Menyambut Ramadhan di Tengah Pandemi


Jadikan waktu stay at home alias #tetapdirumah, menjadi saat yang paling menggembirakan karena kita benar-benar dapat menyambut Ramadhan dengan sambutan yang berkualitas

BIASANYA  sebulan atau dua bulan sebelum Ramadhan, kita masih sibuk dengan pekerjaan. Waktu tilawah menjadi sedikit, hati belum fokus menyambut Ramadhan.

Namun tahun ini berbeda, jika kemudian tidak harus dikatakan istimewa. Dimana tahun ini Allah uji kita dengan wabah. Imbasnya kemudian kita lebih banyak menghabiskan waktu di rumah yang tentu adalah merupakan berkah yang mahal.

Tentunya hal ini menjadikan kita lebih fokus dalam menyambut Ramadhan tahun ini. Ibadah dan tilawah fokus bisa kita lakukan, dalam waktu yang sangat senggang.

Momen ini sangat langka dimana kita bisa benar-benar siap menanti perjumpaan dengan Ramadhan, dimana hati kita sedang fokus kepada Allah.

Ujian ini membuat kita banyak waktu untuk bermunajat karena pekerjaan yang biasa kita lakoni tidak begitu banyak menyita waktu.

Ujian ini mungkin cara Allah untuk menjadikan kita lebih fokus dengan Ramadhan tahun ini, sekaligus menebalkan iman kita agar Ramadhan tahun ini sukses menjadikan kita hamba bertakwa yang utuh.

Bukankah begitulah nasihat hamba soleh bernama Lukman yang diabadikan dalam Al-Qur’an, bukan karena dia Nabi tapi setiap perkataannya ada taburan hikmah. Saat dia berkata pada anaknya,

يا بني الذهب والفضة يختبران بالنار والمؤمن يختبر بالبلاء

“Wahai anakku, ketahuilah bahwa emas dan perak diuji keampuhannya dengan api sedangkan seorang mukmin diuji dengan ditimpakan musibah.”

Sikap seorang mukmin memang senantiasa menakjubkan kata Nabi, apapun yang datangnya dari Allah senantiasa baik baginya.

Bahkan keburukan yang ditimpakan yang mungkin bagi orang yang tidak beriman adalah kebencian Allah bagi mereka. Namun bagi seorang mukmin musibah justru adalah berkah yang disamarkan.

Sikap yang demikian menakjubkan itu memang Rasulullah telah tegaskan dalam haditsnya, bahwa hal menakjubkan itu hanya mungkin didapati pada orang mukmin saja.

Karenanya selain kita waspada dengan wabah ini. Akal sehat kita juga mesti merespon bahwa Allah dengan takdirnya, tidak akan pernah melakukan kezoliman sebab itu telah Dia haramkan atas dirinya.

Justru bagi orang yang beriman, kita harus menangkap hikmah dibalik musibah ini sebagai batu loncatan untuk memenangkan pertarungan iman.

Musibah itu tanda cinta, karena mungkin Allah amat rindu dengan munajat kita. Allah dengan takdirnya telah menyelipkan kata cinta dalam musibah.

Salah satu fungsi dari ujian adalah untuk membersihkan segala bentuk dosa agar kita siap menjemput panggilan Allah dalam keadaan bersih tanpa titik noda.

Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَفَّى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi no. 2396)

Betapa bahagiannya jika musibah berupa wabah ini dapat membersihkan semua dosa kita sebelum berjumpa dengan Ramadhan, agar kita masuk dalam kondisi bersih tanpa dosa pun keluar dengan kondisi demikian.

Ujian bagaikan permainan catur yang telah digerakkan pionnya, Allah ingin melihat bagaimana reaksi kita dalam merespon ujian ini.

Dari Anas bin Malik, beliau ﷺ

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

 “Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031).

Bukankah ini adalah saat-saat yang sangat tepat untuk bersyukur kepada Allah dengan segala kebaikan berlimpah yang dianugerahkanNya.

Kondisi demikian juga adalah anugrah Allah untuk kita ingat akan dosa dan bertaubat kepada Allah. Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِى أَرْضِ فَلاَةٍ

“Sesungguhnya Allah itu begitu bergembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas.” (HR. Bukhari no. 6309 dan Muslim no. 2747).

Saat-saat menanti Ramadhan kali ini demikian berbeda, namun sikap seorang mukmin dengan yang bukan mukmin, mesti berbeda dalam merespon situasi ini. Jika sama maka kita perlu khawatir dengan keimanan kita.

Ada begitu banyak hikmah dibalik takdir Allah yang mungkin bagi kita itu sesuatu yang buruk namun Allah telah menyiapkan kejutan.

Dengan adanya wabah ini kita semakin memahami kegembiraan yang normalnya bisa kita rasakan setiap hari, namun karena terhalangi oleh kesibukan dengan aktifitas di luar rumah.

Kebersamaan dengan istri dan buah hati yang hari-hari sebelumnya agak sulit kita jumpai, pada akhirnya setiap waktu bisa kita habiskan untuk mereka.

Betapa kita mesti harus mensyukuri waktu-waktu berkualitas ini, yang mungkin tak akan kita jumpai lagi nanti.

Betapa banyak hikmah yang berserak, jika kita benar-benar ingin mencarinya. Karena masa sulit sesungguhnya adalah tempat untuk melihat kualitas kedekatan kita kepada Allah.

Seberapa banyak kita mengingat Allah disaat kesulitan ini belum tiba, sebanyak itu pula potensi Allah megingat kita dalam kesusahan.

Nabi ﷺ bersabda,

ﺗَﻌَﺮَّﻑْ ﺇﻟَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓِﻲ ﺍﻟﺮَّﺧَﺎﺀِ ﻳَﻌْﺮِﻓُﻚ ﻓِﻲ ﺍﻟﺸِّﺪَّﺓِ

“Kenalilah (ingatlah) Allah  di waktu senang pasti Allah  akan mengenalimu di waktu sempit.” (HR. Tirmidzi)

Jika pertolongan Allah belum juga tiba, perlulah kita sedikit menengok kondisi belakangan adakah kita memang sedemikian layak mendapat pertolonganNya. Atau Allah tak mengenal suara kita sehingga bagiNya kita asing, sebab suara kita tak pernah menembus langit saat kita tengah bahagiah.

Akhirnya mari kita fokus dengan anugrah Allah yang lebih besar, yaitu Ramadhan. Membuktikan bahwa ujian yang Allah berikan justru semakin menguatkan tekad kita untuk berjumpa dengannya.

Mari jadikan waktu stay at home alias #tetapdirumah, menjadi saat yang paling menggembirakan karena kita benar-benar dapat menyambut Ramadhan dengan sambutan yang berkualitas.*/Naser Muhammad

No comments: