Mengenal Muadzin Masjid al-Aqsha yang Melanjutkan Tradisi Keluarga selama 500 Tahun

"Pada akhirnya muadzin memanggil orang untuk shalat, tetapi bagian yang lebih indah adalah dia meninggalkan dampak pada relung jiwa mereka." Mengenal Muadzin Masjid al-Aqsha yang Melanjutkan Tradisi Keluarga selama 500 Tahun Ketika matahari mulai menyinari Jerusalem (Baitul Maqdis), suara Firas al-Qazzaz bergema di kota tua pada waktu fajar di Masjid Al-Aqsha. Qazzaz adalah anggota terbaru keluarganya yang lebih dari 500 tahun yang lalu melantunkan suara azan dari menara di Masjid Al-Aqsha, tempat paling suci ketiga dalam Islam.
“Ketika kita ingin memanggil orang-orang untuk bangun dari tidur mereka, panggil mereka dengan lembut,” kata Qazzaz, menjelaskan bahwa ada lima nada sesuai dengan shalat lima jam.
Meskipun masjid ditutup karena wabah pandemi Covid-19 dan tidak ada jamaah, panggilan suara adzan Qazzaz tetap merdu tanpa gangguan klakson mobil dan sebagainya. Qazzaz yang berusia 32 tahun adalah muazin termuda yang melantunkan adzan di Masjid Al-Aqsha.
“Ini merupakan penghargaan dari Allah bahwa keluarga ini telah diberkati dengan suara yang indah untuk melantunkan adzan di Masjid Al-Aqsha,” katanya kepada AFP.
Nenek moyang Qazzaz beremigrasi dari Hijaz di Arab Saudi untuk memikul tanggung jawab sebagai muadzin masjid pada abad ke-15. Sejak itu keluarga telah mewarisi tanggung jawab itu selama beberapa generasi.
Bahkan, ayahnya memegang posisi prestisius selama lebih dari 40 tahun, yang juga merupakan impian Qazzaz. Pada usia 14, Qazzaz meminta izin ayahnya untuk melantunkan panggilan adzan.
“Cuaca sangat dingin dan bersalju, saya khawatir jika ada yang mendengarnya dan tidak senang karena penghormatanya pada Al-Aqsha. Tidak mudah untuk berhenti dan membaca dan melantunkan panggilan itu, “ katanya. “Kepala Waqf bertanya, siapa yang melantunkan adzan tadi dan ayahnya bilang bahwa itu aku. Dia memuji suaranya tetapi mengatakan masih lemah.”
Untuk mengasah bakatnya, ia menghadiri pelatihan di sebuah lembaga swasta di Yerusalem sebelum menghabiskan satu tahun di Masjid Al Azhar, Kairo. Dia belajar dari seorang guru Mesir, Syeikh Mohammad al-Misri.

Qazzaz mengatakan seniman Arab paling terkenal mulai dengan membaca Al-Quran. Ia menyebut penyanyi, Umm Kulsum – musisi Arab paling terkenal dalam sejarah.
“Banyak seniman Arab terkenal mulai dengan membaca Al-Quran suci. Umm Kulthum, dia mulai dengan membaca Al-Quran. Sabah Fakhry (penyanyi terkenal Suriah) adalah muadzin di masjid,” katanya. “Akan mudah bagi saya untuk bernyanyi, tetapi seorang penyanyi akan merasa sangat sulit untuk memanggil adzan. Itu tidak mudah karena Al-Quran ada doa, tata bahasa,” tambahnya.
Qazzaz adalah yang termuda dari setengah lusin muadzin yang mendapat giliran, memberi mereka waktu untuk mengistirahatkan suara mereka.
Di pasar kota-kota besar Arab, kaset atau CD panggilan untuk shalat masih dapat ditemukan. Namun dengan perkembangan jaringan seluler dan internet berkecepatan tinggi, banyak yang beralih ke YouTube untuk mendengarkan muadzin dan membedah gaya dan pengaruh mereka.
“Semuanya ada di YouTube,” kata Qazzaz, berbicara dengan tenang dalam bahasa Arab klasik. “Saya mendengarkan banyak (muadzin) tetapi tidak dikenal banyak orang – hanya mereka yang memiliki suara kuat yang dapat memengaruhi orang.”
Qazzaz, yang memiliki anak perempuan berusia lima tahun, mengatakan bahwa jika dia memiliki seorang putra, dia akan berharap anak lelaki itu akan mengikuti jejaknya.
“Pada akhirnya muadzin memanggil orang untuk shalat, tetapi bagian yang lebih indah adalah dia meninggalkan dampak pada relung jiwa mereka.”
Selama lebih dari sebulan, muadzin dari kota-kota besar Arab telah mendesak umat beriman untuk tetap tinggal di rumah guna mencegah penyebaran virus corona di masjid-masjid.
“Kami memohon pada Allah untuk segera mengakhiri bencana ini, pandemi ini, dan untuk kembali tenang selama bulan Ramadhan. Dengan harapan bahwa Masjid Al-Aqsha dan tempat-tempat ibadah lainnya akan dapat dibuka kembali,” kata Qazzaz .
“Bagiku sebagai muadzin, ketika aku mengatakan pada akhirnya harus melantunkan ‘shalatlah di rumahmu’, itu sangat menghancurkan hatiku,” ujarnya.*

No comments: