Jangan Ada Jarak dengan Dakwah
Hanum Hanindita
Maka dalam moment Ramadhan kali ini, khususnya bagi para pengemban dakwah, jangan sampai terlarut diri dalam keadaan menjadi korban.
RAMADHAN sudah berjalan beberapa waktu. Tidak seperti Ramadhan biasanya yang begitu terasa meriah dan megah. Tahun ini bisa dikatakan Ramadhan yang terasa sunyi dan sepi bagi kaum Muslim. Pandemi virus yang meyelimuti seluruh wilayah Indonesia memang begitu terasa bagaikan “mimpi”.
Rasanya belum lama virus itu masih berada di negeri nun jauh di sana. Tapi hanya dalam hitungan bulan kini sudah merata di negeri Zamrud Khatulistiwa. Sayangnya memang ini bukanlah mimpi, ini adalah kenyataan yang harus dihadapi oleh seluruh manusia yang ada di muka bumi.
Maka sejak beberapa bulan belakangan kehidupan telah berubah dengan begitu cepatnya. Keramaian yang biasa kita lihat di berbagai sudut kota mulai memudar, hiruk pikuk kesibukan perkotaan perlahan berkurang, masyarakat pun mengunci diri di dalam rumah masing-masing. Kita diminta oleh pemerintah untuk menjalankan social distancing (menjaga jarak sosial) dan menjaga jarak fisik (physical distancing) guna memutus mata rantai penyebaran virus.
Pemerintah sibuk mencari solusi untuk mengakhiri wabah ini, tetapi Allah yang punya virus tersebut belum mau membuatnya berhenti. Seandainya para pemimpin ini mau menyadari bahwa solusi yang Allah inginkan bukanlah sekedar solusi “tanpa hati”.
Hal ini pun masih terus berlangsung hingga Ramadhan tahun ini. Masjid-masjid kini sepi karena membatasi sholat berjama’ah, bahkan banyak masjid yang tutup. Praktis ibadah tarawih, tahajud, buka dan sahur bersama tidak akan bisa ditemui seperti tahun-tahun sebelumnya. Bila biasanya Kita bisa menemukan kajian di tempat manapun, bisa mengunjunginya dengan bebas, kini pun menjadi terbatas.
Kemeriahan dagangan ta’jil di sore hari yang biasanya menjadi moment bagi warga untuk berburu makanan berbuka puasa juga hampir tidak terlihat lagi.
Beruntungnya kita sebagai umat Islam yang punya Iman. Agama Kita mengajarkan bahwa apapun yang terjadi pada manusia dan kehidupan ini adalah yang terbaik. Ketika mendapatkan kebahagiaan maka harus bersyukur, itu adalah baik baginya. Namun, jika mendapat kesedihan, maka harus bersabar, itu pun menjadi baik baginya. Maka sudah selayaknya sebagai seorang Muslim, Kita harus memandang bahwa ada kebaikan yang telah Allah persiapkan dengan datangnya skenario wabah virus. Adanya ketakutan, kekhawatiran, kesedihan, kepanikan semuanya adalah wajar dialami oleh manusia, ketika berada dalam kondisi yang tidak nyaman. Namun harus selalu diingat bahwa Kita tidak pernah tahu akhir yang Allah rencanakan dari setiap jalan Qodho yang dikehendaki Nya.
Bersabar di sini pun bukan berarti kita berdiam diri pasrah menerima nasib. Kita tahu bahwa setiap ujian yang Allah berikan mengandung peringatan dan pelajaran untuk umat manusia. Kejadian wabah yang menimpa sekitar 200 negara di dunia ini sudah pasti menuntut umat manusia untuk bercermin, mencari pelajaran yang ada, tidak mengulangi kembali kesalahan dan segera mencari solusi yang tuntas untuk mengakhirinya.
Dengan adanya wabah ini seharusnya kita semakin mendekatkan diri kepada Allah dan bertaubat kepada Nya. Kerusakan, kelalaian, kezoliman yang banyak sekali dilakukan oleh tangan-tangan manusia menyebabkan kondisi wabah semakin parah. Allah meminta Kita kembali pada Nya, kembali tunduk dan taat kepada Nya, kembali menggunakan aturan dari Nya sebagai satu-satunya problem solving dalam kehidupan.
Maka dalam moment Ramadhan kali ini, khususnya bagi para pengemban dakwah, jangan sampai terlarut diri dalam keadaan menjadi korban. Sekalipun faktanya memang benar, kita adalah korban dari sistem penanganan pandemi yang tidak tepat. Perkuatlah diri dan keluarga dengan amunisi iman yang kokoh dan menghujam di dada. Isilah rumah kita dengan cahaya amal sholih.
Namun, jangan pernah lupa juga, di pundak kita ada amanah lain yang kita pikul. Menyeru dan menyadarkan manusia agar kembali pada jalan Nya, menerapkan hukum-hukum Nya. Tidak ada alasan untuk terus larut dalam kesedihan dan ketidakberdayaan. Jarak yang saat ini kita hadapi tidak boleh menjadi batu sandungan untuk menghentikan langkah dakwah. Jangan berikan jarak pada dakwah. Justru harus semakin mendekat erat.
Lakukan segara langkah-langkah dakwah dan tangkaplah setiap kesempatan yang ada untuk merangkul semua lapisan umat. Kemajuan teknologi yang ada kita jadikan sebagai sarana dalam menyambung pemahaman umat dan membangun kesadaran di tengah-tengah mereka. Badan boleh berjarak, tetapi pemikiran dan perasaan harus tertaut ke umat. Mereka sedang menanti kita. Mereka butuh kita.
إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS: At – Talaq : 3). Wallahu’alam bissowab.*
Penulis adalah guru Sekolah Tahfizh Plus Khoiru Ummah Kranggan
No comments:
Post a Comment