Feminisme Memperjuangkan Perempuan?


Dr Khalif Muamar*
Islam tidak menentang apa pun usaha yang dilakukan manusia untuk melepaskan diri dari  penindasan karena ia musuh Islam. Syaratnya, yang dianggap penindasan itu betul-betul penindasan.

DALAM sejarah terdapat dua kelompok feminis  yang menyebar di kalangan umat Islam.  Pertama, feminisme yang tumbuh pada awal abad ke-20 di Iran dan Mesir. Tokohnya adalah Shirin Abadi dan Huda Sha’rawi yang hanya ingin agar kaum wanita mendapat pendidikan yang sama dengan lelaki.  Kedua, feminisme kontemporer yang terpengaruh paham sekularisme dan liberalisme.  Kelompok ini dipelopori oleh Fatima Mernissi, yang menganggap jilbab atau hijab sebagai sebuah penindasan. Kemudian Amina Wadud  yang melihat bahwa pemahaman terhadap al-Qur`an telah didominasi oleh kaum lelaki untuk kepentingan mereka.

Kelompok pertama memang benar-benar berjuang untuk kepentingan kaum wanita. Mereka tidak ingin kaumnya tertindas dan teraniaya oleh bangsanya sendiri. Kelompok ini dibentuk dengan tujuan yang murni, yaitu menentang penindasan dan diskriminasi yang hanya terkait dengan praktek, kebiasaan dan budaya sebuah bangsa dan tidak ada hubungannya dengan agama.

Kelompok ini tidak menjadi ancaman bagi Islam karena masih menghormati agama dan tradisi. Mereka dapat membedakan antara agama dengan budaya dan praktek yang tidak bersumber ajaran Islam. Mereka sama sekali tidak punya agenda mempermasalahkan agama, hukum-hukum yang bersifat tetap dan disepakati.

Adapun kelompok feminis kedua dikenal sebagai kelompok  yang berusaha menafsirkan Islam agar sesuai dengan ideologi feminisme yang mereka pegang. Mereka ingin agar hukum Islam dirombak (deconstruct), karena dianggap telah menindas kaum wanita. Mereka menjadikan nilai-nilai modern sebagai ukuran dan memaksakan Islam agar tunduk terhadap nilai-nilai tersebut. Mereka tidak mau menerima tradisi Islam, terutama fikih dan tafsirnya. Karya-karya ulama terdahulu dinilai  bias gender,  misogynist, karena lebih menguntungkan kaum laki-laki.

Sepak terjang kelompok ini sebenarnya memiliki agenda tersendiri di luar pembelaannya terhadap kaum wanita. Mereka hanya menjadikan hak kaum wanita sebagai alasan untuk menyebarkan pemikiran liberalisme.

Jika mereka ingin memperjuangkan kepentingan wanita, seharusnya fokus pada hal-hal yang melemahkan kaum wanita dan sebab terjadinya penindasan dan diskriminasi terhadap kaum wanita. Mereka semestinya memberi penekanan pada pendidikan yang dapat mencerdaskan kaum hawa. Juga memberi kesadaran dan pemahaman yang dapat mengangkat kaum wanita  dan menjauhkan mereka dari korban penindasan.

Namun faktanya, mereka tidak melakukan semua ini karena  tidak tahu apa yang harus dilakukan. Jika mereka ikhlas memperjuangkan hak-hak wanita, seharusnya mengkaji secara mendalam mengapa terjadi penindasan terhadap kaum wanita, untuk kemudian melakukan perbaikan (islah).  Namun faktanya, hal itu tidak mereka lakukan.

Terjadinya penindasan itu bukan secara kebetulan dan juga bukan karena pertarungan antara kelas, sebagaimana dikembangkan dalam falsafah Marxsisme. Manusia yang melakukan penindasan adalah manusia yang rusak moralnya dan tidak terdidik. Dan kerusakan itu diakibatkan oleh world view yang keliru.  Sehingga falsafah yang berlaku yaitu menuhankan manusia dan memanusiakan Tuhan.

Hakikatnya, penindasan tidak terbatas kepada kaum wanita. Ia berlaku pada  semua golongan atau lapisan masyarakat yang lemah. Golongan bawah dan lemah, apakah itu rakyat miskin, pekerja kasar, wanita, anak-anak, selalu menjadi target penindasan golongan atas  dan golongan yang lebih kuat.

Namun ironisnya, tidak ada gerakan secara massal yang membela hak golongan bawah. Yang ada hanyalah persatuan-persatuan pekerja yang sama sekali tidak membawa isu-isu agama, falsafah dan nilai-nilai modern ke dalam perbahasan mereka. Mereka hanya mengingatkan penguasa dan kelompok penguasa terhadap pentingnya hak mereka dijaga dan diberikan perhatian.

Kita juga tidak melihat gerakan yang membela anak-anak terbuang, anak-anak putus  sekolah, yang dilakukan oleh kelompok feminis kontemporer yang mengaku memperjuangkan wanita.

Yang ada adalah inisitatif dari pemerintah dan masyarakat yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan ideologi dan faham liberalisme dan dana yang besar dari Barat.

Kepentingan Barat vs Islam

Barat, dengan sekularisme dan liberalismenya melihat Islam sebagai ancaman, jika tidak “dijinakkan”. Sekurang-kurangnya pesan ini jelas dalam tulisan-tulisan Richard Nixon (Seize the Moment), Cheryl Benard (Civil Democratic Islam), Bernard Lewiss (What Went Wrong? dan Crisis in Islam) dan Deniel Pipes (Fixing Islam). 

Yang menjadi musuh dan ancaman bagi Barat, jelas bukan  negara-negara Islam yang selalu tunduk dengan kepentingan mereka. Musuh Barat adalah gerakan Islam yang berusaha mengukuhkan identitas keislaman dan memberi kesadaran serta mendidik umat Islam agar tidak menjadi umat yang lemah dan ditindas. Mereka inilah kelompok yang menentang penjajahan pemikiran dan penyebaran virus sekularisme dan liberalisme.

Jika melihat agenda Barat yang masuk dalam gerakan feminisme di dunia Islam, jelas bahwa gerakan ini tidak murni memperjuangkan kaum wanita dan berniat baik kepada umat Islam.

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa kelompok ini tidak jujur dalam menentang penindasan. Dengan menggunakan kerangka berpikir liberalisme, mereka hanya melihat masalah-masalah tertentu saja sebagai penindasan. Penindasan hanya dipilih yang ada hubungannya dengan agama dan tradisi. Dalam hal ini Islam yang selalu menjadi sasaran. Ini karena Islam amat tegas terhadap penyebaran nilai-nilai modern.

Islam bersikap seperti itu karena pada dasarnya dunia modern ala Barat itu penuh dengan penindasan. Pornografi, pelacuran, dan iklan-iklan banyak menggunakan kaum wanita sebagai alat untuk mengais keuntungan. Eksploitasi kaum wanita dalam Islam merupakan bentuk penindasan. Sebab, wanita dianggap sebagai sebuah komoditi bukan sebagai manusia yang terhormat.

Islam tidak menentang apa pun usaha yang dilakukan manusia untuk melepaskan diri dari  penindasan karena ia musuh Islam. Syaratnya, yang dianggap penindasan itu betul-betul penindasan.

Islam sebagai agama yang murni dari Allah, telah memberikan panduan kepada manusia tentang bagaimana menjalani kehidupan yang baik di muka bumi ini.* 

Peniliti pada Institut Alam dan Tamadun Melayu (ATMA), tulisan ini pernah dimuat di Majalah Hidayatullah edisi Juni 2010

No comments: