Menghidupkan Malam Sepanjang Ramadhan
Dengan uraian di atas kita dapat tarik sebuah kesimpulan tegas bahwa umat Islam kala menghadapi situasi sulit, langkah paling efektif adalah berusaha untuk bisa bangun malam, Tahajjud
SEBAGAI bulan ampunan, Ramadhan memberikan isyarat penting bahwa malam hari adalah momentum bagi ruh manusia untuk mendapat kekuatan spiritual terbaik. Oleh karena itu dalam Alquran secara eksplisit ada perintah untuk bangun di tengah malam mendirikan sholat.
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ (١) قُمِ اللَّيْلَ إِلا قَلِيلا (٢) نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلا (٣) أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلا (٤)
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sholat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu)seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan, bacalah Alquran itu secara perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzzammil [73]: 1 -4).
Ibrahim An-Nakha’i yang dikutip oleh Ibn Katsir, menjelaskan bahwa “Ayat ini turun ketika beliau masih berselimutkan beludru.” Namun, substansinya sebenarnya adalah mengapa Nabi ﷺ berselimut itu lebih menarik diketahui.
Sebagian mufassir menyebutkan itu karena sikap pembesar Quraisy yang mendustakan Nabi ﷺ kemudian memfitnah dengan beragam fitnah keji, seperti pendusta, tukang sihir, orang gila, dan lain sebagainya.
Maka dari itu, untuk mengatasi perasaan sedih, berat, dan tidak ada jalan kemenangan, Allah perintahkan Malaikat Jibril datang membawakan surah ini agar beliau bangkit di malam hari, tempa mental, ruh, dan spiritual dengan sholat di malam hari. Karena itulah syarat penting untuk bisa menghadapi situasi sulit dan penuh ancaman.
Dalam tafsir Fi Zhilalil Quran Sayyid Qutb menjelaskan bahwa ayat-ayat itu merupakan bekal penting untuk orang yang akan mengemban tugas mulia, luhur, nan tidak ringan, sehingga sejak awal Nabi diperintahkan untuk menjauhkan diri dari tidur dan berselimut, berhangat-hangat, agar bangkit untuk berjihad, berjuang, dan menghadapi kesulitan-kesulitan.
Sisi lain, menurut Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, bangun malam adalah cara efektif, waktu terbaik beribadah kepada Allah, karena pada waktu malam gangguan sangat sedikit. Malam adalah hening, keheningan malam berpengaruh pula kepada keheningan pikiran.
Dengan demikian, bangun di tengah malam jika kita peras dapat dilakukan oleh orang yang benar-benar butuh pertolongan dan perlindungan Allah. Tidak mungkin orang akan sengaja berencana bangun di mala hari kalau dia tidak punya cita-cita besar, tidak berhadapan dengan kesulitan besar, dan dia ingin Allah turun tangan membantu dan memberikan pertolongan.
Pada saat yang sama, bangun untuk Tahajjud di malam hari hanya akan dilakukan oleh orang-orang yang mencintai ilmu, sehingga ada kerinduan yang mendalam membaca Alquran secara tartil di tengah malam, agar mendapatkan inspirasi-inspirasi Ilahiyah dan aktivitas dakwahnya mendapatkan pertolongan dari Allah Ta’ala. Karena mendakwahkan Islam bukan kecerdasan semata yang dibutuhkan, tetapi pertolongan Allah semata.
Di sisi yang lain, orang yang bangun malam adalah orang yang siang harinya ingin menjadi manusia yang bermanfaat, produktif, dan menghasilkan banyak maslahat. Oleh karena itu, benar ungkapan yang mengatakan bahwa paginya orang beriman itu adalah tengah malam, saat manusia terlelap, ia sudah bangun untuk menghadap Allah Ta’ala dengan sholat Tahajjud.
Pada akhirnya, Rasulullah ﷺ menjadi sosok yang sangat senang bertemu Allah melalui sholat malam. Tentu saja karena memang ada alasan mendasar, hal itu sangat beliau butuhkan. Sampai-sampai beliau ﷺ sholat malam hingga kakinya bengkak.
Aisyah pun bertanya kepada Rasulullah ﷺ, mengapa suaminya shalat malam hingga kakinya bengkak. Bukankah Allah SWT telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang dulu maupun yang akan datang? Rasulullah ﷺ menjawab, “Tidak bolehkah aku menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur?” (HR Bukhari Muslim).
Rasulullah ﷺ tidak pernah melewati malam, kecuali dengan mendirikan sholat Tahajjud. Sekalipun beliau ﷺ sakit, sholat malam tetap dikerjakan dengan duduk. Hal ini menandakan bahwa sholat Tahajjud amatlah utama, bahkan disebut oleh Nabi ﷺ sholat yang utama setelah sholat fardhu adalah Tahajjud.
Solusi Hadapi Pandemi
Dengan uraian di atas kita dapat tarik sebuah kesimpulan tegas bahwa umat Islam kala menghadapi situasi sulit, langkah paling efektif adalah berusaha untuk bisa bangun malam, Tahajjud. Secara historis, sholat ini memang diperintahkan Allah kepada Nabi Muhammad ﷺ kala beliau merasa hidup dan tantangan dakwah teramat berat.
Dengan kata lain, kini saat pandemi seperti ini, selain aktif membangun narasi dan edukasi ke masyarakat, Tahajjud harus dilakukan, sebab cara inilah paling efektif untuk menjadikan mental kita sehat, optimisme terpelihara, dan kerelaan berjuang hadir dalam jiwa.
Syaikh Ali Jaber dalam salah satu taushiyahnya perihal Tahajjud ini mengatakan, “Selama Anda sholat malam, demi Allah tidak akan ada masalah (rumit) dalam hidup Anda. Semuanya bisa beres. Tahajjud adalah pintu langsung mendapatkan solusi dari Allah atas berbagai permasalahan hidup.”
Oleh karena itu, cara mujarab menang atas pandemi ini bukan dengan jargon-jargon semata, tetapi dengan upaya nyata mengetuk pintu langit di bulan Ramadhan. Dan, sebagaimana Ramadhan pada masa-masa terdahulu yang menjadikan asbab Allah turunkan pertolongan dan kemenangan kepada umat Islam, Ramadhan 1441 H ini pun jika Allah berkehendak umat Islam bisa sukses menghadapi pandemi.
Jika seluruh orang yang berpuasa benar-benar satu barisan, satu tekad, mengetuk pintu langit dengan Tahajjud di sepanjang malam Ramadhan. Allahu a’lam.*Imam Nawawi penulis buku Sabar Membawa Nikmat Mengangkat Derajat
No comments:
Post a Comment