Tetaplah Berbuat Baik

Tetaplah berbuat baik, sebab kita tidak tahu melalui siapa Allah SWT akan membalasnya.
HASAN BASRI TANJUNG
Sungguh, ketika Rasulullah SAW membangun peradaban Islam, ia selalu diterpa badai cobaan dan fitnah. Bukan hanya menghantam eksistensi agama, tetapi juga menyasar pribadi dan keluarganya.
Setelah hijrah ke Madinah, musuh-musuh Islam pun semakin bertambah dengan munculnya kaum munafik. Namun, beliau bersama kaum Muslimin tetap tegar menghadapinya dengan pertolongan Allah SWT (QS 2:214, 3:142). 
Syekh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri dalam buku Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung Muhammad SAW merekam satu peristiwa yang mengguncang hati Nabi SAW, yakni fitnah terhadap istrinya, Aisyah RA, yang disebut hadis al-Ifki (berita bohong).

Sekembali dari peperangan, Nabi SAW dan pasukan singgah di suatu tempat untuk istirahat. Aisyah RA yang ikut serta keluar dari tandu untuk menunaikan hajat. Kemudian, para pemikul tandu pun berangkat dan mengira Aisyah sudah berada di dalamnya.
Betapa kaget dan sedih karena tidak seorang pun yang ditemuinya. Ia duduk hingga tertidur sambil berharap mereka kembali menjemputnya. Ia baru terbangun setelah mendengar suara Shafwan bin al-Mu’aththal yang berkata, "Innalillahi wa innailaihi rajiun." Sahabat itu kemudian mendudukkan untanya agar Aisyah bisa naik, lalu menuntunnya hingga menyusul rombongan. 
Abdullah bin Ubay (tokoh munafik) pun menebar fitnah bahwa Aisyah RA telah berselingkuh dengan Shafwan. Berita hoaks itu pun menyebar dan sampai kepada Nabi SAW. Sementara, Aisyah RA yang jatuh sakit selama dua bulan belum tahu apa yang terjadi.

Namun, ia merasakan perubahan sikap Nabi SAW yang tidak sehangat biasanya. Tentu bukan hanya mereka berdua yang remuk redam mendengarnya, tetapi juga ayahnya, Abu Bakar ash-Shiddiq RA.
Dalam kepedihan itu, turunlah wahyu yang membebaskan Aisyah RA dari segala fitnah keji itu. “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu (juga). Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu, bahkan itu baik bagi kamu ....” (QS 24: 11). Abu Bakar RA sangat marah dan bersumpah untuk tidak lagi menolong Misthah, kerabat yang selama ini ditanggung hidupnya, tetapi turut memfitnah putrinya. 
Rupanya, sikap tersebut tidak patut bagi seorang sahabat mulia, sehingga ditegur oleh Allah SWT. “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada ....” (QS 24: 22).
Prof Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan, “Memang mereka telah bersalah menyebarkan berita bohong. Tetapi, sebagai orang beriman yang luas dada, hendaklah dikenangkan kembali siapa yang menyebabkan mereka bersalah. Bukaknkah mereka hanya terbawa-bawa oleh gelombang orang banyak?  Satu kesalahan tidak boleh dihukum dengan dua hukuman.” Abu Bakar RA pun mencabut sumpahnya dan kembali berbuat baik kepada Misthah dan keluarganya.
Sejatinya, kita disuruh berbuat baik meskipun berbalas keburukan. Tidak berharap imbalan apa pun selain ridha Ilahi (QS 76: 8-9). Tentu saja tidak mudah, kecuali bagi orang-orang yang telah dilapangkan hatinya. Tetaplah berbuat baik, sebab kita tidak tahu melalui siapa Allah SWT akan membalasnya. Yang pasti, kebaikan akan diganjar dengan kebaikan. Jika tidak di dunia, insya Allah di Hari Kemudian nanti (QS 17: 7, 55: 60). Allahu a’lam bish-shawwab










No comments: