Doa 2 Malaikat untuk Hamba Allah di Setiap Waktu Pagi Hari
عن أبي هُريرة قَالَ: قالَ رَسُول اللَّه ﷺ: مَا مِنْ يَوْمٍ يُصبِحُ العِبادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلانِ، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
"Setiap pagi, dua malaikat turun mendampingi seorang hamba. Yang satu mendoa: Wahai, Tuhan! Berikanlah ganti rugi bagi dermawan yang menyedekahkan hartanya. Dan yang satu lagi berkata: Wahai, Tuhan! Musnahkanlah harta si bakhil. Nabi Muhammad SAW" (HR Muttafaq Alaih dari Abu Hurairah RA)
Kedermawanan merupakan bagian integral kepribadian kita seandainya kita bersedia meneladani perilaku Rasulullah. Sikap itu tak bergeming oleh situasi kejiwaan kita, misalnya, kita sedang dilanda duka maupun suka. Juga tak mempengaruhi kita ketika situasi sosial politik sedang tidak manis maupun sedang menyenangkan kita. Kedermawanan itu boleh jadi adalah seperti kembang yang menyebarkan wanginya. Keharumannya menerobos cuaca yang sedang hujan lebat atau dalam keadaan panas terik.
Kedermawanan manusia bersumber dari rahmat Allah yang telah mengaruniai kita suatu sistem yang otomatis menyedot zat asam bagi paru-paru kita dan membuang zat asam arang dari dalamnya. Mau tidak mau kita terusik rasa kedermawanan kita ketika berhadapan dengan saudara-saudara kita yang belum beruntung mendapatkan kue pembangunan. Hadis riwayat Muslim yang dikutip di atas, memberi penegasan bahwa pertama-tama bagi seseorang adalah kedermawanannya. Artinya, sejauh apa seseorang paling banyak gunanya atau jasanya bagi sesamanya.
Kedermawanan seseorang menjadi tolok ukur kesalehan sosial di masyarakat. Dan sejatinya harta yang didermakan seseorang tidak akan berkurung, justru para malaikat mendoakan agar harta yang disedekahkan tersebut bertambah, entah dengan keberkahan atau bahkan nominal harta. Begitu juga sebaliknya, mereka yang bakhil dan enggan berderma para malaikat mendoakan agar harta mereka jauh dari keberkahan, bahkan didoakan binasa.
No comments:
Post a Comment