Hidayah Itu Hak Allah, Maka Perbanyaklah Doa


Para tukang sihir Fir’aun langsung tersadar atas kesalahan mereka. Begitu mudahnya Allah Ta’ala menyusupkan hidayah pada hati mereka. Pagi mereka kafir, sore mereka beriman dengan sebenar-benarnya iman.
INILAH Inilah kisah orang yang ditutup hatinya oleh Allah Ta’ala dari kebenaran, sekaligus orang yang dibukakan hatinya oleh Allah Ta’ala pada kebenaran. Kisah ini secara jelas diungkapkan oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an untuk menjadi pelajaran buat manusia.

Kisah ini bermula ketika Nabi Musa Alaihissalam (AS) kembali ke Mesir setelah 10 tahun tinggal di Kota Madyan. Ia mendapat tugas khusus dari Allah Ta’ala untuk mendakwahi Fir’aun, penguasa Mesir yang mengukuhkan dirinya sebagai Tuhan, agar mau menyembah Allah saja, tidak yang lain.

Maka Musa AS, ditemani saudaranya Harun AS, mendatangi istana Fir’aun, dan mengajaknya beribadah kepada Allah Ta’ala. Terang saja, Fir’aun dengan segala kesombongannya menolak ajakan Musa AS. Ia bahkan berkata, “Jika engkau menyembah Tuhan selain aku, maka pasti aku masukkan engkau ke dalam penjara,” (Asy-Syu’ara’ [26]: 29).

Lalu Musa AS berkata,”Apakah (engkau akan melakukan itu) sekalipun aku tunjukkan kepadamu suatu (bukti) yang nyata?” (Asy-Syu’ara’ [26]: 30).

Fir’aun menimpali seraya memperolok-olok, “Tunjukkan sesuatu (bukti yang nyata) itu, jika engkau termasuk orang yang benar!” (Asy-Syu’ara’ [26]: 31).

Musa AS kemudian melemparkan tongkaatnya sebagaimana Rabb-nya perintahkan sebelumnya. Tongkat itu tiba-tiba berubah menjadi ular yang besar. Selanjutnya Musa AS mengeluarkan tangannya dari dalam bajunya, dan tiba-tiba tangan itu menjadi putih bercahaya.

Fir’aun tercengang mendapati peristiwa tersebut. Namun, apakah ia beriman setelah menyaksikan mukjizat tersebut? Tidak! Ia malah menantang Musa AS untuk adu kekuatan bersama para tukang sihirnya.

Maka, di waktu yang telah ditetapkan, pada hari raya bangsa Mesir, di sebuah tempat terbulka, Fir’aun mengumpulkan semua tukang sihirnya dari segala penjuru Mesir. Musa AS, dengan didampingi saudaranya Harun AS, berkata kepada para tukang sihir itu, “Celakalah kalian! Janganlah kalian mengada-adakan kedustaan terghadap Allah! Nanti Dia (akan) mencelakakan kalian dengan azab. Dan sungguh rugi orang yang mengada-adakan kedustaan,” (Thaha [20]:61).

Sebagian para penyihir mulai ragu untuk meneruskan pertarungan setelah mendengar ucapan Musa AS. Mereka merasakan adanya kebenaran dalam ucapan tersebut. Namun sebagian lagi tetap bersikukuh untuk melawan Musa AS.

“Demi kekuasaan Fir’aun, pasti kamilah yang akan menang,” kata para penyihir itu (Asy-Syu’ara’ [26]: 44).

Allah Ta’ala Maka Kuasa atas segala sesuatu. Ular-ular kecil dari tongkat dan tali yang dibawa para penyihir habis ditelan ular besar dari tongkat yang dilemparkan Musa AS.

Seketika para penyihir itu menjatuhkan diri dan bersujud. Mereka berkata, “Kami beriman kepada Tuhan seluruh alam, (yaitu) Tuhannya Musa dan Harun.” (Al-A’raf [7]: 121-122).

Bagaimana dengan Fir’aun? Rupanya Allah Ta’ala benar-benar telah menutup pintu hidayah bagi manusia laknat itu. Fir’aun tetap saja ingkar dan sombong meskipun bukti nyata telah tampak di depan matanya.

Sebaliknya, para tukang sihir Fir’aun langsung tersadar atas kesalahan mereka. Begitu mudahnya Allah Ta’ala menyusupkan hidayah pada hati mereka. Pagi mereka kafir, sore mereka beriman dengan sebenar-benarnya iman. Mereka tak takut menyatakan keimanannya di hadapan Fir’aun.

Bahkan, mereka tetap beriman meskipun Firr’aun mengancam akan memotong tangan dan kaki mereka secara bersilang, serta menyalib mereka pada pangkal pohon kurma (Thaha [20]: 71).

Mereka malah berkata kepada Fir’aun, “Kami tidak akan memilih (tunduk) kepadamu atas bukti-bukti nyata (mukjizat) yang telah datang kepada kami dan atas (Allah) yang telah menciptakan kami. Maka putuskanlah (apa) yang hendak engkau putuskan. Sesungguhnya engkau hanya dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini.” (Thaha [20]: 72).

Para tukang sihir itu melanjutkan, “Kami benar-benar telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah engkau paksakan kepada kami. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya).” (Thaha [20]: 73).

Demikianlaah jika Allah Ta’ala telah berkendak. Tak ada yang bisa menghalanginya. Pagi mereka masih menjadi tukang sihir, sore mereka telah menjadi syuhada yang berbakti. Allah Ta’ala memberikan hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan menutup hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki.

Maka, perbanyaklah berdoa agar Allah Ta’ala meneguhkan hati kita kepada Islam, sebagaimana doa Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah, “Ya Allah, Yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (Riwayat Ahmad). Wallahu a’lam.*/ Mahladi Murni

No comments: