simthu Al-Durar yang memuat kisah perjalanan hidup Rasulullah SAW. Di dalamnya juga terdapat bacaan shalawat-shalawat sehingga kitab itulah yang sering kali dibaca dan diiringi dengan alat musik rebana saat memperingati acara Maulid Nabi SAW.
Sejak saat itu, rebana juga mulai menyebar dan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia, terutama dalam kesenian musik hadrah dan kasidah. Kedua kesenian musik itu menjadi media dakwah Islam dan sebagai hiburan dalam acara peringatan hari-hari besar Islam.
Dewasa ini rebana sering digunakan oleh kelompok vokal seperti halnya grup nasyid. Rebana digunakan untuk mengiringi mereka dalam menyanyikan syair-syair Arab. Dalam perkembangannya di Indonesia, rebana juga berkembang menjadi banyak jenis. Setiap jenis rebana biasanya merupakan ciri khas dari kultur budaya daerah tertentu. Jenis alat rebana yang paling umum di antaranya adalah rebana banjar, reban biang, jidor, kompang marawis, samarah, dan hadrah.
No comments:
Post a Comment